Mohon tunggu...
Agus Farisi
Agus Farisi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Membaca, menulis dan berkarya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karantina "Smart Gender"

27 Februari 2018   01:06 Diperbarui: 27 Februari 2018   22:37 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gender Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadis

Memasuki pada materi kedua yang di bawakan oleh Mbak Siti Mukama dan Moderator Mutmainnah yang akan menjelaskan tentang "Gender Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadis". Sebelumnya sudah di bahas diatas tentang gender dan sex, untuk selanjutnya pemateri kedua ini akan menjelaskan pembahasan gender yang semakin marak dikaitkan dengan hukum-hukum islam, mengingat banyak hukum-hukum dalam islam yang terlihat seperti membedakan antara kaum perempuan dan laki-laki, sehingga mencetuskan seorang perempuan. Maka dari itu, betapa pentingnya bagi kita sebagai seorang muslimah untuk mengkaji isu gender dalam perspektif al-quran dan hadits demi meluruskan isu-isu yang berkembang di masyarakat luas, agar tidak terjadi pelemahan diskriminalisasi kepercayaan akan hukum syariat islam.

Namun pada dasarnya, secara umum islam tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan di mata Allah kecuali tingkat ketaqwaan yang membedakannya. Dalam konteks pandangan islam, munculnya persoalan gender sering kali mulanya bermuara pada kisah Adam dan Hawa. Dalam al-quran surat Al-Hujuraat ayat 13 disebutkan bahwa Allah swt berfirman yang artinya:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Sekilas penjelasan terhadap ayat diatas karena penulis minim pengetahuan dalam menganalogikan sebuah tafsir al-qur'an. Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan baik dalam hal ibadah (dimensi spiritual) maupun dalam aktivitas sosial (urusan karier profesional). Ayat tersebut juga sekaligus mengikis tuntas pandangan yang menyatakan bahwa antara keduanya terdapat perbedaan yang memarginalkan salah satu diantara keduanya. persamaan tersebut meliputi berbagai hal misalnya dalam bidang ibadah. Siapa yang rajin ibadah, maka akan mendapat pahala lebih banyak tanpa melihat jenis kelaminnya. Perbedaan kemudian ada disebabkan kualitas nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah swt. Ayat ini juga mempertegas misi pokok al-qur'an yang dianjurkan untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk diskriminasi dan penindasan, termasuk diskriminasi seksual, warna kulit, etnis dan ikatan-ikatan primordial lainnya. Namun demikian sekalipun secara teoritis al-qur'an mengandung prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, namun ternyata dalam tatanan implementasi seringkali prinsip-prinsip tersebut terabaikan.

Sehingga dekadensi moral perempuan di era jaman now sering kali banyak kaum perempuan baik dari remaja sampai ibuk-ibuk melakukan tindakan gosip dan fitnah emansipasi perempuan. Fitnah emansipasi perempuan dalam pandangan gender, yaitu gerakan untuk memperoleh pengakuan persamaan kedudukan, derajat serta hak dan kewajiban dalam hukum bagi perempuan. Pada mulanya, gerakan emansipasi atau penyetaraan gender ini berbentuk slogan akademis bagi kaum perempuan. Slogan-slogan itu nampak menarik bagi perempuan karena mengusahakan peningkatan kecerdasan dan pengetahuan mereka agar dapat melahirkan generasi baru yang lebih cakap dan lebih berkualitas. Akan tetapi, setelah itu gerakan ini mulai melakukan tipu daya baru yang dibungkus dengan kata-kata indah nan menawan, yakni persamaan hak laki-laki dan perempuan secara mutlak dan kebebasan karir wanita di segala bidang. Dengan iming-iming yang menarik, banyak kaum hawa yang tertipu daya dan terbawa arus gelombang emansipasi. Bahkan hembusan emansipasi seolah angin sejuk bagi masa depan mereka.

Di Era Jaman Now, emansipasi perempuan telah menimbulkan banyak kerusakan yang tak terhitung jumlahnya, diantaranya :

  • Timbulnya berlomba-lomba kecantikan
  • Maraknya perempuan yang dengan bangga mempertontonkan auratnya (seperti ayam yang di buang bulunya), karena menganggap menutup aurat adalah diskriminasi bagi mereka
  • Pergaulan bebas
  • Penyalahgunaan narkoba
  • Munculnya kaum homo dan lesbian
  • Persoalan rumah tangga

Persoalan ini muncul karena banyaknya skak yang mematikan minimnya pemahaman sebuah pengetahuan dan minimnya faktor ekonomi. Agar kasus seperti ini berkurang, marilah kita saling mengingatkan dan memberikan sebuah pengetahuan tentang kesetaraan gender. Dari sini, diharapkan para kader IKMPB perlu meluruskan dan mengaktualisasikan kesetaraan gender, agar emansipasi perempuan dalam kehidupan sehari-hari tidak dipersalahgunakan.

Kepemimpinan Perempuan

            Memasuki pada materi ketiga yang di bawakan oleh Mbak Lia Fuji dan Moderator Juhairiyah yang akan menjelaskan tentang "Kepemimpinan Perempuan". Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kata pemimpin. Namun perlunya mengulas terlebih dahulu apa yang di maksud dengan kepemimpinan, pemimpin, memimpin yang pada mulanya berasal dari kata yang sama yaitu pimpin. Dari serangkain kata tersebut, maka Penulis mencoba dan menganalogikan kata baru dari istilah pimpin yaitu Thread (tiga kepemimpinan).

  • Kepemimpinan artinya cara memimpin
  • Artinya suatu interaksi antara seseorang dengan suatu kelompok atau anggotanya dalam memainkan peranan dan dengan cara-cara tertentu secara dipilah-pilah dalam mencapai suatu sasaran yang diinginkan.
  • Pemimpin artinya orang yang memimpin
  • Maksudnya peran seseorang yang memiliki kemampuan untuk dapat mempengaruhi, mengatur, mengarahkan serta mengkoordinir orang lain atau anggotanya untuk berkerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
  • Memimpin artinya hasil atau proses dalam memimpin
  • Maksudnya proses atau mengepalai kegiatan untuk melatih (mendidik, mengajari, dan sebagainya) diri sendiri atau pengikutnya supaya dapat bertanggung jawab atas apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Kalau perbedaanya kepemimpinan lebih mengarah kepada sikap dan tindakan dalam memipin, pemimpin mengarah kepada obyek atau orangnya, sedangkan memimpin mengarah kepada pekerjaan yang dipimpin. Namun pada dasarnya ketiganya mempunyai arti yang sama, hanya saja yang membedakannya tergantung letak dan variasi yang digunakan dalam konteks berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun