Mohon tunggu...
Agus Farisi
Agus Farisi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Membaca, menulis dan berkarya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karantina "Smart Gender"

27 Februari 2018   01:06 Diperbarui: 27 Februari 2018   22:37 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlu diketahui bersama dalam kehidupan masyarakat yang menyebakan kesenjangan gender melalui budaya patriarki yang masih sangat kuat mempengaruhi pola pikir dan pola perilaku setiap individu. Budaya patriarki menempatkan laki-laki sebagai mahluk yang lebih unggul, sosok pemegang kekuasaan dan penentu keputusan dalam praktik kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, masyarakat, dan Negara. Perempuan dianggap mahluk yang lemah dan lebih rendah dari laki-laki. Berbagai stereotip (pelabelan) terhadap perempuan seringkali membatasi ruang gerak perempuan dan menghambat perempuan untuk menikmati hak asasinya diberbagai bidang kehidupan. Contoh : perempuan tidak pantas menjadi pemimpin karena dianggap tidak bisa tegas seperti laki-laki atau perempuan tidak boleh sekolah tinggi-tinggi karena setelah menikah tugas utama perempuan adalah di sumur, kasur, dan dapur.

Membongkar Kontruksi Gender Di Komunitas

kamera Hp
kamera Hp

Suasana yang begitu sunyi di iringi dengan tanaman-tanaman yang indah membuat acara ini tampak romantizem dengan berbagai cengkraman haluan-haluan perempuan. Memasuki pada materi pertama yang di bawakan oleh Mbak Lini Farokah dan Moderator Agus Farisi yang akan menjelaskan tentang "Membongkar Konstruksi Gender Di Komunitas". Tema ini menyuruh kita untuk membongkar kebiasaan lama yang biasanya terjadi kesenjangan gender, sehingga perlu merubah dengan kesetaraan gender. Mari kita simak bersama apa sebenarnya yang ada di area gender. Penasaran ya, apa sih sebenarnya Gender itu?

Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. Dalam Webster's New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Di dalam Women's Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Secara umum gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Sering kali gender disamakan dengan sex dan seksulitas. Namun pada dasarnya gender dan sex (kodrat), serta seksualitas harus dimengerti dan dipahami untuk dapat menganalisis setiap tindak diskriminatif yang dialami oleh perempuan.

Perempuan menjadi pihak yang banyak menjadi korban diskriminasi dan kekerasan berbasis gender karena ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan di masyarakat. Diskriminasi yang dialami oleh perempuan dapat berbeda-beda baik karena status sosialnya, keadaan ekonominya, status kesehatannya, ras, etnis, pilihan keyakinan maupun orientasi seksualnya. Dengan demikian, situasi yang lebih berat akan dialami oleh perempuan yang menjadi korban kekerasan akibat diskriminasi yang berlapis, misalnya diskriminasi terhadap perempuan yang dialami oleh perempuan penyandang disabilitas, perempuan adat, dan perempuan dari kelompok minoritas.

Gender, sex dan seksualitas, masing-masing memiliki segi perbedaan. Kalau gender adalah sebagai sesuatu hal yang bersifat konstruktif, relatif, berubah, kalau sex (kodrat) adalah sesuatu yang kodrati, kekal, dan tetap. Sedangkan seksualitas perempuan merupakan semua yang melekat pada diri perempuan baik tubuh, sifat, pikiran, juga hasil kerjanya yang akan menentukan identitasnya sebagai perempuan. Pengetahuan ini sangat penting, sehingga kita mampu menyikapi tindak diskriminatif yang menyasar perempuan karena seksualitas maupun gendernya.

Konsep gender, sex, dan seksualitas tidak hanya berhenti pada pengetahuan semata, melainkan harus menjadi kesadaran nalar fikir kritis. Tujuan sesi membongkar konstruksi gender di komunitas adalah perubahan relasi sosial kuasa laki-laki dan perempuan menuju keadilan dan kesetaraan gender. Oleh karena itu, identifikasi dan analisis masalah-masalah ketidakadilan gender dan faktor-faktor yang menyebabkannya menjadi sangat penting dilakukan. Melalui pemateri dalam seminar ini, mampu membedakan dan menyikapi dengan tepat mana yang kodrat, tidak bisa diubah dan mana yang konstruksi sosial budaya dan dapat diubah setiap waktu. Peserta juga diharapkan memiliki kesadaran bahwa seks, gender, dan seksualitas manusia itu tidak tunggal dan tidak bisa ditunggalkan, oleh karena itu pilihan gender dan seksualitas seseorang harus dihargai dan dihormati secara adil dan setara. Tidak boleh ada diskriminasi dan kekerasan dalam bentuk apapun atas dasar apapun, termasuk atas dasar keberagaman gender, seks, dan seksualitas. Diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan adalah tindak kriminal dan pelanggaran hukum dan hak asasi manusia.

Mbak Lini Farokah selaku pemateri menegaskan bahwa peran seorang perempuan harus setia pada laki-laki, rela dimadu, mencintai suami, terampil dalam pekerjaan perempuan, pandai berdandan dan merawat diri, sederhana, pandai melayani kehendak laki-laki, menaruh perhatian kepada mertua, dan gemar membaca buku yang berisi nasihat. Nilai penting bagi seorang perempuan yaitu "Women are half the society. You cannot have a revolution without women. You cannot have democracy without women. You cannot have equality without women. You can't have anything without women". Maksudnya, apabila kita analisa bahwa kehidupan ini merujuk kepada seorang perempuan sangat berperang aktif atau eksis di dalam berbagai hal. Seorang laki-laki janganlah suka meremehkan dan mempermainkan seorang perempuan, karena suatu saat nantik seorang laki-laki akan menjadi suatu keluarga. Oleh sebab itu, perlakukanlah seorang perempuan dengan ramah tamah, sopan santun, bijaksana, dan bertanggung jawab dalam relasi kesetaraan gender.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara sex dan gender yakni "sex" membedakan laki-laki dan perempuan dilihat dari ciri-ciri biologis yang merupakan ketentuan Tuhan yang disebut kodrat. Sedangkan "gender" membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek non biologis lainnya, bisa dipertukarkan dan bukan merupakan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan juga bisa dilihat sebagaimana yang dijelaskan Mansur Faqih bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala (kalamenjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun