Mohon tunggu...
Agus Elpin
Agus Elpin Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik/Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas

Hobi Berpetualang ke Hutan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

22 Oktober 2022   09:01 Diperbarui: 22 Oktober 2022   09:10 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah adalah tempat dimana orang-orang ingin mencari ilmu dari apa yang ia yakini benar untuk dirinya. Sebagai miniatur dunia yang membentuk budaya, nilai-nilai serta moralitas dalam setiap diri murid. 

Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral. Keterampilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu perannya, yaitu mengambil suatu keputusan, khususnya pada kasus-kasus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan atau Etika sangatlah penting. Dalam hal ini tentu nantinya seorang pemimpin akan dihadapkan pada berbagai hal seperti bagaimana ia harus mengambil keputusan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan. 

Situasi seperti ini disebut sebagai sebuah dilema etika. Disaat itu terjadi, keputusan mana yang akan diambil? Tentunya ini bukan keputusan yang mudah karena kita akan menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Foto: Dok/Galimimpi/CGPA5_Sambas

Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Secara lebih rinci, berikut adalah penjelasan dari keempat paradigma tersebut:

  • Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.

"Individu" di dalam paradigma ini tidak selalu berarti "satu orang". Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga "kelompok" dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok keluarga, atau keluarga Anda.

Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah Anda harus ada di rumah pada

saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Ini dapat menunjukkan dilemma keadilan lawan rasa kasihan, terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?

  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Pada jaman perang, tentara yang tertangkap kadang harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang  akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll.

Orang tua kadang harus membuat pilihan ini. Contohnya: Mereka harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara bersenang-senang atau melatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang.

Dilema etika seringkali membuat kita sulit untuk mengambil keputusan. Keputusan yang kita ambil sering kali hanya berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:

  • Melakukan demi kebaikan orang banyak atau yang kita kenal dengan Berpikir Berbasis pada Hasil Akhir (Ends Based Thinking).
  • Menjunjung tinggi nilai-nilai pada prinsip dalam diri atau yang sering kita sebut dengan Berpikir Berbasis Peraturan (Rules Based Thinking).
  • Melakukan apa yang kita harapkan orang lain lakukan pada diri kita atau kita kenal dengan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Cares Based Thinking).

Sebelum mengambil keputusan, terdapat 9 (sembilan) langkah yang dapat disusun untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan, diantaranya adalah sebagai berikut:

img-20221022-084625-63534e1708a8b51c05297102.jpg
img-20221022-084625-63534e1708a8b51c05297102.jpg

Foto: Doc/Wawancara/CGP/Kepsek/SDN13/SJK

  • Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangna  dalam situasi, dengan cara mengidentifikasi dan menyaring masalah yang berhubungan dengan etika sopan satun dan norma sosial.
  • Tentukan siapa saja pihak yang terlibat dalam situasi tersebut.
  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan, dalam hal ini kita dapat menggunakan salah satu teknik Coaching dan Kompetensi Sosial Emosi Teknik STOP
  • Pengujian Benar atau Salah, dalam hal ini dapat dilakukan menggunakan uji legal, uji regulasi atau standar profesional, uji intuisi, uji halaman depan, dan uji panutan atau idola
  • Pengujian menggunakan empat paradigma benar lawan benar
  • Melakukan prinsip resolusi dengan menggunakan 3 (tiga) prinsip pengambilan keputusan, yaitu berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, dan berbasis rasa peduli.
  • Investigasi opsi trilema, yaitu munculnya sebuah gagasan baru yang kreatif saat kebingungan dalam pengambilan keputusan.
  • Buat keputusan
  • Lihat keputusan dan refleksikan, dalam hal ini salah satu langkah yang dapat kita gunakan adalah teknik IA (Inquiry Apresiatif) menggunakan konsep BAGJA yang berarti Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Ekseskusi

Keputusan yang tepat dan bijak akan sangat berpengaruh dalam perubahan pendidikan di Indonesia yang lebih maju. Bersama kita wujudkan merdeka belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun