Mohon tunggu...
Agus Dedi Putrawan
Agus Dedi Putrawan Mohon Tunggu... Dosen - Agus Dedi Putrawan

zero to hero

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mata Rantai yang Hilang

17 April 2017   09:34 Diperbarui: 17 April 2017   18:00 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agus    : mantap..!,

Habib : Disadari atau tidak, fakta menunjukkan bahwa ternyata perilaku tersebutmenghilangkan nilai-nilai kemanusiaan dengan menjadikan manusia sebagai objeksumber keuntungan layaknya mesin untuk kepentingan dan keuntungan perusahaansemata. Seleksi karyawan dilihat dari ijazah yang dimiliki seolah-olahidentitas manusia dihargakan sebatas lembaran kertas yang tertulis gelar yangmelekat di atasnya. Itu artinya ijazah dan yang melekat serta kekayaan yangdimiliki oleh golongan ini ternyata lebih berharga dari fitrahnya sebagaimanusia yang ingin dihargai dan dihormati. 

Ishak Hariyanto: Dalam ilmu-ilmu sosial, upaya-upaya untuk menjelaskanperilaku individu dan sosial menggunakan analogi prinsip-prinsip fisikaNewtonian. Tindakan-tindakan manusia, sebagaimana Lamattrie mengamati,seluruhnya dikarenakan atas sebab proses fisika dan kimia. Positivisme yangmenolak wujud atau yang menganggap tidak masuk akal kekuatan atau substansiyang tidak dapat ditetapkan oleh eksperimen dan pengamatan, tumbuh menjadisuatu gerakan. Dia sangat mengunggulkan akal dan sains tanpa menyadariketerbatasannya. 

Upaya untuk menjelaskan fungsi-fungsi manusia dalamistilah-istilah mekanis ini cenderung menjadikan ilmu-ilmu social bersifatmaterialis dan determinis. Materialisme berpandangan bahwa benda adalah unsurprimordial dari alam, yang tidak diatur oleh intelegensi, tujuan atausebab-sebab final (final causes). Segala sesuatu harus diterangkan dalam bentukentitas-entitas atau proses-proses material. Perasaan dan nilai manusia mulaidigambarkan sebagai ilusi yang tidak dijamin oleh dunia nyata. Dengan demikian,kekuasaan, kekayaan dan kepuasan jasmani dan kesenangan perasaan adalahsatu-satunya nilai atau nilai terbesar yang dapat dicari atau dicapaiseseorang”. (Jacques Barzun, Darwin, Marx, Wagner, 3/ 1958 dalam Umer Chapra). 

Habib   :Oleh karena akibatpandangan-pandangan tersebut, ternyata memberikan pengaruh yang berlangsungterus menerus hingga saat ini bahwa perilaku sosial selalu tertindihkeberadaanya dari materi atau ekonomi. Padahal secara prinsip itu telahmelanggar aturan dan telah terjadi gap antara keduanya yakni bahwa materi atauekonomi tidak seharusnya melampaui dan menguasai atau berada di atas ilmusocial yang seharusnya. Prinsip Social Ekonomi menjawab pertanyaan di atas,bahwa dalam prinsip-prinsip hollon bahwa hubungan dan keutuhan social menjadidasar manusia membangun relasi dengan sesamanya sehingga melahirkankepentingan-kepentingan antar sesamanya dan bahkan ekonomipun muncul akibatterjalinnya pola hubungan antar manusia dengan manusia lainnya. 

Agus    : Sebentar bang…!,jadi bisa dibayangkan jika seluruh manusia dipindahkan ke planet lain kecualisaya, tidak ada manusia seorang pun kecuali saya dan saya disuguhkan semuaasset yang ada dibumi ini, semua menjadi hak milik saya, maka dengan cara apasaya mampu mempertahankan hidup?

Habib: Nah dengan pandangan ini mungkin saja terlihat konyol namun demikianlahmanusia saling membutuhkan dan berhubungan dengan tujuan akhir adalah untukkeutuhan dengan sesama masyarakatnya. Dalam pembelajaran di sekolahprinsip-prinsip ini hendaknya dibangun dalam pembentukan karakter berekonomiyang benar dengan mengedepankan prinsip-prinsip sosial dengan tetap berpedomanpada Tuhan adalah satu-satunya penguasa materi dan pemberi rahmat bagi alamsemesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun