Mohon tunggu...
Politik

Di Balik Fitnah Kubro Kepada Puan

23 Januari 2017   15:27 Diperbarui: 23 Januari 2017   16:54 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puan dicibir dianggap tidak punya prestasi. Puan diragukan, disepelekan dan dianggap tidak punya kemampuan. Dia sejenis orang yang dianggap sekedar mendompleng nama besar sang ‘mama’, Megawati.

Komentar yang terlalu buru-buru dan penuh iri dengki.

Seandainya kita bisa sedikit membuka pikiran, objektif memberi penilaian dan tidak terjebak pada posisi sekedar ikutan kedengkian, penilaian yang terburu-buru dan prematur itu bisa dihindari.

Mari pertimbangkan fakta-fakta dan karir Puan Maharani, sang tuan puteri yang kerap dicaci.

Pertama, Puan Maharani bukanlah orang yang sembarangan secara politik. Dia lahir dan tumbuh dewasa di lingkungan yang kental politik.

Metrotvnews.com, sebuah situs berita online, melukiskan sang Puan:

“Puan Maharani mengenal politik sejak belia. Bisa dimaklumi karena dia lahir dari keluarga politikus. Soekarno, kakeknya, adalah Presiden Pertama RI. Ibunya, Megawati Soekarnoputri, sampai saat ini masih menjabat sebagai Ketum PDI Perjuangan. Sedangkan bapaknya, Taufiq Kiemas, sampai akhir hayat menjabat Ketua MPR”. (27/10/2014).

Sejak masih remaja, Puan sudah begitu dekat dan sering mengikuti kegiatan-kegiatan politik ibunya, Megawati Soekarnoputri. Pada KLB PDIP tahun 1993 di Sukolilo, dia ikut menyaksikan peristiwa politik yang mengantarkan sang ibu terpilih sebagai ketua umum PDIP.

Kedua, dia menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1)-nya di kampus ternama, Universitas Indonesia (UI). Dia mengambil program studi ilmu komunikasi massa dan sempat magang di majalah Forum Keadilan (Metrotvnews.com, 27/10/2014).

Sejak masih kuliah, Puan mengakui beberapa kali dia ditawari untuk ikut terjun ke politik untuk membesarkan partai bentukan ibunya, PDIP. Tetapi saat itu dia menolaknya. Dia memilih fokus kuliah. (Tempo, 23/02/2015).

Ketiga, pada tahun 2005, Puan secara resmi memulai karir politiknya dengan menjabat sebagai Ketua Bidang Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat DPP PDIP periode 2005-2010 (Kompas, 26/10/2014). Pada 2006, Puan juga aktif terlibat dalam organisasi politik Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Jabatannya DPP KNPI Bidang Luar Negeri. (Metrotvnews, 27/10/2014).

Pada pemilu legislatif periode 2009-2014, dia terpilih sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah V yang meliputi Surakarta, Sukoharjo, Klaten dan Boyolali. Dia mengantongi suara terbanyak kedua di tingkat nasional yaitu sebanyak 242.504 suara. (Metrotvnews, 27/10/2014).

Keempat, di tahun-tahun antara 2009-2014, dia menduduki beberapa jabatan penting: sebagai ketua Fraksi PDIP DPR RI tahun 2009-2014,  sebagai anggota panja komisi VI bidang investasi dan UKM tahun 2009, sebagai ketua DPP PDI Perjuangan bidang Politik dan juga hubungan antar lembaga, dan sebagai anggota Badan Kerjasama Antarparlemen tahun 2009-2014.

Kelima, tahun 2013, Puan menjadi panglima tempur pada Pilkada Jawa Tengah. PDI Perjuangan mengusung kadernya, Ganjar Pranowo. Puan dan pasukannya mampu menaikkan tingkat elektabilitas pasangan Ganjar-Heru dari angka 8,4% hingga mencapai 33,2% dalam tempo tiga bulan pada tahun 2013.

Salah seorang penulis di kompasiana juga, Adit Munarwan, menuturkan mengenai ucapan Megawati, yang bernada ‘ancaman’ kepada sang anak, Puan, yang ditugasi di medan perang politik sebagai panglima tempur: “Puan ini satu-satunya anak perempuan saya, tentu saya menyayanginya. Jika pertempuran ini kalah, maka dia akan kusembelih”. (Kompasiana, 10/04/2015).

Ungkapan yang lebih bisa dipahami sebagai daya dorong atau daya lecut ketimbang makna sesungguhnya.

“Di tangan dingin Puan lah”, tulis Adit, “akhirnya Ganjar - Heru berhasil menang dalam Pilkada Jateng. hal itu diakui sendiri oleh Ganjar”. (Kompasiana, 10/04/2015).

Keenam, Puan Maharani terpilih kembali sebagai anggota DPR RI pada periode 2014-2019 dengan mengantongi suara terbanyak kedua di tingkat nasional yaitu sebanyak 369.927 suara (meningkat 127.423 atau 34,45 % dari periode sebelumnya, periode 2009-2014.

Ketujuh, Puan Maharani menjadi Ketua BP Pemilu Legislatif PDI Perjuangan yang berhasil meraup angka nasional sebanyak 23.681.471 (18,5%) pada tahun 2014. Tahun sebelumnya, 2009, PDI Perjuangan mengantongi angka 14.600.091 (14,03%).

Kedelapan, Puan menjadi Ketua BP Pilpres yang berhasil mengantarkan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla menjadi presiden RI ke-7 dengan perolehan suara 70.997.883, mengalahkan pasangan Prabowo – Hatta Rajasa.

Kesembilan, kini Puan menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Kabinet Indonesia Hebat 2014-2019.

Fakta-fakta di atas bisa jadi bukti kuat bahwa Puan memang memiliki semangat dan prestasi. Bahwa dia adalah anak dari seorang nama besar, Megawati, itu tak dapat dipungkiri. Tetapi apa artinya nama besar sang ‘mama’ tanpa kemandirian politik dan semangat juang sang Puan?

Prestasi itulah, bukan semata-mata sang ‘mama’, yang membuat Jokowi melirik dan mempertimbangkan sang Puan untuk dijadikan bagian dari bahtera kabinet Indonesia Hebat-nya. M. Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer, mengakui bahwa “...pengalaman serta prestasi dunia politik Puan menjadikannya layak dilirik untuk menjadi menteri dalam kabinet Jokowi-JK. Bahkan sekelas menteri koordinator”. (news.liputan6.com, 19/10/2014).

Dia juga mengatakan: “Puan adalah politisi yang network-nya cukup luas, baik latar belakang keluarga maupun pengalaman politiknya di DPR dan DPP. Saya kira untuk kategori politisi sudah cukup layak”. (news.liputan6.com, 19/10/2014).

M. Qodari benar. Puan memang layak. Dan dia telah membuktikannya.

Soalnya, apakah sang ‘tukang caci’ mau berhenti untuk sejenak membuka diri: menimbang Puan dari pengalaman hingga prestasi? Ataukah ia akan terus-menerus menjadikan ‘cecar’ dan ‘caci’ sebagai profesi?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun