Mohon tunggu...
Agus Susanto
Agus Susanto Mohon Tunggu... Guru - Tak Perlu Sempurna Untuk Menjadi Manusia

Instruktur Komputer Facebook : facebook.com/agusmaxi. Twitter : @aguscedar. Instagram : @aguscedar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pendidikan Via Daring Bisakah Menjadi Darling?

20 Agustus 2020   16:30 Diperbarui: 20 Agustus 2020   16:25 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama pandemi dimana pendidikan harus dilaksanakan lewat daring muncul beberapa persoalan. Mulai dari kesiapan guru dan siswa, fasilitas pendukung pembelajaran dan keterlibatan orang tua dalam pelaksanaan program tersebut.

Kreativitas guru di tuntut agar pelaksanaan daring tidak membosankan, tidak boleh gaptek, bisa beradaptasi dengan penggunaan tool pembelajaran via online. 

Guru harus bisa menyiapkan materi, mengatur penjadwalan tugas agar tidak benturan, dan tetap bisa melakukan evaluasi hasil pembelajaran. Siswa pun harus membiasakan belajar secara mandiri. Mencari referensi materi, fokus mengerjakan tugas dan beradaptasi dengan tugas-tugas yang berjibun.

Fasilitas pendukung pembelajaran yang tidak merata juga jadi kendala. Tidak semua siswa mempunyai smartphone yang bisa digunakan untuk pembelajaran daring. Kuota internet jadi beban orang tua yang harus muter otak gimana caranya supaya dapur tetap mengepul tapi si anak tak ketinggalan materi pembelajaran. 

Persoalan terbesar justru pada perubahan metode pembelajaran yang memaksa orang tua menjadi guru sementara buat anaknya. Bagi orang tua yang mempunyai waktu luang dan punya background seorang guru mungkin tidak masalah, tapi bagi orang tua yang sibuk dengan rutinitas pekerjaan pasti bakal repot. Keluhan emak - emak yang tak sabar mendampingi si anak dalam menjelaskan materi pelajaran dan mengerjakan tugas sudah sering terdengar.

Lepas dari berbagai persoalan yang sudah saya uraikan di atas, untuk saat ini pembelajaran via daring menjadi sebuah keterpaksaan yang harus di terima. Mengingat kondisi penyebaran COVID-19 yang masih masif dan belum diproduksinya vaksin untuk virus tersebut. Di tengah kondisi kedaruratan seperti ini, pembelajaran via daring paling memungkinkan untuk diterapkan. Meskipun hasilnya kurang maksimal tapi itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Ada wacana misalnya dengan mengurangi jumlah siswa yang hadir di kelas menjadi setengah atau sepertiganya. Tapi tetap saja itu beresiko karena guru tidak bisa terus mengawasi siswa selama proses pembelajaran, apalagi pas jam istirahat. Tidak semua kebijakan itu buruk, pasti ada nilai positif yang bisa didapatkan. 

Misalnya dengan model pembelajaran daring orang tua lebih peduli terhadap pendidikan anaknya, komunikasi antara orang tua dan anak lebih sering. Bisa memanfaatkan fungsi smartphone untuk hal yang lebih positif ketimbang hanya untuk main game dan update di sosmed saja. Dan kalau model pembelajaran daring bisa di sempurnakan dan siswa sudah bisa beradaptasi dan model tersebut, tidak menutup kemungkinan di masa depan jika terjadi pandemi lagi, kita jauh lebih siap menghadapinya.

Kalau pendapat saya pribadi sebenarnya bisa di mix kog antara model pembelajaran via luring dan via daring sehingga menghasilkan blended learning. Pasti hasilnya lebih bagus, aku yakin itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun