Mohon tunggu...
Agus Susanto
Agus Susanto Mohon Tunggu... Guru - Tak Perlu Sempurna Untuk Menjadi Manusia

Instruktur Komputer Facebook : facebook.com/agusmaxi. Twitter : @aguscedar. Instagram : @aguscedar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hidup Rasa Nano-nano

16 November 2017   00:50 Diperbarui: 21 November 2017   09:15 1622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa dibayangkan nggak kalau hidup itu seperti bait lirik lagu krisdayanti yang berbunyi "namun ku ingin, semua berjalan, seperti yang ku kamu". Ya pasti ueenak pakai TOP BGT. Tapi kenyataan berkata lain kadang apa yang kita inginkan  tidak sesuai dengan kenyataan.

Tidak semua perjalanan yang kita lalui berjalan dengan mulus, kadang kegagalan demi kegagalan sering menyertai kisahnya. Kadang kita lalui dengan tawa terkadang juga penuh dengan derita dan air mata. Semua datang silih berganti seperti bergantinya musim kemarau ke musim hujan.

Yang terpenting dari semua itu adalah kemauan kita untuk terus berjalan. Kita tidak boleh berhenti apalagi berbalik arah. Meskipun langkah kakimu berat karena derita yang tak kunjung usai, meskipun punggungmu semakin ringkih karena menahan beban kecewa dan patah hati.

Harapan akan esok yang lebih baik harus terus di pancarkan, asa akan kebahagian di masa depan harus terus di jaga. Larut dalam kesedihan berkepanjangan akan membuat kita tertinggal dari barisan teman kita yang sudah berlari dan mencapai garis finish terlebih dahulu. Berlama - lama merayakan kemenangan dan terbang melayang akan pujian orang hanya akan membuat akal kita berkarat dan karir kita melambat.

Karena memang hidup itu penuh rasa ada rasa manis, asam dan asin itulah nano - nano. itu baru sedap rasanya. Hujan pun usia dan datanglah pelangi, sengsara membawa nikmat. Ingatlah perjuangan hidup yang kita lalui, karena itu adalah bahan menarik untuk kita ceritakan kepada anak cucu kelak di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun