JEPARA, Magang Unisnu -- Industrialisasi pabrik garmen di Jepara semakin getol dibangun.
Ribuan pekerja baik dari dalam dan luar Jepara berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai karyawan.
Harapan besar bagi mereka selain bisa hidup dari pabrik garmen, mereka ingin dipekerjaan dengan baik oleh perusahaan.
Stereotip mengenai gaji pekerja garmen yang tinggi membuat pekerja jengah dibuatnya. Ditambah lagi netizen di sosial media yang kerap membuat geleng-geleng kepala.
Indri, salah satu pekerja dari Pati menyayangkan sikap orang-orang yang memandang negatif pekerja garmen.
"Mereka pikir kerja garmen itu ringan dan bergaji besar" Ucap Indri.
Indri menambahkan, Menjadi pekerja garmen itu tidak mudah, setiap hari ia harus bangun subuh pulang malam ditambah kemacetan yang kian mengerikan.
Eva, salah satu pekerja garmen mengungkapkan, bahwasannya saat sedang shif kerja, tekanan demi tekanan datang dari atasan.
"Diteriaki ah tarjet, diteriaki kerja kok loyo, kerja kok lama, capek pol" Ujar Eva.
Eva melanjutkan, Sesampainya di kost ia terkadang sampai tidak bisa tidur mengingat perkataan atasannya itu.
Sungguh luar biasa para pekerja garmen ini, tekanan demi tekanan mereka terima, semua demi keluarga.
Mari kita sudahi celotehan-celotehan anarkis pekerja garmen. Mereka banting tulang demi keluarga tercinta. sudah, jangan ikut campur sama urusan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H