Mohon tunggu...
agus budiarta
agus budiarta Mohon Tunggu... profesional -

setiap langkah gerakan riil lebih penting dari selusin program

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Muda Tidak Merima Pancasila Sebagai Dasar Negara?

10 September 2012   20:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:39 4854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia



Ada dua fakta menarik berkaitan dengan keprihatinan terhadap generasi muda, mulai dari pelajar sampai dengan mahasiswa diperguruan tinggi, tidak menerima pancasila sebagai dasar Negara.

Pertama, pernyataan Ihdam Samawi, yang prihatin karena pancasila sebagai ideologi bangsa akhir-kahir ini dikesampingkan. Keprihatinan beliau berdasarkan adanya data dari, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang mengatakan sebanyak 86 persen mahasiswa di lima perguruan tinggi terkemuka di pulau Jawa menolak pancasila (Kedaulatan Rakyat, 10 September 2012). Kedua, temuan fakta lapangan di 11 kota yang disinggahi Liberius Langsinus, penjelajah Nusantara dalam rangka penegakan pancasila. Liberius juga, menyampaikan keprihatinan tentang adanya kepunahan nilai-nilai pancasila kalangan generasi muda (Kompas, 10 September 2012).

Lalu pertanyaan adalah, mengapa orang muda kita mulai banyak yang meninggalkan pancasila?. Pertanyaan ini perlu dijawab oleh segenap bangsa. Sebab, melimpahkan kesalahan pada generasi muda saat ini, kuranglah terlalu tepat kalau tidak didasari oleh persoalan-persoalan lain yang sedang menimpah negeri ini.

Pertama, lunturnya kepercayaan generasi muda terhadap pancasila sebagai dasar Negara, tidak terlepas dari kiprah elit di negeri ini baik di lembaga Eksekutif, Legislatif, maupun Yudikatif serta elit yang berkiprah dalam bidang lainnya. Watak oportunis elit kita yang ada di lembaga Negara menjadi salah satu faktor hilangnya legitimasi generasi muda terhadap pancasila. Adanya praktek materialism state, aparatus Negara, yang tidak peka terhadap penderitaan rakyat. Aparatus Negara berfoya-foya dengan gaya hidup "high class", menimbulkan rasa iri bagi masyarakat khususnya bagi generasi muda saat ini.

Kedua, adanya prilaku koruptif dikalangan elit bangsa. Setiap hari media massa menyajikan berita tentang korupsi elit yang memwabah hampir diseluruh instansi Negara mulai dari pusat hingga ke daerah. Mentalitas elit yang bobrok tersebut menjadikan generasi kita banyak yang tidak menaruh harapan dengan pancasila. Karena pancasila tidak bisa lagi dijadikan pijakan moral, penuntun jalan bagi kehidupan elit di negeri ini. Ketiga, Negara gagal dalam menyikapi berbagai kekerasan yang terjadi beberapa tahun terakhir. Kekerasan yang ada menjadi indikasi bahwa Negara gagal menciptakan kenyamanan bagi masyarakat. Kekerasan-kekerasan menjadi pertanda bahwa nilai-nilai toleransi yang diajarkan oleh pancasila lambat laun mulai pudar.

Keempat, jebakan pragmatisme. Tidak bisa dipungkiri bahwa, dewasa ini generasi muda kita terjebak dalam gaya hidup pragmatisme. Memilih jalan pintas untuk mencapai tujuan. Anak muda terjebak dalam lingkaran kapitalisme global yang merasuki segala sendi kehidupan. Anak muda (pelajar dan mahasisa) sekarang ini, banyak yang tidak memiliki sikap kritis, banyak memilih hidup hura-hura. George Ritzer dalam The McDonalization of Society (1993) mengatakan bahwa paradigma hidup dalam alam modern saat ini adalah rasionalitas formal. Sebuah kondisi yang menginginkan segala sesuatunya lebih cepat, efisien dan rasional. Dalam tahapan tersebut, kultur eksploitasi dari sistem kapitalisme tidak bisa dihindarkan. Kondisi semacam ini menumpulkan kritisisme. Generasi muda, menjadi budak kapitalisme yang terus menggerogoti nilai lokal. Pemuda kita lebih banyak mengkonsumsi nilai-nilai asing dibandingkan menjaga dan melestarikan budaya lokal. Pemuda kita terjebak dalam kehidupan egoistik. Peduli hanya terhadap kepentingannya sendiri, tanpa lagi mempedulikan kepentingan orang lain bahkan kepentingan bangsa dan Negara sekalipun.

Untuk menjawab kegelisahan yang ada, sekaligus mencoba menjawab pertanyaan diatas, maka perlu kiranya dicarikan solusi bersama dari segenap elemen bangsa agar nilai-nilai pancasila tetap menjadi panutan bagi kalangan generasi muda kita saat ini.

Pertama, merubah prilaku para elit. Elit bangsa ini perlu merubah diri. Mulai dari melepaskan watak oportunis, serta merubah watak rakus akan uang, kedudukan dan jabatan. Sikap mementingkan kesejahteraan rakyat harus ditonjolkan, dibandingkan sikap memperkaya diri sendiri, keluargan dan kroni-kroninya. Kedua, optimalisasi peran lembaga-lembaga keagamaan. Lewat lembaga keagamaan, diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang toleran, menghargai setiap perbedaan (kebhinekaan). Maka, generasi muda lintas Suku, Agama, Ras dan Golongan (SARA), menjadi teladan dalam memperjuangkan serta mempraktekan nilai-nilai toleransi sebagai mana tercantum dalam nilai sila-sila pancasila. Peran tokoh agama pun menjadi penting untuk memberikan syiar tentang nilai-nilai pancasila bukan sebaliknya mengeluarkan kata-kata yang berbau SARA.

Ketiga, pembentukan karakter (character building), dikalangan generasi muda kita. Pembentukan karakter harus dimulai sejak dini mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah sampai perguruan tinggi. Pembentukan karakter tersebut harus bisa menjawab kebutuhan generasi muda. Termasuk menangkal watak pragmatisme yang sudah menjalar dikalangan generasi muda saat ini. Untuk itu kedepannya, pendidikan pancasila harus menjadi pendidikan wajib mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Lewat pendidikan pancasila tersebut, diharapkan mampu membentuk karater generasi muda kita bisa menjadi generasi yang mandiri secara politik, berdikari secara ekonomi, berkepribadian secara kebudayaan.

Apa yang ada dalam tulisan ini, bukanlah kata kunci guna menjawab keprihatinan akan pudarnya nilai pancasila dikalangan generasi muda kita dewasa ini. Saya yakin dan percaya bahwa masih begitu banyak akar persoalan akan apa yang dialami oleh generasi muda saat ini. Termasuk juga ada begitu banyak solusi yang bisa ditawarkan agar pancasila digandrungi dan dijadikan pedoman hidup generasi muda. Untuk itu, kerjasama semua pihak baik dari elit, aparatus Negara, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan serta elemen masyarakat harus bahu membahu agar nilai-nilai pancasila tidak tergerus oleh waktu, apalagi digantikan dengan ideologi lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun