Oleh:
Agustinus Y. Budiarta
Perhelatan pesta olahraga Negara-negara Asia Tenggara sedang berlangsung di tanah air. Gaung perhelatan yang bertajuk Sea Games ke-26 tersebut merambah hampir keseluruh pelosok negeri. Event dua tahunan tersebut menjadi ajang bagi para atlet setiap negara untuk menunjukan prestasi terbaiknya.
Sebagai negara penyelenggara, para atlet kita pun sudah jauh-jauh hari telah mempersiapkan diri guna bertarung diberbagai cabang olahraga. Persiapan yang matang tersebut sudah kita bisa saksikan saat ini dimana atlet-atlet kita terus mendulang pundi-pundi emas dari berbagai cabang olahraga. Kumandang lagu kebangsaan Indonesia raya seolah tak berhenti dari Bumi Sriwijaya palembang serta dari Jakarta dua tempat yang menjadi tuan rumah perhelatan Sea Games tahun ini.
Salah satu cabang olahraga yang dinantikan prestasinya adalah cabang sepak bola. Maklum, sudah dua puluh tahun sejak Sea Games tahun 1991, kita terakhir kalinya mendapatkan emas dari cabang sepak bola dalam perhelatan dua tahunan tersebut.
Kini, penantian panjang para pencinta sepak bola di tanah air, berada dipundak Titus Bonai dkk. Tidak berlebihan memang melihat kiprah timnas U-23 saat meladeni lawan-lawannya di babak penyisihan. Kandidat kuat juara tim Thailand yang merasakan keganasan tim besutan Rahmad Darmawan, dilibas dengan skor telak 3-1.
Semangat Nasionalisme
Pertanyaannya adalah Mengapa harus sepak bola?. Sepak bola adalah olahraga yang paling banyak digemari oleh masyarakat indonesia. Mulai dari kelas bawah sampai para elite di seluruh pelosok negeri ini seakan dibius oleh aksi aktratif para pemain di lapangan hijau. Tingginya animo masyarakat terhadap prestasi timnas sepak bola tidak terlepas dari carut marutnya sepak bola dalam negeri. Liga sepak bola yang digelar di tanah air selalu menampilkan cerita negatif. Mulai dari tawuran antar suporter baik di dalam maupun di luar stadion. Di lapangan sepak bola, kita juga menyaksikan bagimana tawuran melibatkan pemain, pemukulan terhadap wasit serta tindakan-tindakan negatif lainnya yang sangat jauh dari semangat sportifitas dan fair play.
Kondisi inilah, yang menyebabkan masyarakat pencinta sepak bola di tanah air yang haus prestasi, mendambakan timnas U-23 yang bertarung di Sea Games kali ini mampu terbang tinggi guna meraih medali emas.
Melihat animo masyarakat indonesia menyaksikan tim kesayangannya berlaga dilapangan hijau, nampak terlihat kesan bahwa sepak bola mampu menyatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Besarnya animo masyarakat yang datang langsung ke stadion atau menyaksikan lewat televisi seharusnya menjadi bahan refleksi bagi Pemerintah dan PSSI untuk terus membina pemain-pemain muda berkualitas yang bertebran dari Sabang sampai Merauke. Saatnya PSSI berpikr ulang akan format pembinaan sepak bola yang teratur dengan bekerja sama dengan berbagai pihak.