"Ugh" seorang pria tertududuk di atas lantai dengan darah tampak bersimbah di sekujur pakaian putihnya, "Akhirnya, aku membunuhnya lagi, hehe, aku membunuh Iblis ini." Pria itu tampak senang dengan apa yang telah dia lakukan baru saja.
"Hiks... Ayah , apa yang kau lakukan?" seorang wanita muda terlihat shock dan menangis melihat kejadian yang baru saja berlangsung di tempat itu. Ia tertunduk sedih dengan rambut terurai dan berantakan menutupi sebagian wajahnya.
"Dia bukan suamimu, Airin. Dia itu Iblis." Ucap si Pria di depannya.
"Iblis? Sebenarnya siapa yang Iblis? Doni, atau ayah?" Airin mengangkat wajahnya dan menatap sang pria yang ternyata ayahnya itu dengan tajam. "Sedari dulu orang-orang yang selalu dekat denganku, ayah anggap mereka Iblis. Bahkan satu-satunya sahabat terdekatku sedari kecil pun kau bunuh dan kau anggap Iblis. Orang macam kau ini?"
"Mereka memang Iblis. Mereka tak boleh berada di dekatmu. Mereka tak boleh mengganggu malaikat kecilku."
"Aku bukan malaikat kecilmu, dan aku membencimu!"
"Kau tidak boleh membenciku, Airin. Karena aku ayahmu. Ayahmu yang melindungimu dari para Iblis."
"Kau bukan ayahku, tapi kau adalah Iblis yang sebenarnya. Kau tidak pernah melindungiku dari Iblis. Tapi kau yang menyakiti malaikat-malaikatku."
"Aku lah malaikatmu."
"Tidak. Kau Iblis. Dan bagaimana Iblis sepertimu bisa berada di sini? Kenapa kau menemukanku?"
"Kau tidak perlu tahu bagaimana ayahmu ini bisa keluar dari rumah sakit jiwa terkutuk itu dan menemukanmu. Yang jelas, sekarang kita bisa hidup bersama-sama lagi seperti dulu, dan aku tetap bisa menjagamu, Airin."