Mohon tunggu...
Agus Arta Diva Anggara
Agus Arta Diva Anggara Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

"write what should not be forgotten"

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Enola Holmes 2", Perjuangan Feminis Sarah Chapman Menginspirasi Plot Cerita

11 November 2022   20:17 Diperbarui: 11 November 2022   20:23 2697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enola Holmes 2 Poster. Source: Netflix

Enola Holmes 2 (2022) rilis pada tanggal 4 November 2022, di layanan streaming Netflix merupakan kelanjutan dari film pertamanya Enola Holmes (2020)  yang sukses menyita perhatian penggemar film khususnya mereka yang menyukai isu sosial seperti feminisme dan kesetaraan gender. 

Enola Holmes 2 (2022) bercerita mengenai kelanjutan  petualangan Enola Holmes ( Millie Bobby Brown) untuk mengungkap sebuah kasus kehilangan yang mengantarnya ke dalam kasus yang lebih dalam dan serius mengenai konspirasi politik dan pembunuhan. 

Petualangan memecahkan kasus dan berbagai misteri dimulai saat Enola Holmes mulai membentuk agensi detektif sendiri,  setelah dirinya berhasil memecahkan kasus besar pada film pertamanya. 

Namun hal tersebut tidak berjalan sesuai harapan Enola, tidak ada satupun klien yang menginginkan Enola untuk menyelidiki kasus mereka karena berbagai alasan mulai dari dirinya masih muda, dan juga seorang perempuan. Tidak hanya persoalan tersebut, kakak kandung Enola, Sherlock Holmes (Henry Cavill) seorang detektif profesional ternama  yang menjadi rival Enola.

Berbeda dengan Enola, Sherlock justru mendapat begitu banyak tawaran untuk menangani kasus-kasus penting. Melihat hal itu, Enola ingin menyerah dan menutup agensi detektif yang baru saja ia buka. Disaat Enola mulai putus asa,  seorang anak kecil mendatangi kantornya dan meminta bantuan kepada Enola untuk mencari kakaknya yang hilang bernama Sarah Chapman (Hannah Dodd). 

Apakah Enola Holmes 2 Berdasarkan Kisah Nyata?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, tidak sedikit pertanyaan yang muncul dari benak penonton mengenai "Apakah Sherlock Holmes dan Enola Holmes, ada di kehidupan nyata?"

 Jawabannya adalah Tidak.

Dilansir dari decider.com Sherlock Holmes adalah karakter fiksi yang diciptakan oleh penulis British Arthur Conan Doyle. Kisah misteri pertama Sherlock berjudul "A Study in Scarlet" yang dipublikasikan pada tahun 1887. Begitu juga dengan karakter Enola Holmes diangkat dari kisah fiksi book series berjudul "The Enola Holmes Mysteries Series" yang diciptakan oleh Nancy Springer. 

Karakter Fiksi Sherlock Holmes. Source: wikipedia
Karakter Fiksi Sherlock Holmes. Source: wikipedia

Jika kedua tokoh penting dalam film ini adalah karakter fiksi, lantas apa yang membuat Harry Bradbeer (sutradara film) dan juga Jack Throne (screenwriter) menyisipkan kalimat "Some of what follows is true. The Important part at least" pada kredit teks pembukaan  film Enola Holmes 2? 

Kalimat tersebut jika diterjemahkan berarti "Beberapa kejadian ini nyata. Setidaknya bagian-bagian pentingnya" Kalimat itu dibuat bukan tanpa tujuan,  sutradara Harry Bradbeer terinspirasi dari kisah aktivis yang memimpin aksi pemogokan buruh pada tahun 1888 di London bernama Sarah Chapman. Aksi tersebut dikenal dengan "Match Girls Strike Committee."

Mengenal Sarah Chapman di Kehidupan Nyata

Di dalam film Enola Holmes 2 (2022), Sarah Chapman adalah nama seorang gadis yang menghilang dan  sedang  diselidiki oleh Enola. Adik Sarah yang melaporkan hilangnya Sarah kepada Enola setelah Sarah dituduh sebagai pencuri di pabrik korek api tempat Sarah dan adiknya itu bekerja. Di dalam film Sarah berusaha membongkar konspirasi yang tersembunyi di pabrik korek api tempat ia dan adiknya bekerja.

Sarah melarikan diri dan bersembunyi ketika dirinya mengetahui fakta mengejutkan bahwa penyebab dari banyaknya buruh pabrik korek api meninggal dunia bukanlah penyakit tifus seperti apa yang mereka sebarkan kepada publik, melainkan bahan pokok baru yang digunakan dalam memproduksi korek api yakini fosfor putih yang harga produksinya lebih murah namun sangat berbahaya bagi tubuh yang dapat menyebabkan kematian.

 Dalam kehidupan nyata, Sarah Chapman adalah seorang aktivis buruh yang membantu mengorganisir pemogokan buruh pada tahun 1888 di pabrik korek api Bryant & May di Bow, London. 

Dilansir dari website People's History Museum cicit perempuan dari Sarah Chapman bercerita bahwa  pemogokan tersebut merupakan bentuk protes dari banyak sekali kondisi kerja yang tidak adil, jam kerja yang panjang dengan upah yang sangat kecil yang diterima buruh perempuan. Selain itu mereka juga harus bekerja dengan fosfor putih berbahaya yang dapat memicu kanker yang dikenal sebagai "rahang phossy."

whatsapp-image-2022-11-11-at-7-56-51-pm-636e46a941ec7a6945179514.jpeg
whatsapp-image-2022-11-11-at-7-56-51-pm-636e46a941ec7a6945179514.jpeg
Rahang phossy. Source: Nationalgeographic.co.id

Sarah Chapman dan beberapa buruh wanita lain yang terlibat saat pemogokan itu telah diakui sebagai pelopor kesetaraan dan keadilan gender, hak asasi manusia, dan hak pekerja. 

Beberapa wanita lain yang terlibat dalam aksinya adalah Louisa Beck, Mary Driscoll, Alice Francis, Julia Gamelton, Ellen Johnson, Eliza Martin, Mrs Mary Naulls, Eliza Price, Kate Sclater, Jane Staines and Jane Wakeling.

Namun sampai disinilah, kisah nyata Sarah Chapman menginspirasi plot dalam film Enola Holmes 2 (2022), karena dalam kisah aslinya Sarah Chapman tidak pernah menghilang atau melakukan penyamaran untuk masuk kedalam kelas sosial yang lebih tinggi seperti yang digambarkan dalam film.

Sarah juga tidak pernah memiliki hubungan tersembunyi dengan putra pemilik pabrik. Dalam kehidupan nyata, Sarah menikah dengan pria yang bernama Charles Dearman pada tahun 1891. 

Potret Feminise dalam Film Enola Holmes 2

Mengangkat perjuangan Sarah Chapman membuat isu sosial mengenai feminisme dan perjuangan wanita untuk mencapai kesetaraan menjadi nilai moral yang lebih kuat jika dibandingkan dengan  film pertamanya.

Feminisme, menurut teori adalah filosofi yang mendukung kesetaraan gender dengan menekankan pentingnya perempuan dan menghilangkan stereotip gender yang menggambarkan laki-laki sebagai superior dan perempuan sebagai subordinat (Gray, Mel & Boddy, Jennifer 368).

Jika pada film pertamanya banyak menggambarkan bagaimana potret perempuan didikte pada abad ke-19 di Inggris mulai dari penampilan, cara berpakaian, kebiasaan makan, sekolah, pesan-pesan femis disampaikan dengan cara yang menarik berbeda dengan film kedua yang sedikit lebih serius dan cukup intens. 

Setidaknya terdapat enam jenis feminisme untuk membahas isu sosial dan kesetaraan gender (Aulia,2022). Enam jenis feminisme tersebut meliputi Liberal Feminism, Traditional Marxist Feminism, Radical Feminism, Socialist Femnisim, Postmodern Feminism, Critical Race Feminism. Untuk memahami lebih lanjut, mari kita lihat potret femnisime dalam film Enola Holmes 2 (2022).

 

Liberal Feminism

Feminisme liberal melihat bagaimana pembagian peran gender yang diterima oleh perempuan, mulai dari penampilan, gaya berbicara, pekerjaan, dan lain sebagainya. Feminisme liberal merupakan ideologi yang menginginkan terbebasnya perempuan dari peran gender yang opresif. Hal ini digambarkan pada bagian awal film Enola Holmes 2 (2022) tepatnya pada durasi (02:09).

Adegan dalam Film. Source: Dokpri/tangkapan layar
Adegan dalam Film. Source: Dokpri/tangkapan layar
Adegan tersebut menceritakan awal karir Enola membuka agensi detektif, setelah berhasil memecahkan kasus besar di film pertamanya. Namun Enola justru diremehkan karena dirinya adalah seorang perempuan, serta banyak dari mereka hanya mengakui hasil kerja Sherlock Holmes kakak laki-laki Enola saat kasus pertama berhasil dituntaskan, meskipun Enola berperan cukup signifikan dalam kasus pertamanya. 

Adegan ini menggambarkan dengan jelas feminisme liberal bahwa dalam masyarakat patriarki, pekerjaan yang cocok untuk perempuan diasosiasikan pada sifat feminim seperti perawat, sekretaris, guru, bukan menjadi seorang detektif yang dinilai terlalu maskulin.  

Traditional Marxist  Feminist

Berdasarkan teori feminis Marxis tradisional, dasar dari penindasan perempuan tidak hanya terletak pada potensi individu, melainkan organisasi dan struktur politik serta ekonomi masyarakat. 

Feminisme Marxis menganalisa cara-cara wanita dieksploitasi melalui kapitalisme dan kepemilikan individual. Feminisme ini muncul pada adegan saat pengurus pabrik memberikan upah kecil bahkan memotong upah buruh perempuan di pabrik tersebut durasi (12:02). 

Adegan dalam film. Source: Dokpri/tangkapan layar
Adegan dalam film. Source: Dokpri/tangkapan layar

Pada adegan tersebut tergambarkan bagaimana sistem kerja kapitalis yang mengeksploitasi buruh perempuan karena merasa mereka adalah kelompok subordinat. 

Social  Feminist

Menurut teori feminis sosialis, sifat manusia dan kesetaraan sosial berfluktuasi tergantung pada siapa yang mengontrol cara produksi. Dalam film, laki-laki menduduki peran kapitalis perusahaan, memiliki gaji yang jauh lebih tinggi daripada perempuan saat itu. 

Hal inilah yang dapat digunakan untuk mengontrol perempuan sehingga muncul paradigma bahwa perempuan harus berkepemilikan. Hal ini digambarkan dalam adegan ketika petugas laki-laki di dalam pabrik mengontrol bagaimana perempuan bertindak atas keinginan mereka karena baginya begitulah seharusnya dunia bekerja.

Adegan dalam film. Source: Dokpri/tangkapan layar
Adegan dalam film. Source: Dokpri/tangkapan layar

Meskipun begitu banyak pesan dan isu feminisme yang diangkat dalam film Enola Holmes 2 (2022), film ini tetap bisa dinikmati karena susunan plot yang sangat rapi dan juga banyak plot twist yang akan mengajak penonton menebak pelaku, motif, dan penyelesaian konflik. 

Setiap adegan dapat menjadi detail petunjuk yang jika disatukan dengan benar seperti puzzle akan menjadi benang merah dalam setiap kasus yang dikerjakan oleh kakak beradik Enola Holmes dan Sherlock Holmes, serta nilai perjuangan aktivis Sarah Chapman untuk kesetaraan perempuan menjadi plot point dalam film ini.

"It only takes one match to start a fire."-Sarah Chapman

Tunggu apa lagi? Siapkan snack kalian dan ikuti penyelidakan kasus Enola Holmes 2 (2022) di layanan streaming Netflix!! 

Referensi

Nancy Mandell, Jennifer Johnson. (Sixt Edition). Feminist   Issue   Race, Class,   and   Sexuality.Toronto: Pearson Toronto. 

Bahri, S., Harlina, A. R., & Hutapea, G. W. S. (2022). Feminism in Harry Bradbeer's Movie'Enola Holmes'. Proceedings of English Linguistics and Literature, 3, 20-28.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun