Tentunya tidak ada yang tau pasti bagaimana dinamika jurnalisme di masa depan.Â
Namun dinamika ini dapat diprediksi dengan melihat perkembangan jurnalisme saat ini dan juga potensi dari teknologi yang sedang dikembangkan.Â
Widodo(2020) dalam bukunya menyebutkan bahwa jurnalisme masa depan tidak lagi bersifat linear. Audens kembali lagi mempunyai peran ganda sebagai konsumen sekaligus produsen berita.Â
Jurnalisme masa depan akan banyak menggunakan sosial media sebagai platform untuk mendistribusikan produk berita yang mereka buat.Â
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat juga mempengaruhi kecepatan penyebaran berita pada masa depan. Namun dalam hal ini, akurasi berita akan dipertanyakan.Â
Pada masa ini, terdapat dua jenis atau gaya pelaporan berita yaitu Curative Journalism dan Hyperlocalisation Journalism.
Curative JournalismÂ
Gaya pemberitaan ini akan dilakukan dengan pengumpulan berita dari berbagai sumber kemudian diolah, lalu dikumpulkan  menjadi satu tempat. Terdapat tempat khusus bagi audiens untuk mengonsumsi berita. Contoh Curative Journalism adalah Beritagar.
Hyperlocalisation JournalismÂ
Praktik jurnalisme yang berbasis pada lokal atau komunitas yang cenderung sempit. Berita-berita yang dipublikasikan hanya dikhususkan untuk konsumsi komunitasnya, berita yang diproduksi berbasis pada peristiwa yang terjadi pada komunitasnya.Â
Salah satu contoh dari Hyperlocalisation Journalism adalah Bali Post, dimana produksi berita hanya mengutamakan apa yang sedang terjadi di Bali, dan juga yang menyangkut atau memberikan dampak pada masyarakat di Bali.