Seiring dengan bertumbuhnya popularitas fenomena viral, muncul pula berbagai keuntungan dan kerugian yang perlu dipertimbangkan. Bagi individu atau brand, viralitas dapat membawa keuntungan ekonomi yang signifikan. Pengaruh yang didapatkan dari keviralan dapat menciptakan peluang besar dalam dunia bisnis, politik, atau hiburan. Seorang influencer atau kreator konten yang viral, misalnya, dapat menarik perhatian sponsor atau merek untuk bekerja sama dalam kampanye iklan, yang tentunya dapat mendatangkan pendapatan besar.
Namun, ada pula kerugian yang tak bisa diabaikan. Keviralan sering kali datang dengan tekanan psikologis yang besar bagi individu yang terlibat. Konten yang viral tidak selalu berisi hal positif atau konstruktif; banyak juga konten yang justru berisi ujaran kebencian, hoaks, atau informasi yang tidak akurat. Hal ini berpotensi menciptakan dampak negatif bagi individu atau kelompok yang terlibat, baik dari segi reputasi maupun kesehatan mental.
Bagi masyarakat luas, keviralan dapat menciptakan fenomena yang mengarah pada kecanduan sosial media, di mana orang lebih fokus pada upaya menjadi terkenal daripada pada nilai-nilai yang lebih mendalam. Fenomena ini juga sering kali melahirkan standar kecantikan atau kesuksesan yang tidak realistis, yang dapat memengaruhi citra diri dan kesejahteraan psikologis individu, terutama di kalangan generasi muda.
Viralitas yang kini begitu diidam-idamkan banyak orang menuntut sikap yang lebih bijak dalam mengelola apa yang kita bagikan di dunia maya. Meskipun tampaknya menjadi viral memberikan banyak keuntungan, di baliknya terdapat tanggung jawab besar. Bukan hanya bagi individu yang terlibat, tetapi juga bagi platform dan masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai individu, kita harus sadar bahwa apa yang kita unggah bisa memengaruhi orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mempunyai tanggung jawab terhadap konten yang kita buat dan bagikan adalah hal yang sangat penting. Dengan kata lain, meskipun keviralan menawarkan keuntungan yang besar, kita tidak boleh mengorbankan nilai-nilai etika dan moral hanya demi mendapatkan perhatian atau popularitas.
Di sisi lain, platform media sosial juga memiliki peran besar dalam memastikan bahwa konten yang viral tidak merugikan banyak pihak. Mereka harus lebih selektif dalam menyaring konten yang dapat berdampak negatif, dan mengedukasi pengguna untuk lebih berhati-hati dalam berbagi informasi. Selain itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan literasi digital yang lebih baik, agar kita semua bisa lebih bijak dalam memanfaatkan potensi dunia digital.
Referensi :
Agustina, L. (2020). Viralitas konten di media sosial. Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa, 1(2), 149-160.
Bernatta, R. A. R., & Kartika, T. (2020). Fenomena Massa Dalam Mencari Informasi Viral Pada Media Sosial Instagram. Jurnal Sains Sosial Dan Humaniora, 4(2), 153-65.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H