Sejauh ini tim dari Jokowi dalam materi kampanyenya terus konsisten dengan narasi-narasi yang bersandar pada tema harapan. Apa dan bagaimana sebuah capaian-capaian yang telah bisa kita raih, mimpi dan harapan apa ke depan yang harus kita tuju adalah konten-konten yang dikedepankan.
Di sisi lain, terlihat kalau tim dari Prabowo sangat getol membuat narasi-narasi kampanye yang bersandar pada tema ketakutan. Tidak heran jika narasi tentang kebangkrutan Indonesia karena hutang negara, penjajahan asing pada aset-aset negara, masuknya jutaan orang PKI dalam kehidupan berbangsa kita sampai dengan narasi ketakutan hilangnya kesempatan kerja karena serbuan TKA menjadi narasi mainstream dalam materi kampanyenya.
Harapan dan ketakutan sama-sama diperlukan supaya selain kita optimis menjalani hidup, sekaligus juga kita selalu waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan buruk.
Yang menjadi masalah adalah jika pendekatan itu didasari bukan dengan fakta, tapi bersumber dari hoax yang tak berdasar, maka kita semua sudah bisa menilai dan menentukan pilihan mana yang seharusnya kita pilih.
Ingat, anda adalah apa yang anda pikirkan.
Jika anda berpikir selalu ada harapan untuk mendapatkan jodoh, maka jodoh itu pasti akan datang. Tapi jika anda berpikir penuh ketakutan kalau jodoh itu (seakan) stoknya sudah habis, maka selamanya anda akan hidup berkesendirian.
Kalimat terakhir tidak nyambung dan terlalu memaksakan. Gak apa-apa. Sebagai orang yang bermental Kopassus, saya bisa melakukan apa saja, termasuk memaksa anda.
Dor...!!!
Mati kau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H