Mohon tunggu...
agus abdulaziz
agus abdulaziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Manajemen UPN Veteran Yogyakarta

Jika diam adalah emas, maka berbicara kebenaran adalah mutiara dan menuliskannya adalah Cahaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agility sebagai Kunci Meningkatkan Value Korporasi

4 Desember 2023   22:01 Diperbarui: 5 Desember 2023   11:49 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Agility dalam Korporasi. Sumber: Debane.org

Ditulis Oleh:

Agus Abdul Aziz, Nadia Sabrina, Purbudi Wahyuni (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)

Perusahaan publik merupakan sebuah entitas yang dimiliki oleh Masyarakat secara umum, performa dalam memperoleh laba menjadi sangat penting karena sebuah Perusahaan publik mempunyai tanggung jawab kepada banyak pihak yang berkepentingan didalamnya. Semakin baik performa Perusahaan maka akan semakin tinggi pula minat Masyarakat untuk berinvestasi didalamnya, dan semakin besar dana investasi yang dikumpulkan oleh sebuah Perusahaan maka akan semakin cepat pula pertumbuhan Perusahaan tersebut.

Harga saham dari sebuah perusahaan publik dipengaruhi oleh tinggi rendahnya nilai perusahaan. Mengenai faktor yang mempengaruhi tingginya nilai perusahaan yaitu profitabilitas, umur perusahaan, financial leverage, dan kebijakan dividen. Variable-variabel tersebut bisa dicapai dengan sebuah strategi korporasi yang tepat untuk merespon setiap keadaan yang ada baik internal maupun eksternal, penerapan prinsip-prinsip agility merupakan salah satu kunci untuk sebuah Perusahaan mencapai titik tersebut.

Ketangkasan (Agility) merupakan konstruksi kompleks yang dapat mengambil berbagai bentuk. Hal ini mencerminkan kemampuan organisasi untuk mengembangkan dan dengan cepat menerapkan kemampuan yang fleksibel, tangkas dan dinamis. Awalnya dikaitkan dengan pengembangan perangkat lunak, lean manufacturing, rantai pasok just-in-time, dan metodologi peningkatan proses. Teori ketangkasan (Agility) kini diinformasikan oleh ilmu kompleksitas dan mencakup secara lebih luas kapasitas organisasi untuk merespons, beradaptasi dengan cepat, dan berkembang dalam lingkungan yang terus berubah.

Goldman, Nagel dan Preiss (1995) merumuskan empat aspek dari ketangkasan organisasi yaitu: (1) memberikan nilai pada pelanggan, (2) kesiapan untuk berubah, (3) menghargai pengetahuan dan keterampilan manusia, dan (4) membangun kemitraan virtual.

Perusahaan Amazone. Sumber: Por Diego Bastarrica
Perusahaan Amazone. Sumber: Por Diego Bastarrica

Salah satu contoh perusahaan publik yang telah berhasil menerapkan prinsip tangkas ini yaitu Amazon. Amazon merupakan perusahaan perdagangan multinasional yang berbasis elektronik dan menjadi toko online terbesar di dunia yang menyediakan berbagai jenis produk yang juga menjadi salah satu pionir ketangkasan (Agile). Sejak tahun 1999 Amazon telah menggunakan metode ketangkasan (Agile) untuk pengelolaan timnya. Lalu pada tahun 2004-2009 Amazon mulai mengadopsi teori ketangkasan dengan cara yang terdesentralisasi.

Melihat budaya organisasi Amazon dari tiga sudut yaitu self-organization, value generation dan adaptability Amazon dinilai mampu mengadopsi prinsip ketangkasan secara komprehensif. Melalui sudut self-organization Amazon membangun budayanya dengan "Two Pizza Teams" yaitu sturktur tim yang tangkas untuk tetap dekat dengan pelanggan, menghindari distraksi dan persaingan serta membuat keputusan dengan cepat. Amazon menyebutnya "Two Pizza Teams" karena sebuah tim tidak boleh lebih besar dari yang dapat dua Pizza berikan (tidak lebih dari 6 orang). 

Selanjutnya "Forcing Functions" yaitu sebuah guideline mengenai strategi perusahaan guna menyelaraskan tujuan. Amazon memperoleh hasil yang diperoleh secara fungsional dan kuantitatif dengan memberikan kebebasan yang besar dalam cara mencapainya. Terakhir, kolaborasi antar tim dengan menyinkronkan ide tiap tim dan divisi untuk menciptakan suatu kesatuan.

Value generation atau penciptaan nilai dengan menekankan "Customer Obsessed" yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, kesederhanaan dan menciptakan ruang kerja yang menantang bagi para pekerjanya. Terakhir dari sudut adaptability dengan mengembangkan metode seperti DevOps (a deployment every second), Day 1: first day culture, Failing & Creating dan Feedback culture.

Amazon telah mampu mengadaptasi prinsip ketangkasan organisasi meski mereka tidak pernah mengklaim sebagai "Agile". Semua tercerminkan dari cara-cara yang mereka kembangkan dalam organisasi. Tingginya persaingan dalam industri ini juga mendorong Amazon agar terus dapat beradaptasi dan berinovasi. Sebagian dari apa yang telah dilakukan oleh Amazon memerlukan usaha yang keras dan waktu yang relatif tidak sedikit. Hal lain yang menjadi tantangan bagi organisasi lain untuk mampu mengadaptasi prinsip ini yaitu biaya yang tinggi dan juga investasi yang besar serta dibutuhkan dedikasi dan kesungguhan dari seluruh entitas yang berada di dalam sebuah organisasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun