Mohon tunggu...
Agus Sulaiman
Agus Sulaiman Mohon Tunggu... -

sekedar pengin menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaknai Waktu

31 Desember 2011   06:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:32 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kejadian selalu akan dimaknai oleh setiap individu juga kelompok yang menjadi bagian dari kejadian tersebut. Kejadian akan disimpan dalam memori masing-masing individu atau kelompok untuk kemudian dikelola  menggunakan pikiran dan keyakinan yang dianut dan akan menghasilkan keluaran sebagaimana dia bertindak, berucap maupun ketika menilai suatu kejadian lainnya.

Dan setiap kejadian akan dibingkai oleh waktu, baik waktu dalam arti detik, menit, hari, tanggal, minggu, bulan, tahun maupun waktu dalam diri masing-masing individu, waktu dimana hanya individu-individu yang mengetahui setiap pencatatan kejadian dalam hati pikiran yang paling dalam.

Bisa jadi setiap akhir tahun akan menjadi refleksi bagi sebagian individu atas kejadian yang lalu untuk kemudian dimaknai kembali sebagai modal untuk merencana perjalanan menghadapi tahun yang baru yang sudah di pelupuk mata. Individu akan meminjam pendekatan analisi SWOT untuk memahami kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan agar tersusun rencana kerja yang terukur. Tentunya dalam menjalani setiap babak kehidupan tidaklah seperti mesin atau drama yang akan berjalan sesuai rencana. Kadang atau sering menyimpang dari yang diperkirakan sebelumnya atau benar benar berjalan berlawanan dari rencana yang telah dibuat. Sebaik dan sedetail apapun ketika merencanakan perjalanan touring tidak ada yang bisa menjamin ban kendaraan yang ditumpangi akan terbebas dari kebocoran. Akan tetapi merencanakan apa yang akan dan musti dilakukan bukanlah suatu keburukan, melainkan sangat istimewa.

Bagi sebagian yang lain mungkin tidak ada refleksi akhir tahun, karena mereka sudah merenungi setiap kejadian untuk kemudian dimaknai saat atau sesaat setelah kejadian berlangsung. Seorang anak kecil tidak akan meminum kembali jamu yang diberikan oleh orang tuanya karena sudah pernah merasakan pahit saat meminum sebelumnya. Anak kecil tersebut baru akan meminumnya kembali jika orang tuanya membentak atau bahkan memaksanya, karena tidak ada pilihan lain diminumlah jamu pahit itu kendati seluruh pikiran menolaknya. Setelah diminum jamu tersebut bisa dimuntahkan kembali atau sang anak tetap meraung-raung atau bahkan kabur dari rumah ketika orang tuanya belum sempat memaksa.

Pemaknaan kejadian bagi yang lebih dewasa tak berbeda jauh dengan apa yang dimaknai anak kecil. Setiap kejadian akan dimaknai dan memilih itu melakukan sesuatu yang lebih baik dalam segala hal tanpa merujuk pada akhir tahun.

Setiap helaan nafas adalah pemaknaan, pemaknaan atas sesuatu yang baru dilakukan, dirasakan, maupun dilihatnya. Agama mengajarkan setiap helaan nafas adalah dzikr. Tak berlebihan jika setiap kejadian, dalam pemaknaannya tidak dibenarkan meninggalkan yang Ilahi.

Apapun yang dilakukan dalam pendekatan pemaknaan atas kejadian karena kedua-duanya menemukan pembenarannya masing-masing. Yang pasti waktu akan melaju tanpa ada yang bisa menghentikan. Seorang bijak mengatakan, “waktu itu bagai pedang yang terus mengirismu jika lengah”. Maknai dan lakukan sesuatu jika tak ingin menjadi debu waktu.

Selamat tahun baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun