Hal ini juga sesuai dengan arahan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian kepada jajaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk memfasilitasi terbentuknya satuan-satuan pelayanan makan bergizi secara gratis dengan target 30.000 layanan se-Indonesia.
Gerakan Makan Sehat Bergizi Serentak di Sumatera Utara memiliki anggaran yang ditetapkan sebesar Rp. 15.000 per siswa untuk program uji coba yang sedang berlangsung.
Program ini didanai melalui CSR Bank Sumut dengan total anggaran mencapai Rp1,2 miliar dan melibatkan sekitar 3.452 siswa dalam uji coba pertama.
Uji coba makan siang sehat gratis berlangsung dengan baik dan tertib di SMA Swasta Dharma Pancasila, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan dan disaksikan langsung oleh Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya Sugiarto.
Lantas apakah menu makanan yang dilahap oleh siswa peserta makan siang gratis sehat itu sudah memenuhi asupan gizi untuk anak atau siswa kita?
Baca Juga: Peran Ikrar Sumpah Pemuda dalam Manajemen Pendidikan
Pantauan di lapangan, menu makan siang gratis yang disediakan sudah memenuhi asupan gizi bagi siswa. Program ini mengusung prinsip "empat sehat lima sempurna," yang mencakup berbagai komponen makanan bergizi.
Menunya terdiri dari nasi yang jelas memiliki sumber karbohidrat utama bagi tubuh. Kedua, sayuran yang menyediakan serat, vitamin, dan mineral. Lalu ada protein dalam ayam goreng atau ikan untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam diri atau tubuh siswa. Terakhir, buah seperti pisang yang kaya akan vitamin dan serat.
Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap kotak makanan tidak hanya memenuhi standar gizi tetapi juga sesuai dengan kondisi lokal. Dengan demikian, diharapkan menu tersebut dapat memberikan manfaat kesehatan yang optimal bagi siswa.
Mengapa? Karena asupan gizi sangat penting ketika siswa berada di sekolah dan dengan adanya makan siang gratis bergizi ini, maka diharapkan seluruh siswa tidak lapar selama mengikuti proses pembelajaran atau kegiatan di sekolah.
Tak dapat dipungkiri, tidak semua siswa dari kalangan menengah ke atas yang dibekali oleh orangtua-nya dari rumah uang jajan untuk membeli makanan di siang hari atau di jam istirahat panjang -- ISOMA -- sehingga kebanyakan siswa menahan lapar menunggu jam pulang sekolah, sehingga banyak siswa di jam-jam terakhir, kelaparan sehingga tidak konsentrasi dan mengakibatkan ngantuk.