'R sang legenda yang menjanjikan disingkirkan demi mendapatkan R yang ternyata belum pernah mencicipi kerasnya Liga Inggris', begitulah fakta dalam pemikiran saya usai mengetahuai hasil laga pekan ke-15 Liga Inggris pekan ini.
R yang saya maksud adalah Ruud van Nistelrooy dan Ruben Amorim yang sama-sama berkiprah di klub barunya masing-masing.
Kita ketahui bersama, Ruud van Nistelrooy adalah asisten pelatih Erik ten Haag dan sudah makan banyak 'asam-garam' keras dan ketatnya permainan di Liga Ingggris yang katanya Liga Terbaik sekaligus Liga Termahal di dunia.
Sebagai pemain, RvN adalah idola dan maestro Liga Inggris dengan keterampilan mengolah si kulit bundar sekaligus menjadi striker menakutkan dengan sentuhan kaki dan kepalanya.
Dia sudah menaklukkan Liga Inggris kala dibawah asuhan Sir Alex Ferguson dan jadi bagian dari generasi emas-nya Setan Merah dengan torehan 150 gol dari 219 penampilan bersama dengan Setan Merah.
Usai Erik ten Haag dipecat Oktober lalu, manajemen Manchester United mengumumkan Ruud van Nistelrooy jadi Caretaker alias pelatih sementara menunggu rampungnya proses perpindahan Ruben Amorim dari Sporting CP, namun Van The Man -- julukan Ruud van Nistelrooy -- mampu menjawab tantangan dengan memberikan kemenangan kepada MU saat kontra Leicester City di pekan ke-11 dengan skor telak 3-0.
Namun, nyatanya kedatangan pelatih asal Portugal itu tidaklah sesuai dengan harapan manajemen dan pendukung Setan Merah.
Dari Segi Pengalaman Pemain dan Melatih, Amorim Masih Kalah
Bagaimana tidak? Dari dua pertandingan awal yang dilakoninya sebagai pelatih MU, Ruben Amorim nyatanya tidak dapat memberikan kemenangan kepada Setan Merah.