Sumpah Pemuda yang diikrarkan oleh para pemuda tanah air yang tergabung dalam berbagai 'joung'Â pada tanggal 28 Oktober 1928 turut andil menandai sejarah perjalanan bangsa ini.
Semangat baru digelorakan para pemuda Indonesia di tengah masa penjajahan. Tujuannya hanya satu, menggapai cita-cita kemerdekaan sebagai suatu bangsa yang berdaulat.
Sumpah Pemuda, Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, adalah 'Benang Merah" sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia berdaulat, adil, dan makmur.
Aneka peristiwa mewarnai perjuangan tiga tonggak sejarah itu, diantara periode tersebut selalu ditandai dengan semangat perjuangan yang mengedepankan persatuan, kesatuan, dan tujuan kemerdekaan.
Pada saat itu, orang berbicara tentang pentingnya kesatuan dan persatuan, karena dengan hal itulah maka bangsa kita bisa mengusir penjajah dan memerdekakan dirinya, melihat kondisi kehidupan masyarakat yang terpecah belah oleh perilaku kolonialisme penjajah kala itu.
Saat dicetuskan, Sumpah Pemuda didasari atas keinginan untuk memiliki satu bangsa, satu bahasa dan tanah air. Tak ada tercetus niat lain, apalagi membentuk satu negara, karena penjajahan menjadikan niat ini sebagai satu hal 'tabu' dan terlarang.
Sumpah Pemuda memiliki makna yang sangat mendalam bagi bangsa ini, sumpah pemuda berisi ikrar bersatunya dan disatukannya tunas-tunas bangsa oleh kesamaan tanah air, bangsa, dan bahasa.
Ini mengingatkan kembali jati diri kita sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus senantiasa kita jaga dan kita pertahankan dari segala bentuk tantangan, ancaman, maupun krisis.
Peran Sumpah Pemuda Dalam Konteks Pendidikan Karakter
Semangat dan jiwa Sumpah Pemuda sangat perlu digelorakan kembali di usia Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah menginjak usia ke-79 dengan tema "Nusantara Baru, Indonesia Maju" dan di usia Sumpah Pemuda ke-96 dengan tema "Maju Bersama Indonesia Raya" yang memiliki benang merah, sama-sama menginginkan Indonesia yang Maju.
Lantas bagaimana menjadi Indonesia yang Maju? Indonesia akan maju dengan syarat para pemudanya sudah maju pemikirannya dan pendidikannya juga sudah maju. Mapan dalam segala hal, mandiri dalam arti mampu menjadi diri sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.
Oleh karena itu semangat dan jiwa Sumpah Pemuda sangat perlu digelorakan kembali dalam jiwa kaum muda sekarang. Masa depan bangsa ini terletak pada etos kerja dan semangat kaum muda. Dalam sejarah bangsa maupun dunia, kaum muda tetap menduduki posisi penting pada setiap perubahan tatanan sosial. Ini juga terjadi di Indonesia.
Sumpah Pemuda mengingatkan kita semua bahwa Indonesia ini adalah milik kita bersama, tidak peduli dari kalangan agama atau suku manapun, atau dari kalangan aliran politik yang bagaimanapun, Sumpah Pemuda telah mengikrarkan bahwa kita adalah satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa.
Jadi, sangat miris rasanya jika masih ada profesi yang satu meledek ataupun mengejek profesi yang lain. Merasa profesi atau pekerjaannya-lah yang paling hebat, paling halal, padahal sama-sama jualan. Cuma yang satunya jualan berkedok agama, sehingga dianggap paling mulia jabatannya, sementara yang lain jualan es teh dingin, sehingga dianggap menjadi profesi paling bawah dalam strata kehidupan bermasyarakat.
Sungguh miris bukan?
Padahal, tujuan Sumpah Pemuda itu adalah menyatukan semua elemen masyarakat, mereka waktu itu tidak peduli mau siapa pemuda itu, mau anak siapa, mau apa pekerjaannya ataupun profesinya, yang penting mereka bersatu dan berkomitmen kebangsaan yang membuka cakrawala baru menuju Indonesia Merdeka.
Dengan Sumpah Pemuda semua perjuangan yang bersifat kedaerahan, sendiri-sendiri, disatukan dalam sebuah paham kebangsaan. Dan tonggak penting itu amat berarti dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Dapat dibayangkan ketika proklamasi diucapkan tanpa komitmen penting membangun sebuah rumah bangsa yang besar bernama Indonesia, maka tugas para bapak pendiri bangsa-pun jadi ringan dengan adanya deklarasi Sumpah Pemuda.
Dengan Sumpah Pemuda, para Bapak Pendiri Bangsa hendak menyakinkan bahwa generasi penerusnya -- generasi kita sekarang dan yang akan datang -- bahwa perbedaan yang dimiliki bangsa ini adalah kekuatan dahsyat untuk mengusir penjajah, dalam bentuk apapun itu.
Sumpah Pemuda menegaskan ikrar kebangsaan bermuara pada kemerdekaan bangsa, inspirasi penting Sumpah Pemuda menegaskan perjuangan bernuansa kedaerahan yang terpecah belah tidak akan mampu membulatkan tekad mengusir penjajah.
Perjuangan Pendidikan Karakter Mewujudkan Generasi Saling Menghargai
Kini, di era teknologi informasi dan komunikasi, dimana sekarang kita bergantung pada teknologi, maka semangat kejuangan generasi muda sekarang layak digugat kembali dan dipertanyakan pengorbanannya yang relevansi dengan keadaan sekarang.
Dikala kita sudah merdeka selama 79 tahun, semakin kita menemukan perbedaan atas nama suku, agama, dan ras ditonjolkan, bahkan dijual untuk komoditas politik kekuasaan.
Tak jarang kita lihat, bully lewat media sosial, bahkan dengan kecanggihan teknologi, kita sekarang diharapkan semakin berhati-hati dalam bertindak dan berkata-kata. Sebab, tanpa kita sadari dimana-mana ada kamera yang siap mengintai kata-kata yang kita keluarkan, bahkan perbuatan kita sekalipun.
Seperti yang dilontarkan oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan yang menghina atau mengejek profesi seorang penjual es teh di sebuah pengajian.
Sungguh sangat terlalu -- komentar Rhoma Irama -- ini menandakan daruratnya dan krisisnya rasa kebersamaan dan rasa saling menghormati seperti yang dilakukan oleh para pemuda tanah air dalam melahirkan Sumpah Pemuda.
Perbedaan status dan pekerjaan, walau sama-sama jualan, hanya bedanya yang satu jualan ayat agama, yang satunya lagi jualan es teh, namun sama-sama bermanfaat, akan tetapi seorang pendakwah ini tega mengejek penjual es teh yang diborong di pengajiannya.
Kata-kata "goblok" jelas terdengar yang membuat para pengunjung tertawa puas, membuat kita miris. Bagaimana seorang seperti itu bisa lulus dan menjadi pembantu Presiden?
Perbedaan etnis, ideologi, agama, paham sosial-politik, atau juga berbagai macam perbedaan lainnya melahirkan praktik diskriminasi tiada henti di negeri ini. Malahan, akhir-akhir ini terjadi perbedaan dalam menyikapi kebebasan beragama dengan penyerangan sekelompok orang yang mengatas namakan agama tertentu yang mayoritas mencari alasan untuk secara diskriminatif menyerang, membakar tempat ibadah agama minoritas, melarang kegiatan agama lain, dan lain sebagainya.
Dunia sosial kita menganut paham realitas tunggal, yang berbeda dan yang di luar jalur dinyatakan salah. Lalu mereka-pun bisa disingkirkan. Paham realitas tunggal menuntut kepatuhan dan menolak segala kritik dan keberatan atau interupsi.
Mereka -- kaum mayoritas -- selalu meminta untuk dipahami, maka tipe kekuasaannya pun adalah kekuasaan yang minta dipamahi, sebab penguasa bisa ngamuk atau malahan mungkin marah dan balik menyerang jikalau dikritik.
Ketika perbedaan yang mengatas namakan agama, etnis semakin ditonjolkan, ketika kekerasan atas nama agama kian berjangkit, serta perbedaan kesukuan kian mengangga, maka semangat patriotisme kepemudaan layak kembali digelorakan.
Pada saat Sumpah Pemuda yang merupakan pengorbanan para pendiri bangsa terasa pudar maknanya, maka kita membutuhkan perekat persatuan, kesatuan, dan kebangsaan yang mampu menyatukan dari beragam perbedaan.
Sumpa Pemuda hanya dapat betul-betul dihayati atau dipatuhi, jika semua merasa mendapat perlakuan yang adil. Sumpah Pemuda hanya dapat betul-betul diakui atau ditaati secara bersama dengan sepenuh hati, jika semua merasa dihargai setara.
Adalah penghianatan terhadap sumpah pemuda, jika ada golongan yang mau memaksakan secara sewenang-wenang faham keagamaannya atau aliran politiknya.
Oleh karena itu, hendaklah segenap lapisan masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam hari Sumpah Pemuda. Di mana Sumpah Pemuda telah mampu menghantarakan kesenjangan berbagai suku di Indonesia, kenapa sumpah pemuda dinodai dengan timbulnya kesenjangan diantara sesama.
Jika terdapat komunikasi yang baik diantara golongan, Indonesia yang bersatu dapat maju berkembang dengan pesatnya untuk menyamakan kedudukannya di kancah dunia Internasional, dan Indonesia akan dapat diakui dan disegani oleh negara lain, seperti harapan Pak Prabowo Subianto sebagai Presiden kita sekarang.
Tidak ada lagi namanya klaim-klaim kebenaran atas nama golongan tertentu, jika Indonesia mampu mempertahankan kesatuan dan persatuan di antara suku, adat, budaya, dan golongan, maka niscaya Indonesia akan menjadi negara yang makmur dan sejahtera, serta menjadi bangsa yang kuat dalam menghadapi dahsyatnya gelombang arus globalisasi.
Salam Blogger Persahabatan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H