"Tidak ada kata terlambat untuk Belajar, Perubahan terjadi karena kita mau Belajar!", begitulah kata-kata motivasi yang membuat saya tersadar untuk terus belajar dan belajar dalam upaya menjadi guru yang profesional, walau harus otodidak atau belajar sendiri, juga banyak mencari informasi atau berkomunikasi, berkolaborasi dengan orang yang lebih memiliki kemauan dari kita.
Pepatah ada juga mengatakan "Kalau kamu berteman dengan tukang minyak wangi, maka kamupun juga ikut wangi, Jika kamu berteman dengan para investor, maka bisa jadi kamu juga akan menjadi investor". Ya, begitulah kalau mau jadi yang mau belajar dan belajar, maka bertemanlah dengan guru-guru yang berprestasi.
Nah, disaat-saat lagi sibuk-sibuknya mengikuti Program Guru Penggerak (PGP Angkatan 10, dari tanggal 05 September sampai dengan 04 Oktober 2024, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek mengajak seluruh guru dan tenaga kependidikan untuk menampilkan karya terbaiknya dengan mengikuti Jambore GTK Hebat 2024.
Jambore ini ditujukan bagi seluruh Guru Tanah Air dari Sabang sampai Merauke yang nantinya anak dianugerahi menjadi GTK Inovatif dan Inspiratif, serta Komunitas Belajar yang Inspiratif dalam menerapkan Kurikulum Merdeka pada konteks Pendidikan Berkualitas di momen Hari Guru Nasional 2024 ini.
Baca Juga:Â Naskah Praktik Baikku Mengikuti Jambore GTK Hebat 2024
Saya mencoba ikutan dengan membuat karya video pembelajaran saat memanfaatkan aplikasi Quizizz dan juga penyelesaian masalah hitungan Matematika dengan memanfaatkan aplikasi Microsoft Excel. Kedua aplikasi ini saya ajarkan kepada murid-murid saya, bagaimana penerapannya dan bagaimana antusias mereka dalam belajar, telah saya dokumentasikan dalam bentuk video.
Juga sudah mempersiapkan portofolio berupa dokumen Best Practice. Namun, ketika saya unggah, beberapa hari saya tidak mengecheck e-mail yang masuk. Entah kenapa, mungkin ada feeling, beberapa hari diakhir bulan Oktober saya check e-mail dan saya mendapatkan notifikasi perbaikan dokumen karena tidak sesuai dengan kaidah yang dipersyaratkan.
Maka, saya buru-buru untuk memperbaiki naskah saya, namun ketika saya kirim dengan menekan tombol Submit? Ternyata tidak bisa lagi alias masa tenggang waktu perbaikan naskah sudah tidak bisa lagi di upload. Jadilah saya tidak dapat mengikuti Lomba Jambore GTK Berprestasi tahun 2024.
Menjadi Penonton Para Nominator GTK Hebat 2024 Utusan Sumut
"Tak apalah, masih ada tahun depan", gumam saya dalam hati ketika mengetahui saya tidak bisa upload ulang dokumen perbaikan.
Setelah beberapa hari, kemarin muncul nama-nama yang lolos seleksi per daerah, termasuk dari Sumatera Utara yang berhak lolos ke babak berikutnya dalam GTK Berprestasi tahun 2024.
Usai membawa anak-anak ikut Lomba Olimpiade Literasi dan Numerasi yang dilaksanakan oleh POSI alias Pusat Olimpiade Sains Nasional, malamnya saya membuka laptop dan saya langsung tertarik dengan info dari Instagramnya BBGP Sumut (Balai Besar Guru Penggerak) untuk mendaftarkan diri menjadi penonton gelar wicara dari lima besar peserta yang lolos ke babak tahap penyisihan terakhir yang nantinya akan dipilih tiga orang dari setiap jenjang yang akan mewakili Sumatera Utara di pemilihan GTK Hebat 2024 yang akan digelar di Jakarta tentunya.
"Hmm...jadi penonton pun jadilah", gumam saya sehingga saya mendaftarkan lewat link yang disediakan. Dan ternyata saya menjadi salah satu yang berkesempatan menjadi penonton Jambore GTK Hebat 2024 yang menjadi saksi para finalis yang akan berkesempatan memamerkan hasil karya mereka di depan moderator, para juri dan tentunya kepada penonton.
Setelah registrasi kami dibagi ke beberapa ruangan. Di dalam ruangan yang kami tuju sudah berkumpul lima finalis dimulai dari kepala sekolah jenjang PAUD Inovatif. Kelima finalis ini diberikan kesempatan untuk mempresentasikan apa hasil karya mereka kepada tim juri dan kami penonton. Masing-masing peserta diberikan waktu sepuluh menit untuk mempresentasikan karya mereka dan dampak apa yang mereka hasilkan bagi rekan-rekan guru, bagi siswa, dan bagi warga sekitar.
Mereka yang dari berbagai pelosok Sumatera Utara telah berhasil memajukan pendidikan di Sumatera Utara. Kisah inspiratif mereka, mereka bagikan kepada kami. Seperti yang dilakukan oleh ibu Fitriyani dari Kota Medan dengan programnya "Sabu, Sabu" yang teryata singkatan dari "Satu Bulan, Satu Buku".
kisahnya, dimana Guru di sekolahnya diajak untuk membuat karya kompilasi dari tulisan-tulisan mereka dan dibukukan, tentunya bekerjasama dengan penerbit untuk nantinya dicetak dan dijadikan bahan bacaan bagi murid mereka.
Pun kisah inspiratif dari Kepala Sekolah PAUD di Kabupaten Tapanuli Utara, ibu Iin Star Mai Hotmauli Sihaloho yang berhasil memotivasi guru-guru yang direkrut dan dikuliahkan untuk mendapatkan gelar sarjana yang relevan dengan mengajar PAUD. Ibu Iin selalu memotivasi gurunya untuk mengambil Gelar S-1 di Universitas Terbuka yang ada di Tapanuli Tengah, sehingga kualitas mendidik dari gurunya menjadi lebih baik lagi dan lebih profesional.
Yang paling menarik tentu apa yang dipresentasikan oleh peserta terakhir, nomor urut lima, ibu Nurhayati Sitorus dari Kabupaten Asahan yang berhasil memukau saya pribadi dengan hasil karya mereka yang membuat ilustrasi dari cerita daerah di Sumatera Utara yang mereka tuangkan dalam bentuk cerita bergambar. Ibu ini menerapkan konsep "Martabe" dalam mengelola manajemen di sekolahnya. konsep yang terstruktur, runut dan bagus menurut saya.
Lalu, sesi kedua untuk jenjang Kepala TK dan SD. Jenjang Kepala TK juga menampilkan lima finalis yang nantinya akan dikerucutkan menjadi tiga finalis yang akan berangkat ke Jakarta.
Lima Nominator untuk Kepala Sekolah TK kali ini diwakili dari Kota Medan dua finalis, Kabupaten Deli Serdang dua finalis, dan sisanya dari Kota Tebing Tinggi. Formatnya sama, diawali dari mereka mempresentasikan hasil karya mereka dan dampaknya terhadap rekan Guru, Murid, dan Masyarakat sekitar.
Lalu dilanjutkan dengan mereka saling bertanya satu sama lain dengan pertanyaan yang sama, "Mengapa di setiap daerah berbeda programnya?", itu harus dijelaskan dengan durasi waktu maksimal tujuh menit. Cukup seru juga melihat mereka saling melontarkan pertanyaan dan saling menjawab dengan pertanyaan sederhana itu, tapi memiliki sarat pengalaman dan arti bagi para audiens, terkhusus para juri dalam menentukan siapa yang bakal tersisih dan berangkat ke Jakarta mewakili Sumatera Utara.
Usai Ishoma, Istirahat, Sholat, dan Makan, maka di pukul 14.30 Wib acara penilaian presentasi bagi lima besar calon GTK Berprestasi dari Sumut lewat Gelar Wicara dilanjutkan kembali dengan menampilkan lima besar peserta dari jenjang Sekolah Dasar alias SD.
Ini paling seru menurut saya, karena kualitas dari peserta sudah mantap dengan program yang nyata dilakukan di sekolahnya. Saya terkesan pemaparan oleh Kepala Sekolah dari Tanah Karo alias Kabupaten Karo, yaitu ibu Serma Ulipa Simbolon dari SD Negeri 040470 Lingga Julu, dan ibu Viadya Stella Tololiu -- dari Nusa Tenggara Barat -- merantau ke Tanah Karo untuk menjadi Kepala Sekolah di SD Swasta Filadelfia School, Kabupaten Karo.
Mereka berdua adalah solmed, karena kemana-mana selalu bersama untuk membangun pendidikan di Tanah Karo, tetapi karena kemampuan manajemen ibu Serma Ulipa dalam memajukan SD Negeri 040470 yang baru diangkat pertengahan semester di tahun 2022 menjadi Kepala Sekolah di SD tersebut? Maka sekarang SD tersebut menjadi 'ancaman' bagi SD Swasta Filadelfia School, yang nota bene mereka adalah bertetangga, beda kecamatan, dan banyak masyarakat di sekitaran SD Negeri 040470 yang menyekolahkan anaknya ke SD Swasta Filadelfia School, karena SD Negeri tersebut sebelum ditangani oleh ibu Serma Ulipa sangat tidak layak menjadi sekolah.
Mengapa dikatakan demikian? Karena kondisi sekolahnya tidak dirawat. Bangunannya menurut cerita ibu Serma tidak pernah dicat, anak-anak masuk pukul 08.00 Wib, dan pulang seenaknya, air di sekolah tidak ada alias tidak ada sumur bor, banyak jerjak di jendela-jendela kelas dirusak siswa, dan lain sebagainya.
Ibu Serma yang notabene adalah alumni Guru Penggerak angkatan dua apa tiga? Memulai pembaharuan pelan-pelan. Pendekatan yang dia lakukan bukan langsung frontal, tetapi terlebih dahulu menjiwai dan mendalami karakter rekan guru yang ada disekolah itu. Memberikan kegiatan pelatihan pembuatan modul ajar atau perangkat pembelajaran, karena apapun ceritanya, di Kurikulum Merdeka, Guru harus punya modul ajar.
Pelan tapi pasti, hasilnya mulai tampak. Bu Serma mengundang para orangtua siswa dan perangkat desa untuk membicarakan tentang kondisi sekolah, bahkan menurut pengakuan ibu itu, dia harus meminjam uang untuk melakukan pengecetan gedung sekolah, karena dana BOS belum keluar.
Lalu perangkat desa mengusahakan agar air dapat masuk ke sekolah. Murid pelan tapi pasti mulai disiplin untuk masuk ke sekolah pukul 07.00 Wib, Guru semangat mengajar, karena ibu Serma yang notabene alumni Guru Penggerak, otomatis banyak menyimpan video-video pembelajaran dan juga metode-metode pembelajaran, sehingga Guru mengajar sudah menggunakan perangkat Laptop dan Infokus.
Sehingga sekarang orangtua di kampung itu sudah mulai mempercayakan anak mereka untuk sekolah di SD Negeri tersebut, bukan sampai harus keluar dari kampung mereka, sehingga dengan nada seloroh ibu Viadya Stella Tololiu mengatakan bahwa 'ancaman', karena sudah tidak banyak lagi dari kampung itu sekolah ke SD Swasta Filadelfia School.
Itulah kisah saya mengikuti acara Gelar Wicara Pemilihan Jambore GTK Inovatif tahun 2024 ini. Semoga kisah yang saya bagikan ini dapat menginspirasi kita dalam berkarya dan berkarya demi kemajuan generasi muda bangsa ini.
Salam Guru Blogger Persahabatan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H