Sritex? Siapa tidak kenal perusahaan bergerak dibidang tekstil dan garmen yang produknya terkenal sampai ke luar negeri? PT Sri Rezeki Isman Tbk atau lebih dikenal dengan nama populer PT Sritex merupakan sebuah perusahaan tekstil dan garmen yang berkantor pusat di Sukoharjo, Jawa Tengah, dan untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini juga memiliki perwakilan kantor di Jakarta.
Sejarah Singkat PT Sritex
Ketika pertamakali masuk jadi topil alias topik pilihan di Kompasiana, saya penasaran dan mencari-cari informasi, mengapa PT Sritex ini sampai masuk topil? Dan saya mendapatkan jawaban dan menjadi sumber informasi penambah wawasan saya tentang sebuah perusahaan garman dan tekstil ternama di Asia Tenggara ternyata ada di Indonesia.
Terkenal karena kualitas produknya, sehingga dipercaya untuk memproduksi barang-barang dari brand ternama, seperti mendapatkan kepercayaan untuk memproduksi seragam militer untuk NATO dan Jerman di tahun 1984, yang mengukuhkan reputasinya di pasar Internasional.
Awalnya, PT Sritex ini adalah usaha dagang tekstil yang didirikan oleh HM. Lukminto di tahun 1966, di Pasar Klewer, Solo.Â
Awalnya Sritex adalah usaha dagang bernama UD Sri Redjeki dan dalam waktu yang singkat, usaha dagang ini berkembang pesat, membuka pabrik pertama untuk memproduksi kain mentah di tahun 1968 dan secara resmi menjadi PT Sri Rejeki Isman di tahun 1978 dan terdaftar dalam Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas.
Pada tahun 1992, Sritex memperluas kapasitas produksinya dengan menambah lini produksi yang mencakup pemintalan, penenunan, penyelesaian, dan garmen. Sritex juga terlibat dalam berbagai proyek besar dan telah mengekspor produknya ke banyak negara di seluruh dunia.
Tahun 1994, kembali Sritex dipercaya memproduksi seragam militer untuk pasukan militer NATO dan Jerman. Sritex juga berhasil mengantongi sertifikat dari organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara itu sehingga pesanan pun terus berdatangan. Hingga kini, Sritex telah dipercaya untuk memproduksi pakaian militer untuk lebih dari 33 negara.
Tahun 2001, saat krisis moneter 1998 melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia? Sritek seakan-akan tidak mengalami dampak dari krisis tersebut. Pesanan terus berdatangan, dan mampu mencetak pertumbuhan kinerja dengan melipatgandakan pertumbuhan kinerjanya hingga delapan kali lipat dibandingkan dengan saat pertama kali melakukan perluasan pabrik pada tahun 1992.
Di tahun 2013, PT Sritex resmi menjadi perusahaan terbuka dan menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode SRIL, dan mencatatkan pertumbuhan dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2008. PT Sritex mengakuisisi PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries untuk meningkatkan kapasitas pemintalannya di tahun 2018.
Tak dinyana, keberadaan PT Sritex ini memberikan dampak luas bagi daerah sekitarnya, mampu membantu perekonomian wilayah sekitarnya serta memberikan dampak positif. Awal pagebluk Covid-19, Sritex ketiban untung untuk mendistribusikan 45 juta masker hanya dalam waktu tiga minggu. Ini merupakan upaya membantu pemerintah menekan persebaran virus Covid-19. Seakan tidak terpengaruh dengan adanya pandemi, pada tahun yang sama Sritex untuk pertama kalinya mengekspor produknya ke Filipina.
Mengapa Sritex Mengalami Kebangkrutan?
Perkembangan pesat dan luar biasa ditunjukkan oleh Sritex dengan menyediakan lahan seluas 79 hektar di Sukoharjo untuk kegiatan produksinya. Selain itu dampak besar yang dirasakan oleh warga Sukoharjo dan warga Indonesia, tentunya dengan mempekerjakan warga sekitar dan tenaga profesional dari luar negeri, seperti dari Korea Selatan, Filipina, India, Jerman, dan Tiongkok. Klien besar Sritex antara lain H&M, Walmart, KMart, dan Jones Apparel.
Namun, seperti pepatah mengatakan "Semua ada Masanya", sepertinya masa-masa keemasan PT Sritex telah usai. Seperti roda pedati, kadang dibawah, kadang diatas, seperti itu juga perjalanan Sritex yang mendulang sukses dan masa jayanya di tahun 90-an hingga tahun 2000-an, namun sekarang? Sritex mengalami goncangan hebat sampai-sampai dinyatakan pailit alias kondisi dimana Sritex dinyatakan tidak mampu membayar atau melunasi utang-utangnya kepada kreditur yang telah jatuh tempo.
Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg pada Senin, tanggal 21 Oktober 2024, Sritex dinyatakan pailit, bukan bangkrut. Lantas apa beda pailit dengan bangkrut?
Jelas beda. Dalam kasus Sritex ini, Sritex dinyatakan pailit, dimana Sritex harus menyelesaikan hutang perusahaan melalui jalur pengadilan niaga. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUK 2004), pailit berarti penyitaan semua aset debitur yang dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas.
Penyebabnya Sritex mengalami pailit apa yah?
Menurut sumber-sumber yang saya dapatkan, ada beberapa faktor menyebabkan Sritex mengalami pailit, diantaranya: pertama, dampak pagebluk Covid-19. Meskipun Sritex berhasil mendistribusikan masker selama pandemi, dampak jangka panjang dari krisis kesehatan global ini menyebabkan penurunan permintaan pasar. Penurunan permintaan untuk produk tekstil lainnya menyebabkan kerugian besar, termasuk kerugian bersih sebesar USD1,08 juta pada tahun 2021.
Sritex memiliki total utang mencapai sekitar USD1,54 miliar (Rp23,87 triliun), yang jauh melebihi total asetnya yang hanya sekitar USD653,51 juta (Rp10,12 triliun). Utang ini terdiri dari utang jangka pendek dan panjang, dengan dominasi utang bank dan obligasi.
Kedua, akibat perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, ditambah lagi dengan konflik di Israel-Palestina, menyebabkan gangguan pada rantai pasokan dan penurunan ekspor. Hal ini berimbas pada pergeseran prioritas pasar di Eropa dan Amerika Serikat, yang mengurangi permintaan terhadap produk Sritex.
Ketiga, akibat kenaikan inflasi yang tinggi dan suku bunga yang meningkat diberbagai negera menambah beban utang Sritex tanpa disertai peningkatan pendapatan dari penjualan produk-produk Sritex. Belum lagi over supply dari Cina menyebabkan penurunan harga dan persaingan yang ketat di pasar. Produk-produk tekstil murah dari China telah mendominasi pasar Indonesia, sehingga mengurangi daya saing produk Sritex di negeri sendiri, menyedihkan bukan?
Dampak-dampak diatas tentunya menyebabkan Sritex mengalami pailit dan bahkan disinyalir bakalan bangkrut yang tentunya akan mempengaruhi efek psikologis karyawannya yang berjumlah ribuan.
Dengan kondisi pasar yang semakin sulit dan beban utang yang berat, perjalanan panjang Sritex sebagai salah satu raksasa industri tekstil Indonesia kini memasuki babak baru yang penuh tantangan.
Sampai-sampai Presiden Prabowo sendiri harus turun tangan menangani masalah kepailitan Sritex ini. Lewat rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Presiden Prabowo mengambil sikap tegas terhadap kasus yang dialami Sritex. Beliau menegaskan bahwa tidak akan ada karyawan Sritex yang akan kena PHK. Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli.
Semua pegawai diminta tetap semangat bekerja dan tidak terlalu risau akan ancaman PHK, karena Presiden Prabowo sendiri sudah menjamin bahwa tidak akan terjadi PHK pada satuorangpun pegawai Sritex.
Semoga persoalan ini cepat selesai dan benar tidak ada ancaman PHK bagi karyawan Sritex. Ini juga jadi warning bagi perusahaan-perusahaan besar untuk segera berbenah diri.
Salam Blogger Persahabatan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H