I. Pendahuluan
Salah satu esensi dari Kurikulum Merdeka adalah mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpihak pada murid. Tak dapat dipungkiri bahwa dikelas yang kita masuki, setiap murid pasti memiliki keberagaman dan keunikan masing-masing. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Guru memiliki peran bukan hanya sebatas memberikan informasi, tetapi lebih pada membimbing dan membantu mereka menjadi individu yang lebih berkualitas dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Pembelajaran berdiferensiasi diyakini dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan murid, mengingat mereka memiliki potensi dan minat yang beragam. Pembelajaran ini relevan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, penekanannya berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan karakteristik murid. Jelasnya Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan harus menuntun setiap anak sesuai dengan kodratnya, artinya guru menghargai keunikan setiap individu.
Dalam bukunya berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom's, Carol A Tomlinson (2001) mengatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi haruslah memperhatikan perbedaan individu murid. Sehingga Guru mampu menyajikan materi dengan memperhatikan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar murid.
Lebih lanjut menurut Tomlinson, pembelajaran berdiferensiasi memiliki empat ciri, yaitu: (1) Pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok, harus berfokus pada kompetensi dasar pembelajaran; (2) Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar murid diakomodasi kedalam kurikulum, perlu adanya pemetaan murid yang kemudian dimasukkan kedalam strategi pembelajaran; (3) Murid secara aktif bereksplorasi dibawah bimbingan dan arahan guru, pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid.
Pembelajaran berdiferensiasi sangat tepat diterapkan bagi peserta didik kita di tingkat SMA, karena di usia transisi ini, mereka sudah harus mulai mengembangkan orientasi masa depan yang jelas, termasuk dalam hal pendidikan dan karier.
Konsep pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk memenuhi berbagai gaya belajar, minat, dan tingkat kesiapan murid, sehingga semua murid memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi diri mereka. Pembelajaran berdiferensiasi ini lebih proaktif, fokus pada kualitas dibandingkan kuantitas, dan berpusat pada murid. Artinya, guru harus lebih mengutamakan masa depan belajar murid dan tidak berfokus pada hasil nilai ujian saja.
Sehingga sangat tepatlah apabila pembelajaran berdiferensiasi ini diterapkan kepada murid SMA, dimana proses pembelajaran mampu meningkatkan keterlibatan murid dan motivasi belajar meningkat, juga untuk memaksimalkan hasil belajar, mengurangi kesenjangan belajar, hingga mendorong kreativitas dan inovasi, serta membangun hubungan yang positif.