Usai menyelesaikan Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, maka otomatis kami disuguhkan untuk kembali menyelesaikan Modul 1.2 dengan tema Nilai dan Peran Guru Penggerak. Seperti biasa diawali dengan alur MERDEKA (Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, hingga Aksi Nyata).
Mulai dari Diri ini, CGP melaksanakan Tugas atau Kegiatan 1, menuliskan Refleksi Peristiwa Positif dan Negatif yang dialami dan membuat Trapesium Usia.
Dua peristiwa penting pada masa sekolah yang masih saya ingat sampai sekarang; satu peristiwa bernuansa positif dan satu lagi bernuansa negatif yang terkait relasi Saya dengan dengan guru pada rentan usia PAUD sampai sekolah menengah (4 -- 17) tahun.
Tugas 1. Refleksi
- Peristiwa Positif dan Negatif
Pertama, Peristiwa Positif :
Masa sekolah, masa kenangan paling indah, apalagi di masa itu di masa Orde Baru, yang lahir di penghujung generasi X atau lahir di tahun 1980, pasti taulah bagaimana suka dan dukanya menjadi seorang pelajar di masa itu. Di kampung kami, belum ada yang namanya TK (Taman Kanak-Kanak), apalagi PAUD, yang ada masa itu langsung masuk ke Sekolah Dasar atau SD.
Masih ingat waktu itu, kita masih memakai lampu teplok saat belajar, sehingga hidung bisa saja berwarna hitam, karena saat belajar harus dekat lampu teplok agar huruf dan tulisan bisa terlihat dengan jelas. Listrik baru masuk desa di tahun 90-an.
Begitu banyak kenangan yang dapat diingat kembali dan semuanya sangat berkesan, beda jauh dengan masa kini. Masa itu disiplin sangat ketat, beda dengan sekarang. Waktu di SMP atau Sekolah Menengah Atas, kita semua diwajibkan mengikuti pembekalan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Itu kegiatan sangat berkesan dalam membangun rasa Nasionalisme dan Patriotisme.
Namun, dari sekian pengalaman berkesan, satu yang memotivasi diri dan membuat saya memiliki disiplin tinggi adalah belajar dari Guru Sejarah saya di SMP Kelas 1 & 2. Ketika itu beliau langsung membuat 'ujian mendadak', saya yang memang waktu itu suka membaca buku pelajaran Sejarah, tidak merasa takut untuk ujian.
Benar saja, dari sekian banyak siswa saya didaulat memiliki nilai tinggi dan diangkat beliau untuk jadi asistennya. Hal-hal seperti mengisi absen, mengoreksi hasil karya itu diserahkan kepada saya, memang beliau sudah membuat jawaban dan skor dari setiap jawaban. Itulah relasi dan pengalaman berharga yang saya dapat dari Bapak Guru Sejarah saya ketika di SMP. Beliau mengajarkan disiplin, memberikan tanggung jawab dan memotivasi saya untuk tekun belajar.