Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Attack, Counter-Attack ala Paslon 01 dan 02

8 Januari 2024   11:30 Diperbarui: 8 Januari 2024   11:43 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rivalitas dalam Derby Debat Capres. sumber: kpu.go.id

Bicara tentang politik memang sungguh sangat menarik diperbincangkan, apalagi ajang lima tahunan seperti Pemilu yang akan diselenggarakan dalam hitungan bulan ini kembali menghangatkan suasana publik di tanah air dengan tiga pasangan calon yang akan bertarung memperebutkan Kursi Republik Indonesia yang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Memperbincangkan Pilplres memang sangat menarik dan membuat kalah topik-topik perbincangan lain, semisal topik pembicaraan tentang pendidikan, tentang sepakbola, bahkan kasus selebritis pun lewat kalau sudah menjelang Pilpres, apalagi kalau sudah memasuki fase Debat Capres tahap ketiga dengan tema debat "Memperbincangkan tentang Pertahanan, Keamanan, Geopolitik, dan Hubungan Internasional".

Makin dekat hari H Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, semua pada 'omongin' tentang peluang siapa pemenang dan siapa kembali jadi pecundang.

Semalam, ketika saya singgah di sebuah Cafe untuk makan siang, saya bertemu dengan para pakar politik-politik, bahkan ada seorang figur calon wakil rakyat yang harus ganti bendera, alias pindah partai politik hanya untuk mendapatkan kemenangan di Pemilu 2024 yang akan dilangsungkan 14 Februari nanti fokus untuk memilih anggota parlemen yang akan duduk di kursi DPR dan tentunya memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan menerima tongkat estafet kepemimpinan dari Presiden Jokowi.

Tidak Pantas Bicara Etika

Dalam perbincangan di cafe tersebut, salah seorang figur yang pernah duduk di DPRD Kota Medan tersebut yang kini sudah berganti labuhan, bercerita bagaimana peluang para capres dan cawapres.

Bagaimana partai harus banyak terpecah kader di dalamnya karena beda pilihan, bahkan harus rela bermain safety atau aman dengan mendukung salah satu paslon yang didukung partai, walaupun kenyataannya harus bertentangan dengan hati nurani mereka.

Keberadaan seorang anak muda yang masih muda belia, membuat para calon-calon legislatif itu yang rata-rata berumur sudah 60 tahun keatas hanya bisa geleng-geleng kepala dengan segudang isi hati yang sulit kita tebak isinya, apakaah benar-benar mendukung dari lubuk hati yang paling dalam? Ataukah sekedar cari aman agar juga terpilih nantinya? Entahlah, hanya mereka dan sang penciptanya lah yang tau...

Saya yang berada di belakang mereka, sambil makan siang ditemani segelas jus buah naga hanya bisa menyimak dan memasang telinga lebih tajam lagi, karena mereka berempat berbicara juga seakan-akan cari aman, ada rasa ketakutan dengan 'dinding yang bisa mendengar, plus bercerita ke orang lain'.

Pembicaraan mereka sangat menarik, sampai-sampai saya harus menunda waktu untuk cepat-cepat bayar biling makanan, karena penasaran dengan situasi politik, terlebih dengan situasi di tubuh-tubuh partai pendukung salah satu pasangan calon.

Kembali ke Debat Capres Ketiga yang disiarkan tadi malam, maka jika dianalogikan dan diceritakan dengan versi sepakbola?

Akan muncul kata kunci Psywar, Rival, Rival Abadi, Counter, Counter Attack, Derby, Wasit alias Penengah, serta tentunya skor akhir.

Ya, sangat cocok menganalogikan perseteruan antara pasangan calon presiden dari 01 dengan 02 dengan Derby alias pertandingan seru antar dua tim dalam satu kota, mengingat bagaimana dulu sebelum munculnya Capres ini, bahwa pasangan calon 01 adalah teman dekat alias teman kental, bahkan jadi 'anak emas'-nya pasangan calon 02 yang diberi karpet merah untuk melenggang nyaris tanpa hambatan menuju kursi empuk Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 lalu.

Namun, sepertinya cerita 'kemesraan' paslon 01 dan 02 yang dulu satu atap itu, kini tinggal kenangan.

Pasalnya apa? Sepertinya ini menyangkut 'ETIKA' yang dipermasalahkan oleh masing-masing kedua kubu.

Ya, ibarat bermain disepakbola, kedua tim alias kubu bermain saling menyerang dengan serunya. Segala daya dan tenaga, serta taktik dimainkan oleh kedua kesebelasan.

Diawali dengan serangan cepat alias counter oleh paslon 01 yang menanyakan 'etika' kepada paslon 02 yang memang menurut saya terlalu tendesius.

Tak ayal, serangan pertanyaan tentang 'etika' ini membuat paslon 02 tersentak dan tentunya bersiap dengan melakukan counter-attack, bertahan sekaligus menyerang balik terhadap paslon 01.

Paslon 02 membela diri dengan menyatakan bahwa data yang diberikan oleh paslon 01 itu salah semua, membela diri, tidak mau terjebak oleh pertanyaan 01, bahkan paslon 02 mengajak agar paslon 01 di lain waktu untuk duduk bersama dan 'buka-bukaan'.

Bahkan, paslon 02 menyerang balik alias counter-attack ke paslon 01 dengan mengatakan bahwa paslon 01 tidak pantas bicara 'etika', bahkan lebih dalam memasuki lini pertahanan 01 dan mencetak gol dengan mengatakan bahwa paslon 01 'posturing'.

Kata-kata 'posturing' ini sejenak membuat saya terplanga-plongo, walaupun dilanjutkan dengan kata 'menyesatkan', sejenak saya memutar otak ke belakang dan saya baru sadar setelah paslon 02 kembali membuat pernyataan menohok 'Saya menilai Anda tidak berhak bicara soal 'etik', karena Anda memberi contoh yang tidak baik soal 'etik', pungkas paslon 02 yang membuat skor pertandingan 'super derby satu atap' itu makin melebar.

Apa maksud pernyataan paslon 02? Tentunya mungkin 'kemesraan' politik mereka yang berakhir duka yang kita tau sama taulah, jadi tidak usah saya jelaskan disini bukan?

Dapat Istilah Baru 'Omon-Omon'

Psywar menjelang debat sering terjadi, dan itu hanya diantara paslon 01 dan paslon 02.

Selain Psywar alias perang urat syaraf menjelang derby alias menjelang debat capres, nyata-nyata terjadi gesekan antara dua calon ini.

Teranyar, dari hasil debat kemarin, paslon 02 kembali memperlebar skor dan membuat derby semakin menarik dengan istilah 'omon-omon'.

Momen paslon 02 melancarkan counter-attacknya dengan total football yang dimiliki adalah kala paslon 02 menjawab pertanyaan: "bagaimana membangun peta jalan untuk memperkuat kerja sama internasional?".

Lantas, paslon 01 menanggapi jawaban dari paslon 02. Menurut paslon 01, 'presiden harus menjadi panglima diplomasi bukan hanya menjadi peserta dalam forum-forum global'.

Namun, attacking football-nya paslon 01 ini kurang pas menurut paslon 02 yang memang sedang menjadi orang nomor satu di bidang yang diperdebatkan, yaitu debat yang bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik itu.

Sontak attacking football-nya paslon 01 ini, langsung direspon oleh paslon 02 dengan kembali mengeluarkan taktik super counter-attack-nya dengan mengeluarkan istilah "Omon-Omon".

"Jadi jangan omon omon, kerjanya omon saja," sebut paslon 02 kepada paslon 01.

Sementara untuk paslon 03, paslon 02 banyak "setuju"-nya. Dan paslon 03 menjadi penengah diantara dua kubu yang berseteru itu.

Paslon 03 ada di tengah, sepertinya menjadi wasit ataupun penengah diantara paslon 01 yang dianggap tidak 'beretika' oleh paslon 02.

Lantas apa inti dari tulisan ini? Saya sebagai ASN yang harus netral, hanya ingin membuat cerita versi sepakbolanya dari debat capres ketiga ini, juga untuk menghangatkan kolom Topik Pilihan di Kompasiana mengenai politik yang sepertinya lebih menarik dibicarakan atau dituliskan daripada topik-topik lain.

Inti yang lain? Tentunya untuk menjadi pemimpin itu jangan lupa memiliki 'Etika' dan harus tetap memiliki rasa 'Berterimakasih' kepada orang yang pernah mendukung atau membantu kita, plus punya pendirian teguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun