Piala Dunia alias World Cup adalah ajang tertinggi jadi indikator pembanding antara Timnas Indonesia dengan Jepang.
Tim Samurai Biru ini adalah langganan peserta Piala Dunia sejak debut mereka di tahun 1998.
Di Piala Dunia yang dilangsungkan di Perancis itu, Jepang bersama dengan Korea Selatan, Iran, dan Arab Saudi menjadi Wakil Asia, mentas di aksi perdana mereka, Jepang harus menerima kenyataan pahit, kalah di tiga pertandingan Penyisihan Grup H melawan Jamaika, Kroasia, dan Argentina dengan skor tipis rata-rata kalah satu gol.
Namun, usai penampilan perdana itu, Jepang menjelma menjadi raksasa sepakbola Asia yang wajib diperhitungkan di setiap turnamen.
Bagaimana tidak? Total enam kali Samurai Biru sudah melakoni turnamen sepakbola paling bergengsi di planet bumi ini dan di edisi Piala Dunia tahun 2018 dan 2022 kemarin, Samurai Biru melenggang lolos hingga ke babak 16 besar.
Lantas bagaimana peluang Jepang di Piala Asia 2023 yang akan dihelat di Qatar?
Otomatis Pelatih Samurai Biru masih mengandalkan para bintangnya yang bersinar terang di Piala Dunia Qatar setahun lalu.
Pemain bintang yang merumput di Eropa semacam Wataru Endo (Liverpool), Kaoru Mitoma (Brighton &Hove Albion), Takumi Minamino (AS Monaco), Takefusa Kubo (Real Socieded), sampai Takehiro Tomiyasu (Arsenal) masih jadi andalan coach Hajime Miroyasu untuk kembali merengkuh gelar yang tertunda empat tahun lalu, dimana di ajang Piala Asia 2019 yang dihelat di Uni Emirat Arab, Samurai Biru dipecundangi oleh Qatar di final dengan skor 1-3 yang menghasilkan Qatar jadi juara Piala Asia 2019.
Belum lagi aksi Ritsu Doan bakal kembali dinanti-nanti oleh publik sepakbola dunia, mengingat apa yang dilakukan oleh pemain SC Freiburg setahun lalu di Qatar yang mampu mengoyak-oyak lini pertahanan Matador Spanyol dan Panser Jerman, serta mengubur impian dua tim Eropa untuk melaju lebih jauh lagi di Piala Dunia Qatar.
Jadi, sangat sulit bagi Timnas Indonesia untuk memukul mundur Tim Samurai Biru yang datang dengan persiapan lebih matang dan punya skuad lebih dalam.
Dari 26 pemain yang dipanggil coach Hajime Moriyasu, hanya lima orang yang berkarir di Liga Jepang, selebihnya adalah pemain-pemain yang bermain di klub-klub elite Eropa dengan kaya pengalaman, serta memiliki visi permainan, dan kerjasama tim yang lebih kompak.