Tak dapat dipungkiri bahwa pemerintah lewat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus melakukan inovasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas Guru di Indonesia, hingga sampai ke pelosok-pelosok tanah air.
Mulai dari penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung inovasi tersebut, diantaranya penyediaan listrik hingga ke pelosok-pelosok tanah air dan internet super cepat 5G, dengan tujuan agar Guru-Guru di pelosok tanah air mampu mengakses internet dan mampu mendesain hingga membuat program ataupun perangkat ajar sendiri dengan bantuan teknologi super cepat bernama Internet.
Pemerintah terus memperhatikan kualitas Guru Indonesia dengan meluncurkan Platform Merdeka Mengajar alias PMM.
Apa itu PMM? Apakah seluruh Guru di Indonesia telah mengetahui platform mengajar ini? Apakah seluruh Guru di Indonesia sudah pernah mengakses platform ini dan bahkan sudah mengadakan pelatihan mandiri dengan mengakses portal Merdeka Mengajar? Apakah sudah menyelesaikan pelatihan dan melakukan aksi nyata untuk mendapatkan sertifikat? Sudah berapa Sertifikat berhasil dikumpulkan di PMM?
Pertanyaan itu menjadi tantangan baru bagi Guru selama di tahun 2024 yang wajib dijawab dan dibuktikan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan mandiri untuk mendapatkan sertifikat sebagai bukti keaktifan Guru dalam mengakses PMM dan menjadi indikator Guru memang benar-benar ingin mengembangkan diri mereka dan juga meningkatkan mutu pembelajaran kepada peserta didik baik itu di dalam kelas, di luar kelas, maupun di dalam ruangan Laboratorium Komputer, Laboratorium Fisika, Kimia, maupun Biologi.
Wajibkah Berburu Sertifikat di PMM?
Sebelum Kurikulum Merdeka diluncurkan, atau ketika masih Kurikulum 2013 dan kurikulum-kurikulum sebelumnya diberlakukan, para Guru yang ingin mengaktifkan dan meningkatkan kompetensinya harus bekerja keras belajar, rajin mencari atau searching di internet atau media sosial pelatihan-pelatihan yang mendukung kompetensi Guru, dan bahkan saya sering mencari informasi lomba dan mengikuti lomba-lomba tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi sebagai Guru.
Saya masih ingat ketika itu mencoba mengikuti Lomba Guru Terbaik pada ajang LP3I Award dengan cara mengirimkan Naskah Karya Tulis Bertemakan Pendidikan Berbasis Enterpreneurship yang dikembangkan di Sekolah.
Kala itu saya membawakan Tema Pembuatan Kompos dari sampah daun ataupun organik yang ada di sekolah dan juga penerapan Pembelajaran Berbasis TIK, Desain Grafis untuk menghasilkan karya yang dapat dikembangkan oleh Siswa, dimana saya memperkenalkan Corel Draw dan Photoshop agar Siswa memiliki Dasar Desain Grafis sebagai bekal mereka ketika tamat SMA untuk memasuki dunia usaha, untuk Kuliah, dan juga memasuki Dunia Kerja.
Puji Syukur karya saya dinyatakan lolos untuk masuk sepuluh besar dan akan ditandingkan atau dilombakan kembali di Jakarta bersama dengan nominator-nominator lainnya dari seluruh penjuru tanah air.