Akhirnya, terjawab sudah teka-teki yang menjadi topil alias topik pilihan Kompasiana tanggal 3 Agustus 2023 kemarin.
Topil kala itu menampilkan rangkuman pertanyaan seputar keberadaan partai Golkar yang seusai Orde Baru lengser langsung menjadi partai yang tak diperhitungkan, merangkak dari bawah membangun kembali kepercayaan yang hancur dan pelan namun pasti kini menjadi salah satu partai penentu arah angin kekuasaan.
Pertanyaan pemantiknya, kemana partainya mantan penguasa yang kini dikomandoi Airlangga Hartarto yang dulunya di tahun 2019 mendukung Jokowi, ditahun 2024 ini akan berlabuh atau berkoalisi?
Mengingat Golkar tetaplah salah satu partai besar yang posisinya diperhitungkan untuk jadi penentu pemenang Pemilu 2024 ini.
Survey Kompas pada Mei lalu menunjukkan bahwa popularitas partai Airlangga Hartanto mencapai 86 persen.
Pertanyaan yang muncul, elektabilitas partai Golkar begitu naik popularitasnya, apakah bukan karena mendukung pemerintahan Presiden Jokowi?
Dan adakah kaitannya elektabilitas partai Golkar yang meroket dengan diberikannya kepercayaan kepada Airlangga Hartanto sendiri untuk menjadi salah satu menteri kesayangan pak Jokowi?
Yah, namanya juga politik kan? Kalau nga berpolitik, maka tidak akan ada persaingan dalam distribusi kekuasaan, pengambilan keputusan, dan pengaturan hubungan antara individu, kelompok, atau entitas dalam suatu masyarakat atau negara.
Yang paling lucu, alasan Golkar mendukung Gerindra dalam hal ini Prabowo sebagai capresnya, karena Prabowo lahir dari rahim partai Golkar.
Pertanyaannya, kenapa dulu di tahun 2019 tak mendukung Prabowo? Malah mengalihkan dukungan ke Presiden Jokowi?