Dua tim sudah melangkahkan kakinya di babak Semifinal Piala Dunia Qatar 2022 dan akan saling jegal untuk memperebutkan tiket final, tiket impian seluruh negara di dunia, tak terkecuali oleh Indonesia yang entah kapan akan dapat menembus babak final Piala Dunia, padahal kita punya segalanya, mulai dari penduduknya dari Sabang hingga Merauke yang cinta olah raga paling digemari di seluruh pelosok tanah air, hingga klub-klub yang bertaburan, sumber daya alamnya yang bisa diciptakan ribuan lapangan sepakbola, hingga uang yang banyak untuk mencari dan membina bibit-bibit pemain yang profesional.
Namun apa daya? Sekedar memutar kompetisi yang aman dan nyaman saja susah, apalagi bermimpi untuk bermain diajang sekelas Piala Dunia? jadi jika ditanya kapan Timnas Garuda Indonesia turut ambil bagian jadi kontestan Piala Dunia? maka jawaban tepatnya, masih kapan-kapan!
Kembali ke hasil pertandingan perempat final yang sudah menghasilkan dua negara yang akan saling adu segalanya untuk meraih tiket final, siapa lagi kalau bukan Albiceleste Argentina melawan Si Blazer alias Vatrenia Kroasia yang sukses mengkandaskan lawan-lawan mereka dengan cara yang sama, lewat adu penalty.
Ya, Kroasia versus Brazil adalah dua tim pertama yang memainkan babak perempat final Piala Dunia Qatar 2022. Seperti kita saksikan bersama, kedua tim bermain dengan baik. Adu taktik tersaji di Education City Stadium, Qatar pada Jumat (9/12/2022). Â Â
Namun yang menarik bagi saya selain permainan ciamik Timnas Kroasia yang diasuh oleh Zlatko Dalic, adalah keberanian sang pelatih untuk memainkan seorang Luca Modric dari awal laga hingga babak adu penalty.
Permainan spartan yang dimainkan pemain-pemain Kroasia tak lepas dari kharisma dan kepemimpinan Modric selama permainan. Umur bukanlah ukuran dan hanyalah hitungan angka bagi seorang Modric. Angka 37 tahun, namun permainan, stamina, skill, visi serta daya jelajah lapangan seperti masih di usia 27 tahun.
Saya menyaksikan sendiri, Casemiro yang digadang-gadang bakal mampu menghentikan permainan Modric dibuat kalang kabut oleh daya jelajah dan visi permainan Modric. Kepemimpinan dan kemampuan mengatur tempo permainan serta penguasaan lapangan tengah membuat para pemain-pemain Brazil keteteran dan tidak mampu mengembangkan permainan Jogo Bonito mereka.
Jadilah pemain-pemain Brazil bermain kasar dan terburu-buru dalam penyelesaian akhir, tak mendapatkan ruang tembak karena tertutupi oleh pertahanan rapat yang dibuat oleh pasukan Vatreni yang bermain kokoh dan spartan.
Kredit dan pujian layak diberikan untuk penjaga gawang Dominik Livakovic yang mampu mengsterilkan gawangnya disepanjang 90 menit waktu normal dan baru kebobolan di perpanjangan waktu, tepatnya di menit ke-105+1 lewat sepakan kaki kanan kerasnya Neymar yang mendapatkan bola sodoran cantik dari Lucas Paqueta.
Namun, bukan Kroasia namanya jika tidak meledak-ledak. Tersengat oleh golnya Neymar, tak butuh waktu lama untuk pasukan Vatreni tuk menyamakan skor.
Bangkit Bersama Modric
Terlihat hanya kekecewaan sesaat yang ada dan Luca Modric maju untuk melanjutkan pertandingan karena masih ada perpanjangan waktu dan benar saja, tak butuh lama untuk Kroasia bangkit dari gol yang bersarang.
Di babak perpanjangan waktu kedua, Kroasia mencetak gol balasan yang membuat skor imbang 1-1. Bruno Petkovic mencetak gol pada menit ke-117 berkat assist Mislav Orsic, sehingga pertandingan harus dilanjutkan ke adu penalti.
Seperti kita tau bersama, empat algojo yang disiapkan Zlatko Dalic dapat menjalankan tugasnya dengan sempurna, diantarany: Nikola Vlasic, Lovro Majer, Luka Modric, dan Orsic mampu menyarangkan si kulit bundar buatan Indonesia itu ke gawang Alisson Becker, sementara dua penendang Brazil, Rodrygo dan Marquinhos gagal menceploskan bola, yang masuk hanya tendangan Casemiro dan Pedro. Lagi-lagi Dominic Livakovic mampu mematahkan tendangan penalti.
Modric lagi-lagi di usia ke-37 tahun membuktikan kualitasnya dan masih sangat dibutuhkan tim sebagai kapten dan senior yang memberikan semangat, jadi pemimpin dan sekaligus panutan di dalam maupun di luar lapangan.
Magis Messi Membawa Argentina Kalahkan Belanda
Selain Modric di tubuh Kroasi yang masih jadi pemain kunci, pun Lionel Messi juga masih jadi pemain sangat dibutuhkan bagi timnas berjuluk Albiceleste itu.
Magis Messi di pertandingan piala dunia terakhirnya, mengingat usianya yang sudah 35 tahun masih sangat dibutuhkan oleh pemain-pemain muda racikan Lionel Scaloni itu.
Terbukti kala menghadapi Belanda, Messi masih dapat turut andil besar memulangkan timnas dari negeri bunga tulip itu ke Amsterdam usai dipaksa bermain imbang 2-2 dan pertandingan harus diakhiri lewat adu penalty.
Lagi-lagi pemenang yang akan melaju ke babak semifinal harus ditentukan lewat adu penatly dan ketangguhan mental Albiceleste yang didukung penuh oleh Messi mampu memenangkan pertandingan krusial ini.
Lagi-lagi Messi mampu menjawab ketergantungan dari pemain muda Albiceleste, selain menjadi inspirasi permainan, Messi juga mampu mencetak satu gol di laga penuh drama, ambisi dan berlangsung dengan keras serta sarat gengsi itu yang dihelat di Stadion Lusail, Doha, Qatar, pada Sabtu (10/12/2022) dini hari WIB.
Argentina sejatinya unggul 2-0 lebih dulu melalui Nahuel Molina (35') dan Lionel Messi (73'penalti). Adapun satu gol itu membuat Messi menorehkan sejarah. Ia bersama dengan Gabriel Batistuta menjadi pesepak bola pria Argentina tertajam di ajang Piala Dunia. Messi dan Batistuta saat ini sudah menorehkan 10 gol sepanjang partisipasinya di kompetisi Piala Dunia.
Belanda lalu berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2 lewat brace atau dua gol Wout Weghorst pada menit ke-83 dan 90+11. Situasi itu membuat pertandingan berlanjut ke extra time. Namun, skor 2-2 tak berubah sampai waktu tambahan berakhir. Laga pun berlanjut ke babak adu penalti.
Dalam babak adu tos-tosan inilah dibutuhkan mental baja dan ketenangan para algojo. Terbukti, dua penendang awal Belanda yang diwakili oleh Virgil van Dijk dan Steven Berghuis gagal menuntaskan tugasnya dengan baik
Dan saya bingung dengan keputusan Ajax van Gaal yang menghunjuk dua pemain belakang jadi penendang pertama, ada apa dengan Van Gaal? Terbukti bahwa Van Gaal tak percaya pada pemain tengah atau depan sebagai eksekutor pertama dan kedua.
Sementara Albiceleste yang diawali dengan majunya Messi jadi algojo pertama tentunya membangkitkan semangat timnya dengan sukses memasukkan si kulit bundar ke gawang Andries Noppert yang tentunya menjadi inspirasi bagi Leandro Paredes, Gonzalo Montiel, dan Lautaro Martinez sebagai eksekutor terakhir dan jadi pahlawan kemenangan Albiceleste.
La Pulga juga jadi inspirasi ketika umpan manis nan akuratnya sampai ke kaki Nahuel Molina yang langsung melepaskan tendangan ke sisi kiri gawang dan skor berubah menjadi 1-0.
Lalu La Pulga juga menambah keunggulan Albiceleste usai mampu menuntaskan tugasnya jadi algojo usai mendapatkan hadiah penalti di menit ke-73, menambah keunggulan Tanggo 2-0.
Peran Messi di Piala Dunia 2022 ini lebih dari sekedar kapten tim, namun juga jadi pelindung bagi para pemain-pemain muda yang menjadi adik-adiknya. La Pulga membela mati-matian skuad Scaloni yang terpancing emosinya, bahkan harus menerima kartu kuning di menit ke-90+10 karena melakukan protes keras kepada wasit.
Jadi, Messi masih menjadi tulang punggug dan pemain penting Albiceleste  yang hasilnya, Argentina memenangi adu penalti atas Belanda dengan skor 4-3 dan semoga melaju hingga ke final nanti.
Nasib Naas Ronaldo di Portugal
Beda nasib dialami Modric dan Messi dengan Cristiano Ronaldo di timnas Portugal. Modric dan Messi masih menjadi figur penting di timnasnya masing-masing yang memberikan sesuatu hal dan jadi pembeda bagi kemenangan timnya.
Modric dan Messi jadi bagian dari kemenangan sensasional atas kemenangan timnasnya masing-masing dengan maju sebagai algojo dan sukses memberikan semangat dan panutan bagi junior-juniornya.
Sangat kontras dengan apa yang dialami oleh Cristiano Ronaldo di Timnas Portugal, dimana Ronaldo lebih banyak jadi pemain cadangan dan jadi buah bibir karena sikapnya yang mungkin masuk kategori tak terpuji karena langsung menuju ruang ganti pemain dan tak ikut merayakan selebrasi usai kalahkan Swiss di babak 16 besar.
Ya, Ronaldo langsung buru-buru berjalan ke ruang ganti dan hanya mendapatkan kurang lebih 15 menit bermain usai dimasukkan pelatih Fernando Santos di menit ke-73, menggantikan Joao Felix. Walau mencetak satu gol ke gawang Swiss yang dikawal Yann Sommer di menit ke-83, namun gol itu dianulir wasit karena posisi Ronaldo sudah terlebih dahulu off-side.
Nasib naas Ronaldo di Piala Dunia Qatar kali ini dan mungkin untuk terakhir kalinya mengingat usia Ronaldo sudah berusia 37 tahun sama dengan Modric, namun beda nasib. Bahkan Ronaldo mendapat ancaman pencopotan ban kapten dari pelatih Fernando Santos jika Ronaldo berulah lagi.
Apalagi penyerang pengganti Ronaldo, Goncalo Ramos sukses mencetak hattrick untuk membantu Selecao das Quinas mengalahkan Swiss dengan skor akhir 6-1 untuk melenggang kebabak perempat final dan bersua dengan Maroko.
Penyerang berusia 21 tahun milik Benfica ini adalah ancaman serius bagi keberlangsungan Ronaldo di posisi penyerang di timnas Portugal. Jadi, semoga Ronaldo tidak banyak tingkah melawan arus agar tetap mendapatkan menit bermain untuk Portugal, sehingga dapat menghentikan laju Singa Atlas, Maroko di babak perempat final ini...
Beda nasib dialami Messi, Modric dengan Ronaldo...siapakah yang akan jadi juara dan mengangkat Tropi bergengsi Piala Dunia Qatar 2022 ini? Menarik untuk disimak...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H