Bagai petir di siang bolong, begitu mendengar kabar buruk dan menjadi topil alias topik pilihan di Kompasiana, fenomena suku bunga tabungan 0 persen. Wah, bagaimana tak menjadi fenomena? Bisa dibayangkan bukan? Nabung di bank tanpa bunga tabungan? Sementara yang menjadi daya tarik nabung di bank selama ini, salah satunya tentunya dengan suku bunga yang menggiurkan, bukan?
Tentu saja, bahkan ada orang kaya yang benar-benar orang kaya, menikmati masa hidupnya atau sisa hari tuanya hanya dari suku bunga bank, tergantung dari jenis tabungan yang nasabah buat.Â
Tabungan adalah jenis investasi jangka panjang yang tentunya sangat menguntungkan dengan berbagai jenis tawaran suku bunga yang menggiurkan.
Intinya, dari anak-anak kita sudah diajarkan menabung, dan menabung di bank sesuatu hal yang membuat uang kita aman dan kita juga nyaman dengan pilihan suku bunga, tergantung dari berapa banyaknya uang yang kita tabung.Â
Menabung juga menjadi aktivitas yang selalu dinasihatkan oleh orangtua kepada kita secara turun temurun, bahkan sejak kecil ada orangtua yang sudah membuat tabungan anaknya dengan harapan si anak tinggal melanjutkan tabungan yang sudah dibuat oleh sang ayah atau orangtuanya.
Ada pengalaman menarik yang membiasakan saya untuk menabung di bank, selain tentunya bunga, juga keamanan uang kita dan juga keuntungan lainnya, seperti adanya voucher dan juga undian-undian dari bank.
Pengalaman paling tak terlupakan ketika tabungan saya yang tak seberapa itu, mendapatkan apresiasi dari bank, di mana nama saya menjadi salah satu pemenang undian yang bank lakukan.Â
Itu kejadiannya di tahun 2014, padahal tabungan saya tak banyak. Yang paling tak lekang dari ingatan di awal tahun 2000, ada hadiah spesial, sepeda motor dari bank pemerintah.
Padahal, tabungan ayah saya tak banyak, bahkan sudah terkuras karena harus digunakan untuk membayar berobat bapak dan juga uang kuliah kami anak-anaknya yang sedang kuliah.
Itulah yang membuat saya selalu bersemangat untuk menabung di bank, walau faktanya sekarang beberapa bank di Indonesia menetapkan suku bunga tabungan bisa mencapai 0 persen per tahun.
Jadi amsiong juga jika suku bunga tabungan mencapai 0 persen sementara kita juga ada biaya admin yang tak sedikit, tergantung dari jenis tabungan dan jenis-jenis sarana yang kita gunakan, misalnya pakai ATM atau tidak? Bisa-bisa tabungan kita terkuras hanya untuk membayar biaya admin.
Memang menabung di bank jadinya makin rumit dan membuat kita berpikir untuk diapakan uang kita ini? Jika tak mau menyimpannya di bank, lalu dikemanakan?
Di Jamaika, dilaporkan seorang pemenang undian lotre harus mengenakan topeng scream saat mengklaim hadiah yang dia peroleh, bahkan juga memakai sarung tangan agar warna kulitnya tak diketahui, bahkan identitasnya hanya dibuat dengan nama A Campbell dengan tujuan agar uang yang dia menangkan itu tak dipinjam orang, begitu seperti dilansir dari sumber ini.
Apa pelajaran dari kasus A Campbell?
Lantas ada juga pelajaran dari apa yang dialami oleh Samin, penjaga SD Negeri Lowijetan, Kelurahan Kedunglumbu, Kecamatan Pasarkliwon, Solo beberapa waktu lalu yang menyadari uangnya telah dimakan rayap ketika menabung uang kertas di rumahnya?
Ya, berita viral itu memberi pelajaran bagi kita bahwa jika menabung di rumah, maka tabunglah uang logam, bukan uang kertas.
Seperti diberitakan dari sumber ini, Samin bersama dengan istrinya telah mengumpulkan uangnya, hasil jerih payah mereka selama hampir 2,5 tahun di dalam celengan plastik di rumahnya. Namun, saat membuka celengan, uang kertas yang bernilai hampir 50 juta Rupiah itu rusak dimakan rayap.
Sungguh menyedihkan, bukan? Bagaimana tidak, uang yang mereka kumpulkan rusak berat dimakan rayap, sementara jika uang itu ditabung di bank? Maka akan menguntungkan, karena akan mendapatkan bunga, apabila ditabung di bank konvensional dan akan mendapatkan bagi hasil, apabila ditabung di bank syariah.
Penyesalan memang selalu datangnya terlambat, seperti kisah Samin atau masih banyak lagi kisah lain yang menabung di rumah, ada yang beruntung tak dimakan rayap, mungkin karena orang tersebut menyimpannya tepat, tidak di tempat yang lembab, tidak di tempat yang mudah dijangkau rayap atau binatang pemakan kertas lainnya.
Namun, sangat disarankan untuk tetap menyimpan uang di bank, apabila tabungan kita itu dalam jumlah yang besar, sehingga terhindar dari risiko seperti dimakan rayap bahkan diambil oleh pencuri. Sebab, kejahatan itu selalu datang di waktu dan tempat yang tidak kita sangka.
Apalagi tabungan Samin itu kan banyak, ada sekitar 50 juta rupiah, coba kalau didepositokan di bank.
Menabung deposito memberikan lebih banyak suku bunga dibanding tabungan konvensional, yakni 5% - 6.5% tiap tahunnya. Selain itu, deposito merupakan produk untuk menabung di bank yang paling menguntungkan karena aman dan tidak dipotong biaya administrasi bulanan.
Untuk membuka deposito memang butuh dana yang cukup besar, diawali dari dari Rp10 juta sebagai setoran awal. Penarikan dana juga harus sesuai dengan tenor yang dipilih. Jika belum jatuh tempo namun terpaksa harus menarik deposito, maka akan dikenakan denda.
Dapat juga dibuatkan untuk reksadana. Reksadana merupakan instrumen pilihan banyak investor pemula karena pengelolaannya yang mudah, yakni dijalankan oleh manajer investasi.
Selain itu, modal awalnya pun ringan, hanya dengan Rp100 ribu Anda sudah dapat berinvestasi dan memperoleh keuntungan relatif lebih besar dibanding bunga bank hingga 20% per tahun.
Atau dapat duga dibuatkan untuk tabungan berjangka. Tabungan berjangka adalah salah satu produk menabung di bank yang paling menguntungkan.
Sama seperti deposito, instrumen ini dibatasi tenor mulai dari 1-2 tahun sesuai pilihan Anda. Namun, produk ini termasuk dalam jenis simpanan, bukan instrumen investasi.
Dengan demikian maka ketika menabung di bank, banyak terselamatkan dari kasus seperti Samin, walaupun suku bunga tabungan oleh pihak bank telah dibuatkan 0 persen, namun setidaknya kita merasa aman dengan uang kita dan tidak was-was seperti dialami oleh Samin, dan dapat diambil setiap saat kala kita butuh uang kita secara mendesak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H