Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Implementasi Kurikulum Merdeka, Wujudkan Profil Pelajar Pancasila

13 Agustus 2022   13:15 Diperbarui: 13 Agustus 2022   22:39 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kurikulum merdeka (Sumber: kompas.id/Heryunanto )

Apakah benar, Kurikulum Merdeka mengembalikan ruh Pancasila sebagai jati diri bangsa kepada generasi muda Indonesia sekarang? 

Mengapa Kurikulum Merdeka harus diterapkan, padahal Kurikulum 2013 masih dalam proses penerapan dan kemunculan Kurikulum Darurat sebagai wujud penyederhanaan Kurikulum 2013 hadapi akibat pagebluk Covid-19 yang mengharuskan segala kegiatan dilaksanakan dari rumah saja? Apakah benar stigma ganti menteri ganti kurikulum masih terjadi hingga saat ini?

Pertanyaan tersebut menyelimuti pemikiran sebahagian guru yang belum mendapatkan pencerahan sepenuhnya akan penerapan Kurikulum Merdeka yang telah dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 262/M/2022 tentang Perubahan atas keputusan sebelumnya di Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.

Pagebluk Covid-19 jadi momentum terbaik bagi Mas Mentri untuk mengubah paradigma guru dalam mengajar dan cara siswa dalam belajar, dimulai dari perubahan kurikulum yang menjadi landasan utama bagi pendidik dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan seperti yang digariskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Era revolusi industri 4.0 menitikberatkan pemanfaatan internet dan smartphone telah usai, kita sekarang menuju era industri 5.0 dengan Artificial Intelligence alias kecerdasan buatan yang jadi pendorong utama hadirnya teknologi-teknologi baru seperti big data, chatbot, mobil swakemudi, robotika, Internet of Things (IOT), hingga sekarang kita mengenal dunia metaverse, seperangkat ruang virtual, tempat seseorang dapat membuat dan menjelajah dunia virtual dengan pengguna internet lainnya yang tidak ada pada ruang fisik yang sama, seperti pergi ke konser virtual, perjalanan online, mencoba pakaian virtual, dan sebagainya.

Keterampilan Abad 21, Indonesia Harus Siap Hadapi Revolusi Industri. Sumber: lagibelajarlagi.wordpress.com
Keterampilan Abad 21, Indonesia Harus Siap Hadapi Revolusi Industri. Sumber: lagibelajarlagi.wordpress.com

Merdeka Mengajar Wujudkan Profil Pelajar Pancasila

Lantas apa hubungan implementasi Kurikulum Merdeka dengan kemunculan Kecerdasan Buatan? Sangat berhubungan erat, akibat pagebluk Covid-19, pemanfaatan IT dalam pembelajaran jadi suatu penegasan. 

Distance learning atau pembelajaran jarak jauh lebih efektif ketika guru dan murid memanfaatkan model pembelajaran blended learning, kegiatan pembelajaran mengkombinasikan strategi sinkronus dan asinkronus dalam rangka pencapaian pembelajaran yang berkualitas dan bermakna baik secara offline maupun online.

Siswa Senam Profil Pelajar Pancasila. Dokpri
Siswa Senam Profil Pelajar Pancasila. Dokpri

Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran Heutagogi, pembelajaran yang berpusat pada siswa, lebih jelasnya menurut Hase dan Kenyon (2007) Heutagogi, pembelajaran mandiri yang menerapkan pendekatan holistik -- pembelajaran berfokus pada pemahaman informasi dan mengaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan -- untuk mengembangkan kemampuan siswa dengan menempatkan siswa sebagai 'agen utama dalam pembelajaran mereka sendiri, yang terjadi sebagai akibat pengalaman pribadi'.

Mengacu pada Taksonomi Bloom, struktur hierarki mengidentifikasi keterampilan berpikir mulai dari jenjang rendah hingga ke jenjang lebih tinggi, maka pendekatan Heutagogi pada implementasi pembelajaran ranah kognitif revisi oleh Krathwohl dan para ahli aliran kognitivisme akan sampai pada level C-3 sampai C-6, yaitu: mulai dari menerapkan, menganalisis, mengevaluasi hingga membuat, karena di Kurikulum Merdeka, Guru pastinya menyampaikan jenis-jenis informasi, seperti: fakta, konsep, prosedur, hingga metakognitif yang sering disebut dengan dimensi pengetahuan.

Hidup di era Industri 5.0 mengharuskan guru dan orangtua berkolaborasi dan berdistribusi untuk sama-sama membangun karakter learning dan karakter industri agar generasi muda Indonesia memiliki dan mengedepankan lima unsur keseimbangan kehidupan manusia, yaitu menjaga sikap emosional, memiliki intelektual tinggi, fiskal, sosial, dan spiritualitas, sebab pengaruh dari revolusi industri 4.0 sangat besar dalam mendegradasi peran manusia akibat perkembangan mesin robotik.

Sistem kerja dari Socety 5.0, mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet di segala bidang kehidupan dan mengajak manusia untuk tidak hanya mengedepankan teknologi, namun juga harus terintegrasi kuat dengan kebutuhan spiritualitas, sehingga diharapkan dapat membantu sesama manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

Menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, maka Kurikulum Merdeka dihadirkan untuk mewujudkan Generasi Muda Indonesia yang memiliki Kecakapan Hidup di abad 21, diantaranya 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication, Collaboration).

Guru sebagai ujung tombak pendidikan di era Society 5.0 harus punya keterampilan digital dan berpikir kreatif, guru juga harus dapat menerima perubahan dan beradaptasi memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran, baik itu pembelajaran di kelas, maupun melakukan pembelajaran jarak jauh (distance learning). 

Guru sebagai motor atau penggerak Kurikulum Merdeka harus mampu jadi sosok yang memerdekakan siswa atau anak didiknya dengan menyesuaikan cara mengajarnya agar pembelajaran itu berpusat pada siswa, bukan berpusat pada guru lagi.

Kita sedang Menuju Era Society 5.0, dokpri
Kita sedang Menuju Era Society 5.0, dokpri

Peran guru di era kekinian harus mampu menjadi panutan. Mengembalikan ruh guru sebagai orang yang digugu dan ditiru, seperti yang digariskan Ki Hadjar Dewantara, dalam bukunya berjudul "Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sika Merdeka", mengatakan bahwa "Pendidikan itu segala pemeliharaan lahir dan batin terhadap pada anak-anak untuk dapat memajukan hidupnya lahir atau jasmani dan batin atau rohani".

Dalam Kurikulum Merdeka, jelas konsepnya bahwa guru harus bergerak mengutamakan siswanya dibanding dirinya sendiri. 

Inisiatif untuk melakukan perubahan pada siswanya, mengambil tindakan tanpa disuruh, terus berinovasi serta keberpihakan kepada siswa. Memerdekakan siswa dengan teladan sikap dan perilaku baik di dalam kelas maupun di luar kelas adalah keutamaan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Guru harus mampu berkomitmen untuk tak hanya jadi pengajar, tapi juga pembelajar yang berperan lebih aktif dari pengajar untuk membelajarkan siswa dengan memberikan stimulus dengan memfasilitasi siswa dengan berbagai sumber belajar termasuk di dalamnya online learning, juga dengan sikap sebagai guru yang dapat memberikan pemahaman. 

Contoh kecil, guru harus dapat memberikan contoh dengan sikap tidak merokok di sekolah agar siswa patuh dan menaati nasehat agar tidak merokok di lingkungan sekolah.

Guru Siap Implementasikan Kurikulum Merdeka

Maksud dari Merdeka Belajar adalah agar terwujud pelajar Indonesia, pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai Pancasila, keimanan dan ketakwaan termanifestasi dalam akhlak yang mulia terhadap diri sendiri, sesama manusia, alam, dan negaranya. 

Berpikir dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan sebagai panduan memilih dan memilah yang baik dan benar, serta menjaga integritas dan keadilan.

Senam Menuju Generasi Sehat. Dokpri
Senam Menuju Generasi Sehat. Dokpri

Dengan penerapan Kurikulum Merdeka, diharapkan enam elemen Profil Pelajar Pancasila, berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif dapat terwujud menjadi satu kesatuan yang saling mendukung dan berkesinambungan tumbuh dalam wujud Pelajar Pancasila yang nantinya menjadi generasi yang tidak terdegradasi oleh karena Revolusi Industri 4.0.

Lantas pertanyaan simpelnya, apa yang akan guru lakukan sebagai penggerak dari Kurikulum Merdeka di sekolahnya masing-masing demi mewujudkan Profil Pelajar Pancasila?

Sebab tak hanya literasi dasar, yaitu literasi numerasi, literasi sains, literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan yang harus dikuasai, tapi siswa juga diharapkan memiliki kompetensi lainnya yaitu mampu berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving. 

Dan yang terpenting memiliki perilaku (karakter) yang mencerminkan profil pelajar pancasila seperti rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kepedulian sosial dan budaya.

Sebagai calon guru penggerak dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di sekolah dalam menyongsong era Society 5.0, guru (saya) harus bisa menjadi contoh penguatan nilai pancasila terhadap siswa di lingkungan sekolah, seperti walau pembelajaran sudah tatap muka, namun pemanfaatan perangkat TIK dalam kegiatan belajar mengajar di kelas harus tetap dikedepankan.

Soal-soal latihan dibuatkan dalam bentuk online memanfaatkan aplikasi seperti Mentimeter, Words Search, dan lainnya yang dapat diakses siswa memanfaatkan smartphone mereka, sehingga latihan soal-soal lebih menarik dan menantang pagi siswa. 

Mengajar juga dengan memanfaatkan perangkat TIK dalam proses memudahkan siswa mengerti akan materi-materi Informatika.

Juga tidak lupa untuk memanfaatkan Laboratorium Komputer tempat siswa belajar praktek, agar siswa tidak hanya belajar teori, tapi mendapatkan keseimbangan dengan belajar praktek. 

Di samping kegiatan intrakurikuler, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan lingkungan sekolah, pemberdayaan budaya masyarakat, juga sangat penting diberdayakan agar terwujud Profil Pelajar Pancasila dengan kolaborasi yang baik antara guru dan stakeholder sekolah.

Sebentar lagi dihadapkan pada Metaverse, sudah siapkah kita? Dokpri
Sebentar lagi dihadapkan pada Metaverse, sudah siapkah kita? Dokpri
Saat mengikuti diklat TOT (Training of Trainer) Distance Learning yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPDSDM) Sumatera Utara beberapa hari lalu, saya mendapatkan pencerahan akan pentingnya Kurikulum Merdeka diterapkan di sekolah mulai tahun ini. 

Darurat akan tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan, menjadi dasar mengapa Kurikulum Merdeka harus diterapkan sehingga terwujud manusia Indonesia yang tangguh, masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0 meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Peran guru tak akan dapat tergantikan oleh teknologi, sehingga guru harus dapat belajar dan beraptasi dengan teknologi untuk dapat berinteraksi secara langsung di kelas, ikatan emosional guru dan siswa, penanaman karakter dan modeling/ teladan guru akan menjadi poin penting mengapa Kurikulum Merdeka ini harus dapat terlaksana untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia Indonesia nantinya memiliki Karakter Industri dan Karakter Learning yang kuat sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa maju dan kokoh dan menuju Indonesia Maju.

Sumber Artikel:

[1], [2]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun