Siapa bilang politik itu suci? Akh yang ada politik itu busuk dan kotor. Salah satu buktinya, lihatlah apa yang dilakukan oleh PKS dan gerombolan atau kelompok-kelompok yang tidak suka akan kebangkitan Indonesia dengan Ibu Kota Barunya yang terletak di Kalimantan Timur?
Ya, usai Ketua DPR Puan Maharani mengetok palu tanda DPR setuju akan rancangan Undang-Undang Ibukota Baru menjadi Undang-Undang, sehingga proses pembangunan megaproyek IKN alias Ibu Kota Negara yang juga secara resmi namanya diusung Presiden Jokowi dengan sebutan Nusantara, dapat dilaksanakan karena sudah memiliki dasar hukum yang sudah kuat.
Dengan disahkannya Undang-Undang IKN ini, maka praktis megaproyek pemindahan ibu kota negara akan dilaksanakan secara bertahap dan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 15 hingga 20 tahun, walau kenyataannya banyak suara-suara sumbang dan ada partai bernama PKS tidak setuju dengan Undang-Undang IKN yang telah disetujui oleh semua fraksi dan pansus IKN alias Panitia Khusus Ibu Kota Negara, itu tidak berpengaruh karena PKS memang sejak era pemerintahan Presiden Jokowi berkuasa adalah oposisi yang tidak pernah melihat sisi baik dari pemerintahan ini.
Lantas mengapa PKS getol dan bahkan sekarang memainkan isu-isu, bahkan menebarkan hoaks alias berita bohong seputar pemindahan ibu kota negara ke sebagian wilayah Kabupaten Penajam  Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ini?
Menurut berbagai sumber berita yang penulis baca, alasanya memang tak masuk akal dan dibuat-buat, itulah mengapa saya katakan politik itu bukanlah suci, melainkan kotor dan menebarkan aroma busuk, karena ditungganggi oleh kepentingan-kepentingan politik sekelompok orang, bukan memikirkan kepentingan bersama demi kemajuan Indonesia ke masa yang akan datang.
Alasan PKS untuk tidak mendukung pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, plus nama ibu kota baru yang dicetuskan oleh Presiden Jokowi bernama Nusantara, tak lebih dan tak kurang karena PKS menganggap masih banyak masalah dan membebani negara.
Sungguh alasan tak masuk akal, memangnya ibu kota sekarang sudahkah aman-aman saja? Apa tidak ada masalah yang timbul di DKI Jakarta? Lihat saja sekarang, masalah semakin banyak, kota makin amburadul, sedikit hujan sudah banjir, apalagi sumur resapan yang dijanjikan ternyata tidak sanggup menyerap air yang turun, hanya bisa menyerap anggaran yang sudah habis dan dihambur-hamburkan untuk proyek unfaedah, karena memang nyatanya dipimpin oleh pemimpin seiman yang pandai menata kata.
Nusantara, Bukti Visioner dan Kejeniusan Presiden Jokowi
Sungguh visionernya Presiden Jokowi dalam memilih nama Nusantara untuk menggambarkan bagaimana fungsi dan tujuan dari mega proyek pemindahan ibu kota baru negara Indonesia ini. Beliau sekali lagi membuktikan kejeniusan dalam pemilihan kata magis untuk mengingatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia harus tetap kokoh berdiri walau nantinya sudah berganti ibu kota dari DKI Jakarta ke Penajam Panser Utara dan Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Beliau tak peduli, ibarat kata 'anjing menggonggong, kafilah berlalu', beliau tak ambil pusing akan kritikan, karena memang itulah yang mengalir dalam pikirannya untuk memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan rakyat Indonesia.