Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Si Gale-Gale Bakal Jadi Film Laris Penyaing Film Boneka Arwah

13 Januari 2022   16:59 Diperbarui: 22 Januari 2022   08:02 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gondang Si Gale-Gale

Tapi ide itu tidak serta merta diterima yang lain karena banyak yang akan dikerjakan, siapa pembuat patung? Lalu bagaimana agar patung itu terlihat hidup dan bisa berkomunikasi dengan raja? Semuanya terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Aku mengenal seseorang yang pintar membuat patung manusia di Lumbanjulu Jonggi Nihuta. Kita bisa memintanya membuatkan patung yang mirip dengan Pangeran Manggale. Sesudahnya, kita bisa memanggil roh Manggale untuk masuk ke dalam patung tersebut," ucap Datu Mangatas kemudian.

"Tapi bagaimana caranya kita memanggil roh Manggale agar mau datang?" tanya salah satu datu.

"Tiupkan Sordam dan tabuhkan Gondang Sabangunan. Kemudian dengan melakukan manortor (menari), kita bisa memanggil roh Manggale," jawab Datu Mangatas.

Dengan jawaban tersebut, para penasehat kemudian menyiapkan segala yang diperlukan. Mereka meminta pengrajin di Lumbanjulu Jonggi Nihuta untuk membuatkan patung manusia. Patungnya dibuat semirip mungkin dengan Pangeran Manggale. Mulai dari wajah hingga tinggi dan bentuk perawakannya. Proses tersebut membutuhkan waktu selama tiga bulan. Setelah selesai, mereka menunggu sampai bulan purnama untuk melakukan upacara pemanggilan roh Manggale.

Singkat cerita, ketika malam bulan purnama tiba, para tetua dan penasehat menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk upacara pemanggilan roh. Mereka berencana melakukannya di tengah lapangan. Seluruh rakyat diundang untuk berkumpul di sekeliling lapangan tersebut, sementara Patung Manggale diletakkan di tengah kerumunan. Seluruh warga yang datang duduk dalam keheningan menanti hingga raja dan Datu Mangatas tiba.

Tak lama kemudian, Raja Rahat dan Datu Mangatas sampai di lapangan tersebut. Ketika melihat patung yang ada di tengah lapangan, pecahlah tangis sang raja. Ia menatap dengan penuh ketidakpercayaan kalau ia bisa melihat putranya kembali.

"Putraku Manggale," bisik Raja Rahat lirih di antara tangisannya. Sontak seluruh hadirin merasa terharu.

Datu Mangatas kemudian memberikan kode kepada pargonci atau penabuh gendang untuk memulai upacara. Tiupan Sordam pun terdengar nyaring diikuti dengan tabuhan Gondang Sabangunan. Datu Mangatas sendiri mengambil tiga buah tali dengan warna yang berbeda, yakni hitam, putih, dan merah. Ketiga tali tersebut ia ikatkan dengan rapih di kepala patung. Kemudian ia mengenakan ulos dan berdiri di tengah lingkaran. Setelah merapalkan mantra, ia menari mengelili patung tersebut sebanyak tujuh kali.

Tiba-tiba, patung Manggale itu mulai bergerak dan mengikuti gerakan manortor yang dilakukan Datu Mangatas. Sang datu kemudian mendekati Raja Rahat untuk ikut melakukan manortor bersama-sama. Raja pun menyambut sang datu dengan bangkit berdiri dan ikut melakukan manortor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun