Dan entah memang kebetulan, Megawati Soekarnoputri juga yang diangkat jadi Ketua Dewan Pengarah BRIN, entahlah. Namun, Megawati sendiri telah mengatakan bahwa dirinya bukanlah orang yang kurang pintar, namun lebih dari itu, sangat Smart, tapi kurang pandai ngomong seperti BJ. Habibie dan mereka berdua adalah sosok yang sering membicarakan soal riset dan inovasi di Indonesia.
Salah satu bukti sederhana kepedulian bu Megawati akan riset dan inovasi di negeri ini adalah sindiran beliau adalah masih maraknya impor alat-alat Alkes alias Kesehatan, khususnya yang paling dasar dan sederhana, semisal alat suntik. Temuan masih impornya alat suntik ini menjadi kritikan sederhana dan bukti bahwa memang lembaga-lembaga riset dan penelitian kita selama ini mandek dan tidak membuahkan hasil.
Presiden Jokowi telah resmi menunjuk Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada pelantikan 28 April 2021 di Jakarta.
Badan ini diharapkan akan mampu mendongkrak roda riset Indonesia melalui integrasi dari kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan, serta invensi dan inovasi sehingga mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemajuan bangsa.
BRIN sendiri dibentuk untuk menjadi penyedia infrastruktur riset berbagai bidang, utamanya untuk meningkatkan nilai tambah kekayaan sumber daya alam lokal demi peningkatan ekonomi nasional.Â
Komitmen BRIN adalah memfokuskan pada riset dan inovasi berbasis biodiversitas yang memiliki local competitiveness tinggi. Tentu riset dan inovasi teknologi juga tetap didukung.
Nah, harapan saya terhadap BRIN adalah ketika BRIN mampu membuat inovasi dan terobosan dengan membuat lomba-lomba riset dan penelitian berjenjang di dunia pendidikan kita. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga SMA atau SMK dan perguruan tinggi. Lomba-lomba riset dan penelitian ini tentunya akan menggugah semangat para peneliti muda untuk menunjukkan karnyanya.
Dan juga disertai dengan bekal pelatihan bagi guru-guru agar mampu mengarahkan anak-anak didiknya untuk melakukan pendampingan riset atau penelitian.Â
Saya masih ingat ketika itu tahun 2013 mengikuti lomba karya tulis ilmiah dan mendapatkan pelatihan atau pembimbingan dan bertemu dengan guru-guru hebat, sehingga mendapatkan tambahan pengalaman setelah bertemu dan sharing dengan guru-guru hebat yang mau berbagi pengalaman jadi peneliti.
Hal yang langka untuk didapatkan kembali setelah era tahun itu, apakah di new normal ini kegiatan-kegiatan lomba karya tulis ilmiah tingkat sekolah dasar, menengah hingga kejuruan itu akan dibuka kembali?
