Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Awas, Shin Tae-yong Bakal Kena Jewer

30 Desember 2021   10:05 Diperbarui: 30 Desember 2021   10:26 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shin Sudah Berikan yang terbaik. Sumber: okezone.com

Sungguh aneh tapi nyata, itulah kelakuan dari para pejabat dan juga politikus negeri ini. Sebuah prestasi yang dihasilkan oleh atlet kita dengan kerja keras dan penuh keringat, berjibaku, penuh pengorbanan dan berjuang di gelanggang pertandingan dan jika juara atau merebut medali, maka semua pejabat dan politikus akan ramai-ramai pamer diri bahwa itu juga adalah berkat kerja keras mereka.

Masih ingat tentunya dengan kelakuan para politikus usai atlet bulu tangkis ganda putri Indonesia, Greysia Polii dan Apriani Rahayu, di Olimpiade Tokyo 2020. Para politikus ramai-ramai manfaatkan momen kerja keras dan perjuangan atlet kita untuk memulangkan medali emas ke tanah air dengan nebeng poster ucapan selamat, tapi dengan menampilkan gambar politikus lebih besar dari foto atlet yang meraih prestasi.

Poster dukungan dengan kata-kata lebay, alay dan menggelitik seperti pernah trending 'lelahmu lelahku juga' oleh ketua umum salah satu partai, sungguh membuat kita tertawa.

Bagaimana tidak tertawa sekaligus geram? Emangnya situ setiap timnas Garuda main atau tanding, ikut juga main atau tanding? Apakah yakin setiap timnas tanding Anda nonton? Atau ikut berikan bonus atau sumbangkan sepatu, baju latihan dan nutrisi atau asupan gizi?

Pun ketika Timnas Indonesia masuk final untuk ke-6 kalinya sepanjang keikutsertaan mereka di ajang Piala AFF 2020, para pejabat kita banyak gunakan momen ini dengan numpang tenar dan akting seakan-akan sudah memberikan yang terbaik akan lolosnya Timnas Garuda ke final.

Saat di final, kita menghadapi Thailand dengan kultur sepakbola khas dan juga dibangun dengan pondasi yang kuat karena memang mereka dilatih fisik dengan baik dan juga teknik bermain, koordinasi antar lini dan mental juara. Kita melihat bagaimana para pemain kita ketika terjadi body chash kalah jauh, kalah telak, apalagi dalam hal kerjasama tim? Aih kalah jauh dari Thailand.

Gol pertama bukti pemain belakang kita tidak kokoh fisiknya.

Berbenturan dengan Philip Roller yang merengsek dari sisi kiri pertahanan kita, dua orang pemain belakang mencoba menghalangi dan merebut bola, namun Philip Roller tidak tumbang atau terjatuh, malah bisa menguasai bola dan mengirim umpan matang ke kapten Chanatip yang berdiri bebas dan langusung lancarkan tendangan keras melengkung. Bamm...gawang Nadeo kebobolan, padahal baru 1 menit pertandingan berlangsung.

Timnas Garuda menjadi bulan-bulanan, kalah 1 gol sama saja di leg pertama ini. Dan kepanikan terjadi karena mau tidak mau Timnas Garuda harus bangkit untuk menyamakan kedudukan.

Disinilah para pemain Thai yang fasih memainkan bola-bola pendek khas Samba yang dilatih Alexandra Polking ini memainkan tempo dan membuat Timnas kita bermain sambil emosi sehingga pola permainan amburadul, koordinasi antar lini tidak terjalin, apalagi komunikasi tidak terjalin sehingga tinggal menunggu waktu untuk kebobolan sebanyak 4 gol.

Walau akhirnya Shin T-yong memainkan 'Trio E', Elkan Baggot, Evan Dimas dan Egy Maulana, namun tidak dapat menolong timnas yang sudah kepanikan.

Terbukti lewat skema serangan balik mematikan usai Evan Dimas terjatuh di kotak penalty Thailand, bola berhasil direbut dan tiga sentuhan tercipta gol kedua, lagi-lagi oleh Kapten Chippan yang kosong tanpa pengawalan.

Yah, nasi sudah jadi bubur, papan skor sudah final dengan skor 0-4. Artinya di leg kedua Timnas Garuda tidak ada rasa takut lagi, mau tidak mau, suka tidak suka harus menyerang dan mempersiapkan fisik, mental, serta lebih mengasah kerjasama tim.

Namun apa daya? Thailand belum berpuas diri, masih yakinkan publik bahwa skuadnya belum berpesta, masih membumi dan menganggap Timnas Indonesia lawan kuat yang harus diladeni permainannya di leg kedua nanti.

Masalahnya sanggupkah kita menggelontorkan 4 gol ke gawang Thailand dan tidak kebobolan? Sanggupkah meladeni Thailand dengan paket kompletnya sampai ke babak adu penalty? Apakah yang namanya Dewi Fortuna dan keajaiban itu datang menaungi timas kita?

Sulit, ketika timnas kita sudah kebobolan 4 gol, semuanya pada diam. Ketum PSSI yang selama ini banyak bicara hingga berencana masuk ruang ganti pemain Timnas di leg kedua nanti untuk memberikan semangat, mendingan mengurungkan niatnya saja deh, kenapa?

Karena situasi bukannya malah membuat timnas makin bersemangat, tapi takutnya terinspirasi dengan apa yang dilakukan oleh Gubernur Sumut yang baru-baru ini menjewer pelatih Tim Biliar PON Sumut, Coki Aritonang, hanya gara-gara masalah sepele yang tidak bertepuk tangan usai sang Gubernur itu memberikan sambutan di acara pembagian bonus atlet peserta PON XX Papua.

Takutnya, Mr. Ketum PSSI kebablasan menyemangati tim, tak sadar eh tangannya menjewer pelatih Shin...

Jangan sampai terjadi...

Satu lagi mengapa kita tetap kalah kualitas dari Thailand? Selalu alasan klasik 'Masalah Bonus'. Dilansir dari Sindonews.com Timnas Thailand akan diguyur bonus sampai 11 miliar Rupiah.

Pasukan Gajah Perang sudah mendapat 10 juta baht (Rp4,2 miliar) dari presiden Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT), Somyot Poompunmuang setelah menyingkirkan juara bertahan, Vietnam di semifinal.

Selanjutnya, bonus lebih besar telah menanti.

Menurut laporan TH Sport, uang sebesar 26 juta baht (Rp11 miliar) akan didapat jika armada Alexandre Polking bisa mengangkat trofi.

Pada awal turnamen, Manajer Thailand, Nualphan Lamsam berjanji akan memberikan bonus 20 juta baht (Rp8,5 miliar) jika bisa menjuarai Piala AFF 2020.

Tapi, nominalnya naik menjadi 26 juta baht menjelang final Piala AFF 2020 kontra Indonesia.

Jumlahnya bisa meningkat setelah adanya tambahan dana dari berbagai pihak. Setidaknya ada 25 perusahaan swasta dan individu yang bersedia menambah dana bonus untuk Thailand. Itu berarti jumlah bonus mereka melebihi uang hadiah yang disiapkan pihak penyelenggara untuk juara Piala AFF 2020.

Menurut regulasi Piala AFF 2020, tim juara akan mendapat hadiah USD300.000 (Rp4,26 miliar).

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Ketum PSSI memastikan semua pemain dan official dapat bonus, tapi belum tau berapa kisarannya dan dalam bentuk apa. Sejauh ini hanya beberapa nama pesohor dan sponsor, seperti Hotman Paris dan Nikita Mirzani yang berani blak-blakan akan kasih 1 M, itupun jika Timnas Juara. Kalau runner-up? Brapa? Apakah masih dapat?

Ya, semoga saja di leg kedua dewi keberuntungan itu ada dan semoga coach STY baik-baik saja, tidak kena jewer, cukup dikasih perpanjangan kontrak...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun