Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

"Parkir Bus'" Strategi Jitu Timnas Garuda "Curi Poin" dari Vietnam

16 Desember 2021   10:25 Diperbarui: 16 Desember 2021   10:48 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya prediksi saya benar juga bahwa dengan strategi menunggu dan tidak terpancing oleh permainan impresif Vietnam, maka bukan sebuah kemustahilan Timnas Garuda dapat mencuri poin dari laga penting kontra Pasukan Park Hang-seo yang dikenal memang agresif dan calon kuat juara kompetisi bergengsi antar negara-negara Se-Asia Tenggara bertajuk Piala AFF 2020 (2021) edisi ke-13 ini.

Ya, aroma kental perang siapa yang terbaik dari dua pelatih asal  Korea Selatan yang menangani dua tim langganan Piala AFF 2020 tersaji, apakah Park Hang-seo yang lebih dulu menukangi Vietnam sejak tahun 2017 telah membangun skuad elite seperti sekarang, atau Shin Tae-yong yang datang ke Indonesia sejak tahun 2019 dan menukangi Timnas Garuda sampai sekarang.

Sadar bahwa Vietnam akan datang dengan strategi total football atau tiki-takanya, maka Shin Tae-yong yang tidak ingin kebobolan seperti lawan Kamboja dua gol dan Laos satu gol, memilih bermain safety dengan merombak strategi dan komposisi pemain.

Ya, sadar bahwa kontra Vietnam yang dibutuhkan adalah hasil akhir, bukan keindahan permainan, maka Shin Tae-yong menerapkan pola permainan defensore totally atau bertahan total dengan menempatkan para pemain bertipe bertahan untuk menahan gelombang serangan pemain Vietnam yang dikapteni oleh Que Ngoc Hai.

Bermain di Stadion Bishan, Singapura, pada Rabu (15/12/2021) malam WIB pada lanjutan Pertandingan ketiga Grup B Piala AFF 2020, Shin Tae-yong memainkan formasi yang tidak biasanya.

Dia banyakan memasukkan pemain-pemain bertipe bertahan dengan skema 5 pemain belakang, 4 gelandang bertipe pengangkut air dan satu striker tunggal, Ezra Willian dengan postur tinggi besar, diharapkan mampu jadi benteng pertama dengan body kuat jadi petarung bagi bek-bek, maupun gelandang The Golden Stars.

Dengan mengikatkan ban kapten ke lengan Asnawi Mangkualam serta menginstirahatkan Evan Dimas memberikan sinyal bahwa memang Timnas Garuda sudah siap untuk memainkan 'negative football' demi tujuan mendapatkan point penting dari Vietnam.

Apakah istilah 'menumpukkan para pemain di areal 16 besar kotak penalti' sendiri pamali atau haram hukumnya dalam sepak bola? Tergantung yang digantung tentunya, eh tergantung penilaian tentunya.

Bagi para pemain Vietnam dan pelatihnya, Park Hang-seo strategi menumpuk atau parkir bus ini membuat mereka geram dan frustasi. Terlihat pelatih Vietnam mondar-mandir tak tentu, menggerutu dan mencoba mengganti beberapa pemainnya dengan tujuan dapat membuka celah dan kebuntuan akibat permainan negative football yang sukses dipraktekkan pelatih asal Korea lainnya, Shin Tae-yong.

Seperti kala menangani Inter Milan, Jose Mourinho pernah sukses merengkuh treble winner dengan formasi unik, disebutkan parkir bus yang membuat istilah itu keren dari tahun 2010 hingga kini. Melihat pertandingan Timnas Garuda vs Vietnam maka teringat seperti melihat Inter Milan vs Barcelona.

Dimana Timnas Indonesia bermain seperti kala Inter yang parkir alias menumpukkan pemain belakang, ada deretan Alfreandra Dewangga, Rizky Ridho, Fachruddin, serta Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan sebagai bek, pemain tengah dengan deretan Rachmat Irianto, Ricky Kambuaya, Witan Sulaeman, dan Irfan Jaya yang mampu menahan gelombang serangan pemain Vietnam dengan Tiki-Taka ala Barcelona, namun tidak dapat menembus gawang Timnas yang posisinya diisi oleh Nadeo Argawinata sejak menit pertama yang bermain cukup baik malam itu.

Wajah Timnas Garuda sesungguhnya terlihat jelas, dimana perjuangan pantang menyerah, tidak terpancing emosinya dan mampu menjalankan instruksi pelatih dengan baik membuat Vietnam frustasi dan tidak mampu menembus gawang Timnas.

Ya, dengan penguasaan bola mencapai 68 persen tercatat melepaskan delapan tembakan ke arah gawang kita. Namun, timnas Vietnam tetap tidak mampu mencetak gol. Tercatat hanya satu tembakan pemain Vietnam yang tepat sasaran atau on target membuktikan bahwa Timnas Garuda muda mampu bermain bagus dan menghasilkan satu point penting menuju gelar Juara Piala AFF untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Terhindar dari kekalahan saat bersua Vietnam pada lanjutan Piala AFF 2021, rasanya sudah hebatlah. Praktis 90 menit pertahanan timnas terkurung.

Menyebut hanya dewi fortuna lah yang menyelamatkan gawang Nadeo Argawinata dari kebobolan rasanya tak berlebihan. Asa untuk melihat kebangkitan timnas ditangan Shin Tae Yong (STY) sudah mulai membuncah, walau perjalanan masih jauh. Mantan pelatih Timnas Korea di World Cup 2018 ini belum mampu mengubah pola permainan timnas.

Passing bersalahan, gugup, minim variasi serangan dan lemahnya visi permainan selalu menjadi kelemahan klasik yang masih menghantui dan masih susah diberantas atau dihilangkan oleh Shin Tae-yong. Pemain timnas hanya nyaman menguasai bola di area pertahanan sendiri. Begitu memasuki pertengahan lapangan para pemain Vietnam dengan gampang menyergap bola.

Hampir 2 tahun STY memimpin Timnas memang hasilnya masih begitu-begitu saja. Kita hanya terus menjadi penonton yang menggerutu. Menyaksikan gaya permainan yang kacau, gampang terintimidasi lawan.

Namun kali ini kontra Malaysia, Kita Harus...

STY harus lebih berani merombak kultur sepakbola Indonesia yang masih cenderung "nyantai". Minus fighting spirit.

Kita masih melihat Timnas Garuda masih minim keberanian untuk menyerang usai mendapatkan bola di barisan pertahanan sendiri. Kita butuh striker semacam Fernando Torres yang mampu sendirian mengobrak-abrik pertahanan lawan ketika mendapatkan bola.

Kita butuh striker tunggal berkelas semacam Fernando Torres dan juga Diego Milito atau Filippo Inzagghi yang mampu menghancurkan jebakan offside kala mendapatkan bola lari.

Ezra Willian memang bermain bagus, tapi tidak mendapatkan sokongan bola dan juga pergerakan masih malas serta tidak memiliki stamina kuat untuk lomba lari dengan bek-bek Vietnam.

Plus pemain tengah, Irfan Jaya dan Ricky Kambuaya yang berani melakukan penetrasi ke kotak penalty lawan.

Jangan ragu pecat pemain indisipliner. Yang malas-malasan, suruh minggir aja.

Bro Shin Tae Yong ...ingat ya...

Indonesia tidak kekurangan bakat-bakat muda. Terakhir Indonesia Juara Piala AFF U-22 pada tahun 2019.

Semuanya berkat gaya blusukan Indra Syafri mantan pelatih Timnas. Rekrut pemain dari Aceh sampai pedalaman Papua. Jangan berkutat di Pulau Jawa saja.

Dan tolong terapkan persaingan sehat untuk mengisi starter timnas. Plus hindari "pemain titipan".

Sekian dulu ulasan satu point berharga menuju Semifinal....

Pertandingan terakhir menjadi penentu..mari dukung Timnas Garuda ganyang Saudara Serumpun yang suka bikin masalah....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun