Laos diatas kertas bisa dikalahkan dengan mudah, seperti prediksi saat mengalahkan Kamboja, namun pertanyaannya, berapa gol yang dapat disarangkan ke gawang Laos? Dan bisakah gawang kita steril dari gol?
Dalam sepakbola segalanya bisa terjadi, bola itu bundar sehingga prediksi dan statistik bisa salah, walau berat, namun harapan untuk juara tetap membuncah sebagai dukungan bagi para punggawa timnas yang bertanding.
Melihat persaingan di grup B saja memang berat jika kita melihat statistik pertandingan kontra Kamboja pun peluang kita yang satu grup dengan Malaysia dan Vietnam yang sudah pernah merasakan bagaimana menjadi yang terbaik di Asia Tenggara usai merengkuh gelar paling prestisius AFF Suzuki Cup 2020 yang dihelat tahun ini di akhir tahun 2021 akibat pagebluk Covid-19.
Sanggupkah timnas kita mengalahkan Vietnam yang sementara ini ada di urutan kegita diklasemen Grup B? Yang notabene sudah pernah dua kali menjadi juara Piala AFF tahun 2008 dan 2018?
Pun dengan Malaysia? Saudara muda yang selalu bikin bising kala bersua. Masih ingat tentunya bagaimana derita timnas kita di final Piala AFF 2010 bukan?
Ya, kala itu timnas kita yang begitu superior dan digadang-gadang bisa mengakhiri paceklik gelar Piala AFF, nyatanya harus takluk juga ditangan Harimau Malaya.
Timnas Garuda yang diasuh mendiang Alfred Riedl merupakan tim favorit untuk menjadi juara. Skuat Garuda menjadi pemuncak klasemen Grup A dengan mengalahkan Malaysia (skor 5-1), Laos (0-6), dan raksasa Thailand (2-1). Pada babak semifinal, Indonesia berhasil mengandaskan Filipina dalam dua leg yang dilangsungkan di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Kala itu striker naturalisasi Cristian Gonzales memborong dua gol di dua laga melawan Filipina itu dengan agregat skor 2-0.
Di final, bermodalkan skor 5-1 saat di penyisihan grup mengkandaskan saudara muda Harimau Malaya, Timnas Garuda Jumawa saat bermain di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Bukannya bermain bagus, timnas kita malah jadi bulan-bulanan baik suporter maupun pemain Malaysia.
Permainan Indonesia amburadul dan konsentrasi hilang akibat diteror laser oleh suporter tuan rumah. Akibatnya, Indonesia kalah telak 0-3 yang menjadi PR sulit untuk membalikkan keadaan saat menjadi tuan rumah nanti.
Benar saja, di final leg kedua yang dihelat di Stadion Bung Karno, Senayan Jakarta Indonesia hanya bisa menang tipis 2-1 sehingga agregat 2-4 untuk kemenangan Malaysia dan menjadi gelar pertama bagi Harimau Malaya, menambah derita Timnas Garuda karena hanya bisa mempersembahkan runner-up keempat kalinya.
Sepuluh tahun usai tragedi itu, kembali kita satu grup dengan Malaysia. Psywar sudah dilancarkan oleh Malaysia dan Vietnam untuk mengganggu konsentrasi para pemain kita.