'Promosi matang adalah kunci keberhasilan', mungkin itulah ada dibenak para menteri yang sekarang bekerja untuk membantu pekerjaan Presiden Jokowi yang ingin 'bertarung' di Pilpres 2024 mendatang. Ya, bagaimana tidak?
Jauh-jauh hari ketika Pemerintah masih berjuang untuk mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19 dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlevel yang nyatanya sukses melandaikan kasus penyebaran Covid-19 dan juga menyukseskan program vaksinasi massal sehingga bisa seperti sekarang, adanya pelonggaran, hingga sekolah bisa melakukan proses tatap muka walau masih terbatas.
Ketika Pemerintah masih berjuang, disitulah sudah muncul baliho-baliho berukuran raksasa yang memajang wajah artis politik di berbagai kota dan pelosok di negeri ini.
"Apakah ini penanda ekonomi sudah mulai bangkit kembali?", celetuk temanku yang melihat baliho-baliho raksasa dengan tulisan 'Kepak Sayap Kebhinnekaan' menghiasi kotaku, kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya ini.
"Ya, mungkin saja, ini pulak pertanda sebentar lagi masuk ke era new normal" pungkasku menimpali maraknya baliho-baliho raksasa bergambar Puan Maharani, seorang cucu Sang Proklamator yang menghiasi beberapa tempat yang kami lalui.
Dan, diantara baliho-baliho Puan Maharani, Ketua DPR -- RI semenjak tahun 2019, yang entah untuk tujuan apa dipajang banyak-banyak? Apakah memang murni untuk mempercantik kota? Atau memang ada agenda lain semisal mengenalkan diri agar lebih dikenal publik, tanpa harus capek-capek atau takut menimbulkan kerumunan ditengah pandemi seperti ini?
Entahlah, yang pasti selain baliho Puan Maharani juga marak baliho-baliho politikus lain dan satu yang tidak asing, balihonya Airlangga Hartarto.
Ya, Ketua Umum Partai Golkar yang juga jadi tangan kanannya Presiden Jokowi di bidang Perekonomian ini dengan jabatan tinggi, Menteri Koordinator Perekonomian juga tidak mau kalah dengan Ketua DPR -- RI, Ketua Umum Partai Merci, AHY dan ketua partai lainnya yang mulai pampangkan wajahnya lewat baliho raksasa untuk raih simpati publik, namun sebenarnya makin membuat suasana kota bukannya makin tertata rapi, tapi malah membuat mata semakin sesak dengan poster-poster yang itu-itu aja.
Apakah baliho memang makin menambah kecantikan kota-kota kita?
Yah, itu tergantung penglihatan seseorang, kalau saya ditanya? Bukan malah membuat kota makin indah, tapi malah makin menambah keruwetan dan merusak keindahan kota kita bukan?
Harus kita akui, menjelang tahun 2024 yang diprediksi bakal makin lebih panas dari Pilpres-Pilpres sebelumnya?
Menancapkan baliho-baliho bakal calon memang adalah cara mudah tanpa harus merogoh kocek lebih. Bayangkan bila mereka bercapek-capek ria ke lapangan?
Sudah habis waktu, tenaga, juga uang terkuras untuk memberikan semacam tip atau pengenalan, bahkan semacam 'ingat-ingat' kepada warga yang datang, sehingga tidak hanya acara seremonial, tapi pengingat agar nanti di hari H memilih si calon.
Yang paling lucunya, tahun 2024 masih lama, namun sekarang para menteri sudah mulai promosikan diri usai mendapatkan 'lampu hijau' dari Presiden Jokowi yang memang hanya bisa dua periode ini.
Bisa diibaratkan para menteri yang ingin seperti Presiden Jokowi -- mimpi jadi penerus beliau -- sekarang sedang berupaya "Sambil Menyelam, Minum Air".
Mereka seakan-akan berlomba untuk selain 'meminta restu' dari Presiden Jokowi dengan cara pendekatan dan 'rajin' mendampingi beliau kunjungan kerja kemanapun Presiden pergi, juga rajin-rajin menyapa dan mendekatkan diri ke masyarakat, disamping itu tadi pasang baliho raksasa banyak-banyak.
Tidak dapat dipungkiri, di masa pandemi ini, peran baliho sangat penting untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas mereka tanpa harus menimbulkan kerumunan.
Setidaknya itu kita lihat jauh hari sebelum Presiden Jokowi mempersilahkan secara langsung agar para pembantunya menaikkan pamor mereka jelang 2024 nanti.
Dan itulah kelebihan Presiden Jokowi yang tidak kaku membuat aturan sehingga para pembantunya merasa enjoy bekerja, setidaknya itu diakui langsung oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani yang pernah jadi menteri di dua pemerintahan berbeda. Saat SBY dan era Pak Jokowi.
Pun ketika menterinya ada yang merasa sanggup menerima estafet pemerintahan dari Pak Jokowi, mulai promosikan diri. Ada Airlangga Hartarto yang jauh-jauh hari secara terbuka pasang baliho banyak-banyak.
Bahkan banyak pihak sudah menyematkan predikat 'Kuda Hitam' bagi AHA di Pilpres 2024 nanti.
Berbekal banyak prestasi dari jabatan yang dia sandang, mulai dari Ketua Umum Partai Golkar, Menko Perekonomian, Ketua Komite Penanganan Covid-19, dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) dengan rantai komando seluruh kepala daerah di Indonesia, tidak heran apabila AHA memiliki konektivitas dengan seluruh kepala daerah di tanah air.
Bersama dengan Oppung Luhut Binsar Panjaitan sebagai Panglima perang melawan Covid-19, duo ini sukses dengan ketegasan perberlakuan PPKM berlevel di Jawa dan Bali hingga ke seluruh kota besar di Tanah Air.
Jadi wajar apabila AHA disebut 'Kuda Hitam' yang mungkin sudah direstui Presiden untuk promosi jelang 2024.
Dari gelagatnya, mungkin menteri lain yang sudah 'coba-coba' melakukan personal branding di 2024 nanti adalah Menteri BUMN. Ya, walau masih 'malu-malu' untuk mengiakan dan tetap pada fokus bekerja, namun dengan pernyataan 'jika survei dan publik menilai bagus', ya mengapa tidak bukan?
Apalagi dari gelagat munculnya program AKHLAK cetusan sang Menteri BUMN, Erick Thohir yang setidaknya semakin menaikkan popularitas dan elektabilitasnya, mulai di kalangan BUMN sendiri hingga ke masyarakat luas.
Kenapa? Karena setidaknya wajah atau video singkat yang menampilkan wajah Menteri BUMN ini ada di setiap mesin ATM Bank-Bank BUMN. Â
Dari berbagai sumber berita disebutkan bahwa di ATM Bank BUMN, diputar video berulang-ulang, dimana sang menteri menjelaskan mengenai nilai dasar yang harus diterapkan seluruh BUMN yakni AKHLAK.
Ya, AHKLAK itu sendiri akronim dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
AKHLAK ditetapkan sebagai nilai dasar wajib dipegang seluruh BUMN dalam menjalankan bisnis dan berkegiatan setiap hari, serta diharap menjadi panduan berperilaku para pekerja baik di kantor, rumah, dan lingkungannya. Kewajiban ini diberikan karena pemerintah ingin proses transformasi BUMN dilakukan menyeluruh hingga ke tiap sumber daya manusia (SDM) di dalamnya.
Dan pastinya, sang menteri ingin program ini lebih luas terjangkau tidak hanya sebatas di BUMN bukan?
Kalau saya sih tidak masalah siapapun jadi Presiden nantinya, yang pasti memang orang baik dan berbuat terbaik untuk negeri yang kita cintai ini bukan?
Apakah salah satu dari menteri atau masih dari kepala daerah seperti Presiden Jokowi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H