Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masihkah "Surga di Telapak Kaki Ibu"

4 November 2021   10:10 Diperbarui: 4 November 2021   10:16 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sering mendengar kalimat seperti ini, "orang tua adalah Tuhan yang terlihat". Ada makna sangat dalam terkandung dalam kalimat tersebut. Ayah dan Ibu adalah perwujudan kasih Pencipta kepada keluarganya, alias anak-anaknya.

Walau tidak ada orang tua yang sempurna, karena orang tua adalah manusia biasa juga, namun peran pentingnya dalam mengasuh, mendidik, hingga menghantarkan anak-anaknya menuju cita-cita tertinggi sesuai dengan kemampuannya menjadi alasan mengapa anak seharusnya kembali menghormati, menghargai serta memberikan yang terbaik kepada orang tuanya di hari tua orang tua.

Bahkan dalam jiwa orang tua selalu terpatri kalimat 'Anakkon Hi do Hamoraon di Ahu', apalagi dalam tekad seorang ibu untuk memperjuangkan pendidikan dan cita-cita anaknya, mau berapapun anaknya itu, ibu selalu berjuang untuk menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi.

Mau punya utang seberapa banyak, mau jual harta, itu tidak penting, yang terpenting adalah bagaimana agar anaknya sukses sehingga menjadi kebanggaan orang tua. Dalam lirik lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi terkenal dari Tanah Batak, Victor Hutabarat jelas dikatakan disitu bahwa Anak itu adalah Kekayaan atau Harta Segalanya bagi orang tua, sehingga orang tua bekerja keras, banting tulang, semuanya semata-mata untuk kesuksesan sang anak-anak yang dia kasihi.

Bahkan, kita juga sering mendengar kalimat yang lebih menyentuh dari 'orang tua adalah wujud Tuhan yang terlihat', apa itu? 'Surga di bawah telapak kaki Ibu'. Jika Restu orang tua adalah Restu Tuhan? Maka Ibu memiliki peran paling vital dalam kehidupan seluruh anak-anaknya. Ya, bagaimana tidak? Ibu yang mengandung, melahirkan, hingga menjadikan anak-anaknya sukses berkat kerja keras dan doanya bukan?

Sehingga pernah saya baca seperti ini, 'bahwasanya sebagai anak wajib menghormati ibu tiga kali lebih baik ketimbang ayah'. Artinya, bukan berarti kita tidak menghormati ayah, namun berkat peran dan tanggung jawab, serta pengorbanan ibu, maka anak seharusnya membalas jasa atas pengorbanan orang tua di hari tuanya dengan memberikan perhatian khusus.

Lantas, dunia kan akan berputar terus, waktu akan berjalan terus. Setelah anak-anak yang orang tua banggakan, sukses dalam karir dan pekerjaan? Setelah anak-anak memiliki hidup masing-masing, juga memiliki keluarga masing-masing? Orang tua tentunya akan mengalami masa tuanya.

Orang tua pastinya akan pensiun dan kembali tinggal berdua di rumah yang mereka bangun. Ya, syukur jika ayah dan ibu masih bersama dan berdua menikmati masa tua yang penuh kebahagiaan.

Bagaimana jika salah satu sudah tiada? Sementara anak-anak sudah pada jauh dari kehidupan orang tua? Apakah ketika anak sudah besar dan punya keluarga serta kehidupannya masing-masing, orang tua tidak mendapatkan prioritas untuk dirawat oleh anak-anaknya?

Beberapa hari lalu jadi viral di media sosial, tiga bersaudara anak kandung dari seorang ibu yang belum tergolong tua sekali, masih berumur 65 tahun, namun harus menerima kenyataan pahit untuk dirawat di panti jompo dan paling miris lagi bahwa sampai akhir hidupnya juga sepenuhnya diberikan haknya kepada panti jompo tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun