Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Realita Dukung Net-Zero Emissions Demi Bumi Lebih Hijau, Udara Lebih Bersih, Sumber Air Lebih Terjaga

24 Oktober 2021   14:28 Diperbarui: 24 Oktober 2021   14:33 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penanaman Pohon Andaliman, Endemik unik hanya tumbuh di sekitaran Danau Toba. sumber: dok mbak Putri Ginting

Masihkah hutan Indonesia layak dilabeli paru-paru dunia? Saya rasa tidak lagi, karena hari demi hari setapak demi setapak hutan tropis kita dirusak dan dibabat. Pohon-pohon yang menjadi pelindung dengan multi manfaat untuk bumi, ditebang oleh orang-orang tak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi maupun sekelompok orang tertentu yang terorganisir dengan baik.

Seperti dikutip dari kbr.id, tim peneliti dari Duke University pada 2019 mengungkapkan bahwa tingkat deforestasi Indonesia masih tinggi sehingga mengundang kekhawatiran global. Salah satu bentuk deforestasi atau penghilangan hutan adalah dengan menebang pohon demi pembukaan lahan baru untuk keperluan industri.

Masih dari data Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2019 yang menjelaskan bahwa setiap harinya, terdapat sekitar 50 hektar hutan Indonesia mengalami kerusakan sejak 2007. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang mengalami kerusakan hutan tercepat.

Kondisi Hutan Kita Saat Ini Sumber Gambar: mongabay.co.id
Kondisi Hutan Kita Saat Ini Sumber Gambar: mongabay.co.id

Sangat miris bukan? Ketika dunia mempercayakan Hutan Tropis Indonesia adalah ekosistem vital penjaga keberlangsungan hidup organisme, plus cadangan air dan paru-paru dunia, karena hutan kita memiliki kemampuan melepaskan oksigen ataupun udara bersih yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, tak terkecuali oleh manusia?

Namun, Hutan terbesar ketiga kita setelah Brazil dan Kongo ini malah mengalami kerusakan besar dan disinyalir akan menjadi sejarah belaka apabila kita tidak memiliki komitmen bersama untuk mengelola lahan dan hutan produksi lestari dengan baik.

Paling paten lagi, hutan Indonesia sangat berfungsi meredam kenaikan gas rumah kaca penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Bahkan, konon lahan gambut Indonesia mampu menyimpan sekitar 57 gigaton karbon atau 20 kali lipat karbon tanah mineral biasa.

Atas dasar vitalnya peran lahan gambut itulah, pemerintah dengan gencarnya bekerja keras menuntaskan komitmen nyata dalam penanganan perubahan iklim dunia.

Dimulai dari peningkatan kesadaran masyarakat, khususnya kaum milenial agar memiliki sikap kesadaran sendiri untuk menjaga lingkungan disekitarnya dalam upaya memerangi perubahan iklim dunia.

Dilanjutkan dengan langkah bijak memperbaharui Nationally Determined Contribution (NDC) alias komitmen Indonesia dalam penurunan emisi gas rumah kaca, hingga kebijakan reforestasi dan restorasi lahan termasuk mangrove, agar Indonesia dapat mencapai net carbon sink alias penyerapan bersih karbon, seperti CO2, gas pembuangan dari pembakaran bensin, solar, kayu, daun, gas LPG, dan bahan bakar lainnya yang mengandung hidrokarbon di tahun 2030, sehingga skenario Net-Zero Emissions dapat terwujudkan.

Peran Sederhana Dukung NZE

Net-Zero Emission? Belakangan istilah ini sering kita dengar bukan? Ya, istilah yang menjanjikan bumi Indonesia bakalan 'nol bersih emisi' 2050, selambat-lambatnya 2060, dimana kita akan membayangkan kehidupan kita akan bersih sebersih-bersihnya dari emisi alias zat-zat pembuangan racun yang dapat membahayakan mahluk hidup dan bersih dari pencemaran lingkungan.

Apakah bisa? Karna pada dasarnya setiap kali manusia bernafas saja, sudah menghasilkan karbon dioksida (CO2), konon lagi faktanya aktivitas kendaraan bermotor serta pabrik-pabrik di seluruh dunia membuang emisi gas rumah kaca ke atmosfer bumi, yang memicu pemanasan global dan perubahan lingkungan?

Ternyata, NZE alias nol-bersih emisi yang dimaksud disini adalah titik dimana sisa emisi gas rumah kaca diseimbangkan oleh teknologi yang menghilangkannya dari atmosfer.

Lantas, apakah hanya teknologi yang bisa menyerap emisi karbon? Ternyata tidak, secara alamiah, emisi terserap oleh pohon, laut, dan tanah.

Untuk itulah generasi milenial kita sedari dini diajarkan untuk memiliki kesadaran mencintai lingkungan sekitar, menanam pohon dan tanaman bioenergi lainnya di pekarangan rumah, tidak menebang pohon sembarangan dan diedukasi sejak dini agar memiliki komitmen mejaga kualitas lingkungan dimana mereka berada.

Siswa Melakukan aksi bersih-bersih di Pinggiran Sungai Deli. Mereka Mengambil Sampah yang menjadi penyebab sumbatnya pintu air. sumber:dokpri
Siswa Melakukan aksi bersih-bersih di Pinggiran Sungai Deli. Mereka Mengambil Sampah yang menjadi penyebab sumbatnya pintu air. sumber:dokpri

Seperti dilakukan oleh siswa SMA Negeri 13 Medan yang konsisten melakukan penelitian untuk mengetahui kualitas air sungai Deli yang melintas tepat di belakang sekolah ini.

Ya, sungai Deli panjang 76 kilometer, dengan Hulu sungai ada di kaki Gunung Sibayak yang dipenuhi dengan pemandian air panas Raja Bernegh di Kabupaten Karo, lalu melintasi ke sungai yang ada di Kabupaten Simalungun, melewati Deli Serdang dan Serdang Bedagai, mengalir hingga ke tengah-tengah kota Medan sebagai hilir dari sungai ini dan bermuara di Laut Belawan, sangat perlu diketahui bagaimana kualitas airnya, apakah sudah tercemar atau masih bisa dikonsumsi?

Terus terang, kurangnya kesadaran warga sekitar yang masih membuang sampah, limbah rumah tangga dan limbah industri membuat sungai ini tercemar, sehingga warga sekolah berkampanye dengan aksi-aksi nyata menjaga dan melestarikan sungai Deli mendukung langkah Net-Zero Emissions.

'Jumat Bersih', program sekolah untuk membersihkan dalam dan sekitaran sekolah, seluruh warga sekolah berperan membersihkan lingkungannya, termasuk sungai Deli, caranya membagi beberapa anggota ekskul pecinta lingkungan turun ke pinggiran sungai membersihkan sampah organik maupun anorganik penghambat laju air sungai.

Kedua, meneliti kualitas air sungai Deli akibat perubahan iklim. Memanfaatkan bantuan berupa alat-alat penelitian kualitas air dari ENO (Environment Online) bekerja sama dengan Lamotte Company. Siswa melakukan penelitian menggunakan Indikator World Water Monitoring.

Siswa melakukan penelitian air sungai Deli. sumber: dokpri
Siswa melakukan penelitian air sungai Deli. sumber: dokpri

Hasilnya? Menurut ahli, kualitas air adalah suatu ukuran kondisi kualitatif air yang diukur dan/atau di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 115 tahun 2003).

Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air sering menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.

Hasil DO (Dysolved Oxygen) atau kelarutan oksigen air sungai Deli setelah dimasukkan dua tablet indikator dari Lamotte Companny, terlihat perubahan warna air menjadi merah muda lembut, artinya kelarutan oksigen pada skala 0-4 mg/l atau 0-4 ppm yang artinya menurut Jeffries/Mills (1996) bahwa kualitas air berdasarkan Oksigen Terlarut pada skala 2,0 -- 4,4 mg/l status Kualitas Air tercemar sedang.

Air sungai Deli juga belum mengeluarkan bau busuk, artinya kelarutan oksigen masuh baik dan mikroorganisme belum melakukan fermentasi.

Kualitas Air Sungai Deli Masih Baik. Sumber: dokpri
Kualitas Air Sungai Deli Masih Baik. Sumber: dokpri

Hasil pH air sungai Deli juga masih baik ditunjukkan dengan angka diantara 7-8, dimana airnya masih produktif dan berperan mendorong proses perubahan anorganik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh fitoplankton.

Suhu air sungai Deli ketika diambil ada di suhu 280C yang artinya masih baik untuk mendukung kehidupan ikan dan biota air lainnya.

Sehingga kesimpulannya bahwa kualitas air sungai Deli masih baik dan belum tercemari parah.

Hutan Sekolah Serap Karbon Dukung NZE

Pada prinsipnya untuk mendukung pembangunan rendah karbon, fungsi hutan sangatlah vital, seperti saya katakan diatas bahwa hutan tidak hanya paru-paru dunia, tapi pelindung semua mahluk hidup dari serangan emisi karbon.

Bahkan, konon katanya pelestarian hutan dapat mengurai emisi semua mobil yang ada dibumi kita ini, benarkah demikian?

Bisa saja, menurut analisis The Nature Conservancy, WRI memperkirakan bahwa menghentikan deforestasi, mengembalikan hutan dan memperbaiki praktik kehutanan merupakan cara paling efektif dari segi biaya untuk mengurangi 7 miliar metrik ton karbon dioksida per tahun, setara dengan emisi dari 1,5 miliar mobil.

Praktik dukung NZE sudah lama ditunjukkan SMAN 13 Medan, dimana hampir 80% lingkungan sekolah masih asri dengan pepohonan dan bunga-bunga yang menjadi ciri khas sekolah yang mendapatkan Adiwiyata Nasional di tahun 2013 ini.

Bila kita berkunjung, maka mata akan segar dengan bunga-bunga sakura didepan sekolah, masuk ke dalam, sejuknya udara dan indahnya bung-bunga serta teduhnya suasana oleh pohon-pohon rindang menyambut setiap tamu maupun warga sekolah yang datang dengan sapaan pagi menambah semangat untuk berkarya.

Hutan sekolah sangat penting dukung net-zero emissions.sumber: dokpri
Hutan sekolah sangat penting dukung net-zero emissions.sumber: dokpri

Adalah komitmen dari pimpinan sekolah hingga ke akar rumput yang menjadikan sekolah ini bertahan akan konsep Sekolah Hijau yang mampu menjaga 80% hutan produksi dengan tanaman-tanaman buah produktif hingga jenis bunga yang beragam dan bisa menjadi etalase warga sekolah mengenal jenis-jenis pohon atau bunga.

Apabila konsep yang dibuat oleh SMAN 13 Medan ini ditiru oleh seluruh sekolah-sekolah di Indonesia? Maka dalam waktu dekat, NZE akan benar-benar terwujud.

Penggiat Lingkungan, Jual Pin Emas Demi Keselamatan Hutan

Baru-baru ini kami, rombongan pemenang kompetisi blog Kompasiana bareng Kemenparekraf berkesempatan bertemu langsung dengan Bapak Marandus Sirait, seorang penggiat lingkungan hidup di Desa Sionggung Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba yang berkonsentrasi dan mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melestarikan hutan dan membuat sebuah taman bernama Taman Eden 100.

Salut dengan kerja keras dan keikhlasan beliau untuk menanam sebanyak 100 pohon berbuah sehingga disebut dengan Taman Eden 100 karena didalam hutan buatannya yang berkisar 50 hektar itu semua dipenuhi oleh pohon-pohon produktif dan juga keindahan alam tiada duanya.

Bagaimana tidak? Ketika kami menelusuri taman itu, ada air terjun hingga tujuh tingkat. Sungguh banyak spot indah untuk disinggahi. Namun karena masih pandemi Covid-19, maka hanya rute tertentu yang masih dibuka untuk umum.

Pak Marandus Sirait Kelola 50 hektar Hutan demi dukung NZE, mari dukung beliau. dokpri
Pak Marandus Sirait Kelola 50 hektar Hutan demi dukung NZE, mari dukung beliau. dokpri

Setiap pengunjung pastilah diberikan Pak Marandus jejak yang ditinggalkan untuk dikenang dan dikunjungi kembali melihat jejak yang kita tinggalkan. Apalagi kalau bukan Pohon?

Ya, setiap pengunjung wajib menanam pohon ditaman Eden 100. Pohon Andaliman dan pohon berjenis Trengguli Wanggang yang digunakan membuat Tongkat Panaluan adalah jenis pohon yang kami tanam ketika berkunjung.

Mendengar penjelasan langsung dari Pak Marandus Sirait, saya kagum dengan perjuangan beliau untuk mengembalikan hutan Indonesia, khususnya di kawasan Danau Toba yang hancur oleh penebangan dan pembalakan liar.

Beliau sampai-sampai mengembalikan penghargaan Wana Lestari dan Kalpataru 2005 dan menjual pin emas penghargaan yang dia terima untuk membeli bibit-bibit pohon dan perlengkapan lainnya untuk membangun Taman Eden 100 yang luasnya lebih dari 50 hektar tersebut.

Penanaman Pohon Andaliman, Endemik unik hanya tumbuh di sekitaran Danau Toba. sumber: dok mbak Putri Ginting
Penanaman Pohon Andaliman, Endemik unik hanya tumbuh di sekitaran Danau Toba. sumber: dok mbak Putri Ginting

Bisa dibayangkan bukan? Bagaimana perjuangan beliau untuk membangun dan menjaga hutan seluas itu dengan biaya sendiri? Sebab minimnya bantuan pemerintah membuat Pak Marandus harus menginovasi sendiri agar hutan yang dia kembangkan dapat bertahan dan menjadi pendukung program NZE.

Sebab dengan ribuan bahkan jutaan pohon yang ada di Taman Eden 100 berapa spesies yang terselamatkan? Berapa juta kubik karbon yang diserap per harinya? So, semoga pemerintah mendengar jeritan dan harapan Pak Marandus Sirait.

Semoga cerita langkah kecil ini bermanfaat mendukung Net-Zero Emissions..

Mari tanam pohon berjuta manfaat demi NZE
Mari tanam pohon berjuta manfaat demi NZE

Sumber Artikel:

[1] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun