Di kota Medan, ketika musim kemarau melanda, suhu udara bisa mencapai 340 celcius. Itu disekitaran akhir bulan Maret 2020 kemarin. Bahkan di tahun 2019 lalu, panasnya kota Medan pernah mencapai sampai 35,60 celcius. Inilah dampak perubahan iklim yang paling saya rasakan, dimana cuaca ekstrem dan sulit ditebak ini harus kita sikapi bersama agar tubuh kita tidak rentan terhadap penyakit akibat iklim yang tidak menentu.
Perubahan iklim ini tentunya yang paling berpengaruh dan bakal menjadi persoalan adalah masalah ketersediaan air bersih di masa sekarang hingga anak cucu kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan iklim dan pemanasan global sangat memberi pengaruh akan kualitas dan ketersediaan air bersih di lingkungan sekitar kita.
Air bersih akan menjadi langka, karena kita tidak bisa menjaga sumber mata air dengan baik, belum lagi akibat buruk dari perubahan iklim, dimana terjadi banjir sewaktu musim hujan dan kekeringan sewaktu musim kemarau. Hal ini diperburuk oleh tingkah laku kita yang tidak mau menjaga hutan sebagai penopang sumber air kehidupan dan masa depan kita.
Lantas, langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar air sebagai sumber kehidupan tetap bisa terjaga dengan baik walau terjadi ancaman kekeringan dan kekurangan air akibat perubahan iklim dan pemanasan global?
Langkah Kecil Mengetahui Kualitas Air Akibat Perubahan Iklim
Seberapa pentingkah air dalam kehidupan kita? Jelas sangat penting, seperti kita ketahui bersama sekitar 70% sampai dengan 80% dari berat tubuh kita ini terdiri air. Bahkan, untuk memerangi penyebaran covid-19 senjata utama kita, selain menjaga jarak, pakai masker, tentunya rajin cuci tangan dengan air bersih dan mengalir, hingga berjemur dengan sinar matahari. Dua anugerah dari Tuhan ini harus kita syukuri dan manfaatkan dengan baik.
Tetapi, sekarang air sudah semakin langka. Air sebagai sumber kehidupan harus kita akui sudah mulai menipis ketersediaannya. Jadi, jikalau kita tidak beraksi dengan tindakan-tindakan kecil untuk penghematan, lalu mencari alternatif lain untuk menghasilkan sumber air baru, plus menjaga sumber air yang sudah ada? Maka dipastikan air akan langka dan air sebagai sumber kehidupan akan habis.
Seperti yang kami lakukan di SMA Negeri 13 Medan, dimana sekolah tersebut dialiri oleh salah satu sungai terbesar dari delapan sungai yang mengalir di kota Medan. Sungai Deli, merupakan sungai yang melewati tiga wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang salah satunya di kota Medan.
Sungai Deli dengan panjang 76 kilometer merupakan sungai kebanggaan kota Medan dan melintasi tepat di belakang SMA Negeri 13 Medan, sehingga sudah menjadi kewajiban warga sekolah untuk ikut melestarikan dan menjaga kebersihan sungai yang seharusnya memberikan berjuta manfaat bagi warga sekitarnya.
Namun, terus terang, karena kurangnya kesadaran warga sekitar, maka sungai ini sering dijadikan tempat buang sampah, limbah rumah tangga, tempat mandi, cuci dan kakus, hingga tempat pembuangan limbah industri yang ada disekitaran sungai Deli.