Tidak dapat dipungkiri tahun 2020 terjadi perubahan iklim yang susah diprediksi dan memang sudah terjadi sejak tiga tahun terakhir, cuaca di daerah kita masing-masing terkadang meleset dari prediksi dan perkiraan kita. Bisa saja di pagi hari cuaca sangat cerah dan matahari bersinar dengan terangnya menemani semangatnya kita bekerja.
Namun, dalam hitungan menit, 30 menit atau satu jam kemudian, apa yang terjadi? Tiba-tiba hujan turun walau tidak deras, sementara matahari juga masih bersinar yang apabila kita tahankan, tidak berteduh akan mengakibatkan tubuh kita rentan terkena penyakit.
Penyakit yang akan menyerang tubuh kita disaat kita bekerja ketika panas menyengat disertai hujan, diantaranya akan menimbulkan sakit kepala, itu pasti. Flu, air hujan yang masuk ke tubuh kita, padahal cuaca masih panas bisa saja membawa virus yang menyerang sistem pernafasan kita. Lalu ada gangguan pencernaan seperti diare, kenapa? Karena cuaca tidak menentu membuat bakteri ada di mana-mana. Nah, bakteri inilah yang menyerang dan mengakibatkan gangguan pada pencernaan kita.
Jadi, seperti petuah dari orang-orangtua kita dari dulu (bapak dan mamak selalu berpesan sejak kecil, kalau kau kena hujan, ambil garam itu sedikit lalu telan, biar nga sakit kau), ketika kita harus menghadapi hujan saat beraktifitas, jangan lupa sebelum mandi atau membersihkan tubuh kita, ambil garam sedikit lalu ditaroh ke mulut dan ditelan.
Manfaatnya? Katanya dan memang sudah terbukti khasiatnya untuk menetralisir segala virus atau bakteri yang menyerang tubuh kita sewaktu terkena hujan, sehingga segala penyakit yang mungkin menyerang, seperti badan meriang, kepala sakit atau pusing, pilek, flu dan sebagainya tidak jadi, karena kumannya terbunuh oleh zat-zat garam yang kita telan.
Memang benar perubahan iklim yang diprediksi bakal terjadi di tahun 2020 oleh BMKG terbukti, dimana cuaca di Indonesia cenderung masuk kategori cuaca ekstrem, yang artinya terjadi fenonema meteorologi yang ekstrim dalam sejarah (distribusi), dimana fenomena cuaca yang berpotensi menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau menimbulkan korban jiwa.
Walau berdasarkan data historis serta analisis klimatologis BMKG yang saya baca dari beberapa informasi mengatakan bahwa sejak tahun 1866 telah diprediksi bahwa perubahan iklim bakal menjadi penyebab utama cuaca ekstrem yang puncaknya di tahun 2020 ini.
Jadi kita tidak terkejut ketika di tahun 2020 ini banyak bencana yang terjadi, setelah banjir Jakarta, kini kita dihadapkan pada persoalan pandemik covid-19 yang luar biasa serangannya dan telah mengakibatkan banyak korban jiwa, hingga kita harus mengubah gaya dan pola hidup kita agar dapat memutus rantai penyebarannya yang unik dan aneh ini.
Apalagi sekarang cuaca tidak menentu akibat perubahan iklim yang kita alami ini. Seperti di kota Medan, cuaca tidak dapat diprediksi, apakah sekarang kita mengalami musim hujan atau kemarau? Karena dua hari bisa panas dan matahari bersinar terang, bisa di hari ketiga hujan deras dalam waktu yang cukup lama.
Yang uniknya lagi, virus corona (covid-19) ini menurut hasil penelitian lebih cepat berkembang saat musim penghujan. Virus ini senang dan berkembang di udara lembab dan dingin. Inilah yang harus kita perhatikan sebagai warga negara yang baik untuk tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci tangan, menggunakan masker saat keluar rumah, tidak bersalaman dan menjaga jarak saat beraktifitas di luar rumah.
Perubahan iklim telah terjadi di negeri kita beberapa tahun terakhir  hingga tahun 2020 ini dan telah kita alami bersama, lantas apa dampak dari perubahan iklim dan pemanasan global yang kita rasakan sekarang? Jelas sangat banyak, diantaranya gelombang panas yang kita rasakan. Jujur, malam hari ketika musim kemarau, maka gelombang panas sangat terasa sehingga banyak berlomba-lomba untuk memasang AC di rumahnya masing-masing hanya agar bisa lelap tidur di malam hari yang suhu udara tetap panas. Sedangkan malam sudah panas, bagaimana dengan siang hari?