Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Masjid Pengingat dan Bikin Hati Tenang, Kini Sepi Akibat Pandemi Covid-19

30 April 2020   21:17 Diperbarui: 30 April 2020   21:19 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Baitul Mukmin, Masjid di Dekat Rumahku Yang Selalu Mengingatkanku Dengan Setia. Gambar. DOkpri

Rumah ibadah menjadi bagian penting dari kehidupan kita. Saya sangat terkesan dan selalu bersikap sopan ketika berhadapan dengan rumah ibadah agama apapun itu. Kuil atau Vihara, Gereja, Masjid, Klenteng ataupun Pura. Di Medan menjumpai rumah ibadah enam agama yang diakui tidaklah sulit. Masjid dan Gereja serta Vihara atau Kuil bisa kita jumpai tanpa susah payah.

Masjid Raya Medan, siapa yang tidak kenal dengan Masjid megah yang sudah berumur 114 tahun ini? Masjid yang dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909 ini dibangun saat masa kejayaan Kesultanan Deli yang menguasai Kota Medan saat itu.

Masjid Raya ini dibangun disamping Istana Maimun yang memiliki gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini megah berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat. Dimulai di bangun masa kejayaan Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alam yang memakan dana sebesar satu juta Gulden dan dalam waktu kurang lebih empat tahun.

Pembangunan Masjid megah ini juga memiliki prinsip yang sama di kalangan semua pemimpin, bahwa pembangunan Rumah Ibadah lebih penting dari pembangunan fisik lainnya. Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli kala itu, lebih menginginkan Rumah Ibadah Masjid lebih kokoh dan lebih megah dari Istana Maimun, sehingga bagaimanapun caranya, Masjid Raya Medan harus rampung dan berdiri megah sebagai tempat umat untuk Salad Jumat.

Dan karena arsitektur yang bagus serta bahan-bahan yang diimpor dari luar negeri, diantaranya marmer dari Italia dan Jerman, kaca patri dari Tiongkok dan lampu gantung langsung dari Perancis, maka hingga kini Masjid megah di tengah-tengah kota Medan ini dapat kita nikmati hingga sekarang.

Konon, Masjid yang letaknya sangat strategis dan berada di depan Perpustakaan Sumatera Utara ini, dananya juga banyak disokong oleh Tjong A Fie, tokoh Kota Medan dari etnis Tionghoa yang seumuran dengan Sultan Ma'moen Al Rasyid.

Kenal dengan Tjong A Fie kan? Jika belum, maka Anda juga harus datang ke Medan untuk menjelajahi rumah Tjong A Fie yang berada di Jl. Ahmad Yani. Luas bangunan Mansion Tjong A Fie diperkirakan sekitar 4.000 m2 dengan 35 ruangan. Nah, jika Anda penasaran akan riwayat kesuksesan seorang pengusaha, bangkir dan kapitan yang berasal dari Tiongkok dengan kesuksesan besar sebagai pebisnis dibidang perkebunan? Maka Anda harus mengunjungi Mansion yang sudah direnovasi dengan baik.

Kembali ke cerita Masjid Raya Medan atau sering disebut Masjid Al-Mashun yang kini masih berdiri kokoh. Masjid bergaya Eropa dan Asia ini tidak akan sepi oleh pengunjung, karena setelah berjalan-jalan ke Istana Maimun, maka tidak akan lengkap jika tidak beribadah atau sekedar melihat keindahan Masjid ang diarsiteki oleh Van Erp, arsitek kenamaan asal Belanda.

Di Masjid Raya Al-Mashun ini juga ada Alquran berusia ratusan tahun dan dipajang di pintu masuk jamaah laki-laki. Alquran tersebut terbuat dari kertas kulit tua dan dibuat di Timur Tengah. Meski sudah berusia ratusan tahun, Alquran tersebut masih utuh dan tulisannya masih dapat dibaca dengan jelas. Penasaran kan? Silahkan berkunjung ke kota Medan!

Tapi, bukan Masjid Raya Al-Mashun atau Masjid Agung yang sebentar lagi akan difungsikan itu yang akan saya bahas disini sebagai Masjid yang saya kagumi atau yang akan saya bahas disini, melainkan dua Masjid yang selalu saya jumpai dalam kehidupan saya sehari-hari di lingkungan sekitar saya.

Pertama, Masjid Baitul Mukmin, Masjid yang ada di sebelah rumah saya. Persis lima rumah di samping rumah saya ada Masjid megah -- gambar pertama -- yang menemani hari-hari saya jika berada di rumah. Mengapa saya katakan demikian? Karena benarlah adanya. Saya non Muslim, tetapi saya selalu diingatkan akan waktu. Terutama pada pagi hari. Ketika Azan Subuh berkumandang, maka otomatis saya juga harus bangun pagi untuk beribadah pagi hari sesuai dengan agama dan kepercayaan saya.

Dan suer, setelah Azan Subuh tersebut, saya tidak bisa tidur lagi yang otomatis saya harus mempersiapkan diri dan pekerjaan yang akan saya kerjakan sudah saya rencanakan dengan baik di pagi hari tersebut. Begitu juga bagi anak-anak, mereka lebih terbiasa untuk ikut bangun seiring dengan kumandangnya Azan Subuh yang menenteramkan hati.

Kedua, tentunya Masjid yan dulunya Surau kecil, kini telah menjadi Masjid megah di sekolah tempat saya bertugas. Masjid tempat seluruh warga sekolah untuk sholat dan beribadah di jam-jam tertentu. Saya juga beberapa kali sengaja duduk di sekitaran Surau itu untuk menerima anak-anak yang ingin konseling atau belajar bersama.

Masjid di Sekolahku--dokpri
Masjid di Sekolahku--dokpri
Masjid Al-Ihsan yang dulunya selalu ramai ketika waktunya Sholat oleh anak-anak SMA dari kelas satu sampai tiga, kini sepi. Sudah lebih daru satu bulan kita Belajar dari Rumah, Bekerja dari Rumah dan Beribadah di Rumah, sehingga ada kerinduan ingin melihat kembali bagaimana beribadah bersama di sekolah.

Surau di sekolahku--dokpri
Surau di sekolahku--dokpri
Inilah cerita Masjid atau Surau yang selalu aku lihat di keseharianku, baik itu di rumah ataupun di sekolah.

Semoga pandemi covid-19 ini segera hangus dan kita menang memeranginya, sehingga dapat kembali beribadah bersama! Amin!

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun