Sejak kasus pertama tanggal 2 Maret 2020, dimana di Indonesia ditemukan dua kasus Coronavirus Disease, tanggal 11 Maret 2020.
Beberapa saat setelah WHO mengumumkan status Covid-19 menjadi pandemi, yaitu tersebarnya virus sampai ke berbagai negara, dan menimbulkan wabah di negara tersebut, maka Presiden Jokowi langsung menghimbau pencegahan Covid-19 dengan melakukan aktivitas di rumah, termasuk bekerja, belajar dan beribadah.
Wabah pandemi Covid-19 telah merubah segalanya. Dampaknya sangat terasa sekali memukul Indonesia, termaskuk di berbagai bidang kehidupan kita.Â
Sektor ekonomi tentunya sangat terasa akibat Covid-19, bagaimana tidak? Setidaknya beberapa bisnis tanah air yang menghasilkan devisa terpuruk oleh Corona.Â
Sebut saja maskapai penerbangan kita. Bisnis penerbangan mengaku 'babak belur' akibat pandemi. Penerbangan umrah yang menjadi pasar besar bagi maskapai Garuda Indonesia harus tutup selama wabah Covid-19.
Sektor pariwisata kita juga hancur, tidak ada lagi turis yang membanjiri tempat-tempat eksotis di negeri kita, mengakibatkan bisnis hotel, restoran, tour & travel sepi, omzet menurun drastis mengakibatkan beberapa diantaranya harus tutup.
Pandemi Covid-19 telah mengingatkan kita untuk kembali harus disiplin dalam menjaga kesehatan.Â
Tidak dapat dipungkiri, sifat penyebaran pandemik yang terkesan sepele namun mematikan, telah membuat kita sangat takut dan harus back to nature serta melakukan Physical Distancing dalam upaya menghindari dan memutus rantai penyebaran pandemik Covid-19 ini.
Ya, back to nature yang saya maksud, diantaranya harus berperilaku sangat disiplin dan cerdas dalam melakukan tindakan dalam keseharian kita.Â
Sekecil apapun kegiatan kita, harus benar-benar memperhatikan langkah-langkah kecil namun bermanfaat untuk kesehatan pribadi kita dan orang-orang di sekitar kita.
Jika dulunya mungkin kita tidak terlalu peduli untuk berjabat tangan dengan siapapun, tidak langsung cuci tangan atau tidak menyediakan dan memanfaatkan hand sanitizer sehabis memegang sesuatu, atau tidak peduli, setelah pulang kerja langsung cium anak atau langsung rebahan?
Maka sekarang kita harus menjaga segala sesuatu dengan steril, membiasakan diri untuk mencuci tangan dan menjaga jarak dengan orang di sekitar kita, plus saling memberikan pengertian kepada teman agar tidak tersinggung ketika tidak salaman, menggunakan masker kala berada di luar rumah dan selalu berada di rumah dalam upaya menangkal penyebaran pandemi corona ini.
Apa yang harus kita lakukan agar selain mendapatkan kesehatan dan terhindar dari Covid-19, juga ikut ambil bagian menjaga stabilitas sistem keuangan dari ancaman isu resesi dan krisis ekonomi dunia?
Pertama, tentunya mengikuti semua anjuran-anjuran yang telah disampaikan oleh pemerintah dan kesadaran tingkat tinggi dari diri kita masing-masing untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.Â
Berada di rumah saja, mengembangkan diri dan mematuhi instruksi Work from Home (WfH) merupakan solusi terbaik dalam mendukung pemberantasan wabah pandemi global.
Namun, keputusan untuk berada di rumah akan menjadi bumerang apabila berlangsung dalam tempo yang lama. Bisa dibayangkan apabila status lockdown diberlakukan?
Pastinya ekonomi akan lumpuh total, bagaimana tidak? Kita tidak akan bisa keluar rumah, segala aktivitas yang berbau ekonomi akan tutup total. Maka kejadian seperti di India dan Italia akan terjadi dimana kerusuhan dan penjarahan merajalela. Kita tidak menginginkan itu!
Maka pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dimana yang ada ekonomi tetap berjalan, walau seret atau agak lambat, tetapi setidaknya tidak lumpuh dan para pekerja harian setidaknya masih dapat berbuat untuk keluarganya! Tetap dapat membiayai hidup keluarga dan asap dapur masih bisa mengepul.Â
Pembatasan hubungan fisik dan melarang kerumunan di waktu tertentu memang adalah pilihan sulit tetapi setidaknya masih bisa menyelamatkan ekonomi masyarakat menengah ke bawah.
Kedua, tentunya hidup hemat tanpa harus latah dengan menimbun barang-barang kebutuhan pokok di rumah. Sikap latah yang dimiliki rakyat Indonesia harus benar-benar kita putus sebagaimana kita memutus rantai penyebaran Covid-19 ini dengan bersikap bijak dalam menanggapi sebuah permasalahan.
Ketika Physical Distancing dan Sosial Distancing diberlakukan serta harus memilih self isolation, banyak masyarakat kita yang latah dan kalap. Mereka langsung berduyun-duyun ke pusat-pusat perbelanjaan untuk membeli stok dalam jumlah besar.Â
Inilah yang membuat terjadinya kepanikan massal, menambah kecemasan dan semakin berdampak negatif pada perekonomian nasional kita.
Seperti saya lihat pagi tadi. Saya bersama isteri pergi belanja ke pasar rakyat untuk stok empat hari ke depan. Dengan memakai masker dari kain, saya dan isteri ke pajak mengendarai sepeda motor.
Sesampainya disana memang aktivitas di pajak seperti biasa, masih terbilang ramai, dan masyarakat baik itu penjual maupun pembeli tetap berinteraksi, namun lebih teratur, dimana pembeli dan penjual saling menjaga jarak, menggunakan masker dan tidak melakukan sentuhan, kecuali saat menukar uang.
Menghemat dengan membeli bahan-bahan pokok keperluan sehari-hari, buah penambah imun tubuh dan tidak boros berbelanja adalah cara bijak isteri.
Saya juga berusaha turut menjaga stabilitas keuangan dengan stay at home, menggunakan uang sehemat mungkin, tidak menarik uang dalam jumlah yang besar.
Membayar kredit mobil dengan tepat waktu, tidak memboroskan waktu dan uang dengan kegiatan tidak perlu, tetapi membantu pekerjaan rumah, menjadi guru bagi anak-anak, mengikuti lomba-lomba blog atau lombal lainnya dengan harapan bisa menambah penghasilan dan mengurangi tingkat kejenuhan selama di rumah.
Tidak menarik simpanan di bank secara besar-besaran (rush), tetap menjaga investasi dan bijak bermedia sosial adalah obat yang mujarab dalam menghadapi ketidakpastian akibat pandemik Covid-19. Tidak menarik uang dalam jumlah besar adalah upaya untuk mendukung stabilitas keuangan Indonesia.
Dipastikan bahwa akibat Covid-19 ekonomi kita terpuruk. Pendapatan negara akan anjlok, sementara pengeluaran akan bertambah, dimana negara harus bisa berkonsentrasi dengan baik untuk membagi APBN untuk sektor-sektor penting.
Bayangkan, Dana Penanggulangan Bencana Non Alam akibat pandemik Covid-19 Â sebesar 405,1 triliun rupiah telah digelontorkan Pemerintahan Pak Jokowi untuk biaya selama perang atasi Covid-19, dengan rincian sebesar 75 triliun rupiah untuk bidang Kesehatan, 110 triliun rupiah untuk Social Safety Nevt, 70,1 triliun rupiah untuk Insentif Perpajakan dan Stimulus KUR, serta 150 triliun rupiah untuk Pembiayaan Pemulihan Ekonomi Nasional selama dan pasca pandemik Covid-19.
Sementara Pendapatan Negara dipastikan turun akibat kebijakan bekerja dari rumah dan berada di rumah lebih baik untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.Â
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memastikan bahwa Pendapatan Negara diperkirakan minus 10%, artinya hanya 78,9% yang bisa di dapat dari target APBN 2020 yang sebesar 2.233,2 triliun rupiah.
Jadinya? Ya untuk menjaga stabilitas keuangan dan menjaga makroprudensial aman, maka berhemat dan tidak menarik uang atau investasi dalam jumlah yang banyak adalah solusi bijak.Â
Tentunya kita ingin disamping Covid-19 cepat musnah, juga ekonomi kita tetap stabil sehingga Indonesia tetap bisa melanjutkan mimpinya menuju Indonesia maju dan sejahtera! Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H