Bangsa Indonesia adalah bangsa yang optimis serta bangsa yang tangguh dalam menghadapi bahaya yang mengancam. Bukti nyatanya adalah kemerdekaan yang kita raih dengan mengusir penjajah dari bumi pertiwi ini hanya dengan bermodalkan bambu runcing dan semangat pantang menyerah, serta tekad yang kuat.
Ketangguhan dan optimis itu juga dibuktikan dengan tidak gentar untuk mendiami dan hidup serta mencintai tanah kelahirannya walau ancaman bencana setiap waktu mengancam kehidupan rakyat Indonesia yang hidup di daerah-daerah rawan gempa.Â
Kearifan dan pengetahuan lokal, serta pengalaman dalam membaca situasi, kondisi alam, serta memprediksi, terutama dalam melakukan mitigasi bencana di daerahnya setidaknya telah mampu menyelamatkan nyawa dari bencana yang datangnya kapan saja.
Pengetahuan lokal tersebut diperoleh dari pengalaman akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh, masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Merapi, di Jawa Tengah, telah mempunyai kemampuan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya letusan.Â
Selain masih kuatnya keyakinan spiritual, masyarakat di sana biasanya membaca tanda-tanda alam melalui perilaku hewan, seperti turunnya hewan-hewan dari puncak atau keluar dari rimbun hutan, burung-burung atau hewan lainnya mengeluarkan bunyi suara yang tidak biasa, atau adanya pohon-pohon di sekeliling kawah yang kering dan layu.
Namun, seiring perkembangan waktu pun dengan percepatan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, kearifan lokal dalam menghadapi bencana juga harus diperkuat dengan kemampuan memanfaatkan perkembangan teknologi, terutama pengetahuan akan teknik geodesi dan perangkat teknologi pendeteksi, hingga pencegahan bencana alam.
Kurikulum Mitigasi Bencana
Sudah banyak contoh akibat kelalaian dan ketidakmampuan membaca gejala-gejala alam, mengakibatkan bencana bencana alam. Belum lagi akibat dari kurangnya kesadaran dalam menjaga alam sekitar, mengakibatkan alam marah dan menimbulkan bencana yang super cepat tanpa kita sadari.
Masih segar dalam ingatan, ketika band kenamaan Indonesia, Seventeen konser di Pantai Tanjung Lesung, 22 Desember 2018, tiba-tiba tsunami Banten melanda yang mengakibatkan korban jiwa tidak sedikit.Â
Tidak ada yang mengira bahwa malam naas itu, tiba-tiba air laut naik dan langsung menghantam sekitar panggung juga rumah-rumah sekitar lokasi porak-poranda akibat bencana tsunami tersebut.