"Restorasi film untuk menyelamatkan dan memanfaatkan karya-karya film yang mengandung nilai budaya sangat tinggi agar generasi muda bisa lebih mencintai budaya," ujar Kepala Pusbangflm Kemendikbud, Dr Maman Wijaya, M.Pd di Medan, Selasa kemarin.
"Salah satu kesulitan terbesar dari proses restorasi itu adalah kondisi copy filmnya yang sudah hampir rusak akibat tidak disimpan dengan baik, sehingga langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan pemulihan kondisi fisik seluloid atau gulungan negatif film, kemudian melakukan scanning copy positif film dan tahap digital memperbaiki visual dan audio film", penjelasan Rizka Fitri Akbar dari Project Director Render Digital Indonesia.
Karena kondisi gulungan film yang telah berusia puluhan tahun dan prosesnya yang detail membuat biaya yang dikeluarkan cukup mahal. Berhasil mengumpulkan bagian yang rusak, lalu menjahitnya kembali menjadi satu kesatuan adalah hal yang tersulit dan membutuhkan waktu lama dalam proses restorasi ini.
Dana yang dikeluarkan sekitar Rp1,4 hingga Rp1,7 miliar dalam jangka waktu sekitar 50 hari. Seluruh pengerjaan dilakukan di Indonesia.
Pemeran Bung Nana, Nana Awaludin yang datang langsung ke Medan, berharap agar masyarakat tertarik untuk melihat kembali film Indonesia sehingga tidak kehilangan identitasnya.
- "Harus diakui, secara budaya, film zaman dahulu masih mengikuti pakem perfilman sehingga aman untuk segala hal," kata Nana Awaludin.
Film "Bintang Ketjil" dipilih oleh para kurator Film Restorasi 2018 karena berhasil memotret relevansi kondisi sosial masyarakat Indonesia pada masa itu dan saat ini dan hasilnya bisa kita nikmati dalam bentuk DCP dan sudah lolos sensor tanggal 08 Agustus 2019 dengan durasi film 118 menit.
Sangat banyak pesan moral yang disampaikan oleh film restorasi ini, sehingga film ini mendapat tempat pertama untuk direstorasi oleh Sinematek Indonesia bersama dengan Pusat Pengembangan Perfilman Kemendikbud Republik Indonesia.
Bukan hanya "Bintang Ketjil", nantinya film-film lawas lain seperti "Kereta Api Terakhir" (1981) juga akan diselamatkan oleh Pusbangfilm.
Saat ini Pusbangfilm memiliki koleksi 700 film layar lebar dan Pusbangfilm akan terus secara konsisten melakukan penyelamatan dan restorasi arsip film nasional sebagai asen seni budaya bangsa, tanggungjawab kepada bangsa, dan pemenuhan hak akses masyarakat atas arsip film nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H