Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menjaga Padang Lamun, Melestarikan Rumah Duyung Demi Anak Cucu Kita

16 Mei 2018   06:30 Diperbarui: 16 Mei 2018   07:57 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia mahluk ciptaan Tuhan paling tinggi tingkatannya, diberikan kepercayaan menjaga alam. Sebagai penjaga alam, harus mampu menjaga keseimbangan alam dan memanfaatkan alam untuk kebutuhan manusia, bukan untuk keinginan dan menjadikan manusia rakus akan kekayaan dan keindahan alam, tetapi menjaga flora dan fauna dengan baik serta mampu memanfaatkan alam untuk dapat dinikmati masa sekarang hingga yang akan datang.

Tugas manusia juga menjaga Duyung atau dugong, biota laut ini memiliki cerita menarik dengan kisah putri duyungnya menghiasi kehidupan anak-anak kita dengan cerita dogengnya. Spesies laut ini memiliki ciri khas, bersama penyu hijau, menggantungkan hidupnya pada lamun. Lamun? Apa itu lamun? Mengapa mamalia atau herbivora laut ini sangat mengantungkan hidupnya pada keberadaan lamun?    

Lamun dan duyung memang ditakdirkan untuk selalu bersama, dimana ada lamun, disitu pasti hidup berkembangbiaknya dugong ataupun penyu hijau dan mahluk hidup laut lainnya. 

Bagaikan alam darat, bagaimana mahluk-mahluk hutan menggantungkan hidupnya dari tumbuhan-tumbuhan hutan, pun dengan kehidupan di laut. Lautan yang luas juga ditumbuhi oleh tanaman-tanaman laut tempat mahluk-mahluk ciptaan Maha Pelukis Agung bercengkrama dan bertumbuh dalam kerajaan laut.

Indonesia sendiri, negara kepulauan dikelilingi oleh lautan yang luas dari Sumatera hingga Papua punya populasi dugong atau duyung terbesar di dunia, makanya diharapkan Indonesia harus mampu menjaga kehidupan populasi dugong ini hingga anak cucu kita. Dugong atau si nona laut sudah di ambang kepunahan, kenapa? Perburuan dan kerusakan habitat laut menjadi ancaman bagi kepunahan satwa yang berkerabat dekat secara genetis dengan gajah ini.

Mamalia ordo Sirenia yang hidup di laut, belakangan sering terlihat di perairan dangkal sekitaran Samudera Hindia dan Pasifik, selain di perairan Bangka Belitung, ada di kawasan perairan Berau, Kepulauan Derawan, Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur menandakan bahwa habitat ini sudah mulai terancam akibat ekspansi pembangunan dan industri di kawasan tersebut.

Segala usaha dan upaya terus dilakukan pemerintah untuk melestarikan duyung di perairan Nusantara. Mulai dari Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, duyung ini juga telah masuk daftar satwa rentan (vulnerable) oleh IUCN dan dalam CITES Appendix I yang berarti duyung dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. 

Dugong and Seagrass Conservation Project Indonesia atau DSCP Indonesia, wadah konservasi dugong dan lamun Indonesia telah bekerja keras untuk melakukan aksi-aksi nyata dalam program konservasi untuk meningkatkan efektivitas konservasi dugong dan ekosistem lamun di tanah air.

Adapun upaya dari DSCP Indonesia, seperti: (1) Penguatan dan pelaksanaan "Rencana Aksi Konservasi" tingkat nasional untuk dugong dan lamun. (2) Peningkatan kesadartahuan dan penelitian di tingkat nasional tentang dugong dan lamun. (3) Pengelolaan dan konservasi dugong dan lamun berbasis masyarakat di masing-masing lokasi kegiatan (Bintan, Kotawaringin Barat, Tolitoli dan Alor), sangat diharapkan benar-benar bermakna dan tepat sasaran sehingga para nelayan maupun penangkap ikan tidak lagi menangkap duyung, andaikanpun terkena jaring atau sero (alat tangkap pasif yang biasa dipasang nelayan di daerah pasang surut berpasir/berlumpur), duyung tersebut agar di lepaskan kembali. Jika mati karena terdampar, daging dan minyaknya agar tidak di konsumsi, tetapi di kuburkan langkah lebih baik demi habitat duyung di masa yang akan datang.

Konservasi oleh DSCP Indonesia dilaksanakan sebagai kerjasama Direktorat Konservasi & Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Pusat Penelitian Oseaongrafi -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan -- Institut Pertanian Bogor, dan yayasan WWF -- Indonesia. DSCP Indonesia juga mendapat dukungan dari United Nations Environment Programme -- Global Environment Facility (UNEP -- GEF)

Dugong Spesies Langka Terancam Kepunahan

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dugong atau duyung ini menjadi obyek perburuan paling di minati, kenapa? Karena banyaknya manfaat dari dugong ini, konon sampai air mata dugong dianggap sebagai pelet atau ramuan pengasih paling ampuh, padahal cairan tersebut hanya lendir pelembab mata dugong dan keluar dari kelenjar air mata ketika dugong sedang tidak berada di dalam air.

Faktor selain perburuan daging dugong, kerusakan lingkungan alam sekitar dugong diakibatkan oleh aktifitas manusia, seperti penambangan pasir, reklamasi pantai, pembuatan bangunan pantai, dan sedimentasi tinggi akibat penambangan hutan, menyebabkan sumber makanan dugong semakin menipis, sebab dugong hanya bergantung pada keberadaan lamun atau padang lamun. 

Padang lamun adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh membentuk padang rumput di dasar parairan pesisir yang dangkal. Padang lamun sangat penting keberadaannya di pesisir laut kita, sebab selain makanan utama dungong atau duyung, lamun juga sangat penting untuk menyaring limbah dan menjaga kualitas air laut.

Lamun, menyimpan lebih dari dua kali jumlah seluruh CO2 (mencapai 83.000 ton/km2) yang disimpan oleh hutan di darat, menjadi rumah dan tempat makan bagi biota-biota laut seperti dugong serta melindungi pantai dan area pesisir dari abrasi. Lamun bukan sembarang tumbuhan, karena faktanya tersebar di hanya 0,2% dari seluruh perairan di planet bumi ini.

Bagaimana lamun di Indonesia? Ternyata menurut penelitian LIPI tahun 2017 sangat menyedihkan, karena dari 1,507 km2 luas padang lamun, hanya 5% yang tergolong sehat, 80% kurang sehat, dan 15% tidak sehat, padahal seekor dugong dewasa bisa sampai menghabiskan 25 -- 30 kg lamun basah setiap harinya. Nah, apa jadinya jika lamun tidak sehat, bahkan tidak ada? Sebab padang lamun bisa tidak tumbuh akibat perburuan ikan menggunakan racun, bom ikan, maupun jaring pukat harimau.

Untuk itu sudah saatnya kita melakukan aksi kepedulian sosial dengan menghindari membuang sampah sembarangan ke sungai atau ke laut, menyebarkan kebaikan dengan memberikan informasi lewat media sosial, tulisan, bahkan kepada masyarakat pesisir pantai agar melestarikan tumbuhan lamun dan tidak memburu serta mengganggu dugong adalah wujud nyata dalam upaya melestarikan dugong dan lamun, sebab dugong dan padang lamun ini bagaikan dua mata rantai yang tidak terpisahkan. Bisa dibayangkan, tanpa lamun bagaimana kehidupan dugong?

Sebab, dugong oleh Dugong and Seagrass Conservation Project Indonesia atau DSCP Indonesia sangat menggantungkan hidupnya pada lamun yang tumbuh terendam di dalam air laut yang bersubstrat pasir atau campuran pasir, lumpur, dan pecahan karang, sampai ke kedalaman air laut yang tidak lagi terkena penetrasi sinar matahari. Disitulah duyung dan biota laut lainnya mengasuh, membesarkan anak, tempat makan ikan-ikan karang, kakap dan binatang besar laut lainnya.

Untuk itu, mengingat rentannya lamun rusak oleh penyakit yang timbul akibat kerusakan maupun pencemaran air laut, juga karena rendahnya kesadaran masyarakat, sementara duyung sendiri juga punya keunikan, masa tumbuh yang lambat, dimana satu duyung hanya melahirkan 1 ekor anak saja setiap 9-10 tahun. Masa mengandung juga seperti manusia, walau umur duyung bisa mencapai 70 tahun akan sangat rentan menjadi primata langka apabila duyung tidak dilestarikan sejak dini.

Melestarikan duyung, menjaga padang lamun, solusi terbaik melestarikan duyung untuk anak cucu kita. Menjaga simbiosis mutualisme flora dan fauna adalah tugas kita bersama, maka dari itu mari kita sebarkan fungsi lamun bagi duyung dan fungsi duyung bagi kehidupan kita. Tanpa duyung bagaimana ekosistem laut? Akankah kita mau duyung tinggal cerita legenda bagi anak cucu kita? Tentu tidak. Tugas kita bersama menjaga dan menyebarkan berita ini.

Sumber tulisan:

1 2  3  4 5 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun