Percayakah Anda jika Indonesia menyimpan sumber energi terbarukan sebagai sumber energi masa depan? Ignatius Jonan, sang Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) telah menetapkan langkah-langkah strategis untuk menjamin ketahanan energi, dengan mendorong secara masif pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT). Saat ini sedang dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap dengan kapasitas 75 MW dan diharapkan Commercial Operation Date (COD/Beroperasi Secara Komersial) di awal 2018 ini.
Selain Sidrap, ada beberapa proyek EBT yang sedang dilaksanakan, yaitu PLTB Jeneponto, di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 65 MW dan PLTB Tanah Baru di Kalimantan Selatan. Pengembangan EBT ini dimaksudkan agar tarif listrik berbasis EBT kedepannya akan lebih murah dan kompetitif, serta dengan penggunaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) akan lebih meningkatkan rasio elektrifikasi.
Intinya Pemerintah ingin agar energi terbarukan mampu mengatasi bakal ancaman kelangkaan energi listrik, dengan memanfaatkan energi fosil atau energi terbarukan untuk kelancaran transportasi maupun perlengkapan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan kendaraan listrik yang ramah lingkungan serta ekonomis bakal menjadi kendaraan di masa depan. Pun dengan penggunaan kompor listrik, dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). (sumber: www.shell.co.id)
Kompetisi Shell Eco-marathon Asia 2018
Untuk mengatasi bakal habisnya sumber daya alam yang bakal dijadikan bahan bakar sebagai urat nadi mobilitas umat manusia yang diperkirakan tahun 2050 akan mencapai angka 9 miliar, sehingga otomatis kebutuhan akan energi listrik juga bakal meningkat tajam ke atas, sementara perubahan iklim juga mengancam kesehatan penghuni bumi karena emisi karbon dioksida (CO2) dan pencemaran lingkungan, menyadarkan kita betapa pentingnya dari sekarang berpikir dan bertindak bagaimana caranya agar terwujud sebuah program bernama Smart City, atau Konsep Kota Cerdas.
Dimana salah satu tujuannya adalah upaya mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan menciptakan atau ber-inovasi menghasilkan energi baru yang ramah lingkungan. Shell atau PT. Shell Indonesia sejak tahun 2010 telah melaksanakan sebuah kompetisi bertajuk Shell Eco-marathon Asia. Apa itu Shell Eco-marathon Asia? Ajang kompetisi mobil hemat energi yang di prakarsai dan di danai sepenuhnya oleh Shell, perusahaan minyak dan gas multinasional terbesar di seluruh dunia yang berkantor pusat di Belanda dan didaftarkan di Inggris.
Dengan komitmen untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, menciptakan keseimbangan yang tepat antara pertumbuhan ekonomi, kepedulian kepada lingkungan, dan pembangunan kemasyarakatan yang merata, maka Shell menciptakan kompetisi tahunan bernama Eco-marathon yang tujuannya mencari para ilmuwan-ilmuwan yang mampu menciptakan kendaraan khusus yang bisa melakukan efisiensi bahan bakar sebesar-besarnya.
Contohnya, ketika pertamakali digelar tahun 1939 di laboratorium penelitian Shell di Amerika Serikat, mempertandingkan siapa para ilmuwan muda yang mampu menempuh jarak paling jauh dengan bahan bakar hanya satu galon saja. Pemenang lomba hanya mampu menempuh jarak 50 mpg (21 km/l). Itulah cikal bakal berkembangnya kompetisi Eco-marathon tersebut yang dikemas lebih rapi di tahun-tahun berikutnya, hingga tahun 1985 di Prancis, lahirlah Shell Eco-marathon seperti yang sering kita dengar saat ini. (sumber: www.shell.co.id)
Setelah sukses dengan Shell Eco-marathon Americas, tahun 2010, resmilah digelar kompetisi Shell Eco-marathon Asia di Malaysia. Indonesia tidak pernah absen dan selalu menunjukkan prestasi yang luar biasa dalam kompetisi bertajuk mobil hemat energi ini. Membuktikan bahwa kualitas mahasiswa Indonesia tidaklah jauh berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa dari negara-negara tetangga se-Asia.
Seperti dilansir dari sumber www.shell.co.id sejak tahun 2010 SEM Asia di gelar di Malaysia, Indonesia mengirimkan mobil-mobil hasil karya tim ITB dengan hasil yang sangat membanggakan. Bagaimana tidak? Pertama kalinya berlaga, mobil berbahan bakar ethanol karya Tim Exia ITB memenangkan kategori People Choice Award sebagai tim yang paling populer dengan perolehan suara lebih dari 65.000. Setahun kemudian, mobil karya tim Cikal ITB yang berhasil memenangkan Gasoline Fuel Award untuk kategori urbant.
Perlu diketahui bahwa Shell Eco-marathon Asia ini juga memiliki kategori kompetisi, seperti: tenaga sel bahan bakar, tenaga bensin, tenaga diesel, dan tenaga LPG. Lalu tahun 2011 dibagi dalam berbagai kelas, diantaranya bertenaga: (1) bahan bakar, (2) Listrik, hidrogen, matahari dan listrik dinding (Plug-in Electric). Lalu ada kategori Kendaraan, seperti: (1) kategori prototipe, (2) kategori konsep kota (urbant concept) dengan masing-masing memamerkan dan mencoba kendaraan sesuai dengan ketentuan lomba.
Tahun 2013 masih di Malaysia, Dua tim dari Indonesia kembali melakukan come-back yang sangat mulus di dua Penghargaan Off-Track baru , yaitu Tim Rakata dari ITB yang memenangkan Energy Challenge Award serta Tim ITS 2 (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) yang meraih Shell Helix Tribology Award. Disamping itu ada pengakuan yang luar biasa lewat penghargaan senilai USD 5.000 untuk kategori Shell Student Energy Challenge. Juri merasa terkesan dengan hasil riset mendalam yang mereka lakukan atas sumber-sumber emisi CO2 dan juga rekomendasi dan gagasan-gagasan mereka untuk menekan tingkat emisi ini di masa yang akan datang.
Tahun 2018 ini kembali Indonesia unjuk kekuatan dalam inovasi bahan bakar irit dengan menyapu bersih tiga juara di ajang adu cepat mobil hemat energi driver's world championship regional Asia yang diselenggarakan di Singapura. Shell Eco-marathon Asia ke-8 ini terasa spesial karena Indonesia mengirimkan tim dari empat Universitas terbaik Nusantara mendapat gelar yang sangat prestisius dan mendominasi lomba bertajuk Shell Make the Future Singapore.
Darwin Silalahi, Country Chairman dan Presiden Director PT Shell Indonesia sejak pertama sudah yakin bahwa 26 tim mahasiswa Indonesia ini bakal sukses membawa gelar dan itu diamini oleh Manajer ITS Team 2 Rafi Arsyad. "Kerja keras dan upaya kami juga mendapat dukungan dari banyak pihak yang berharap kami dapat memperoleh pencapaian yang terbaik. Kami bersyukur atas apa yang telah kami dapat. Dan kami berharap upaya dan inovasi karya kami ini bisa menjadi bagian dari catatan sejarah solusi mobilitas masa depan," seperti dikutip dari www.ristekdikti.go.id
Tim Semar Urban UGM (Universitas Gadjah Mada) mendapat gelar pengemudi tercepat dan hemat energi se Asia pada kategori Driver's World Championship sebagai bagian dari Make the Future untuk mendapatkan pengemudi yang handal dan dapat mengemudikan kendaraan dengan cepat namun hemat energi, dan pengemudi mobil Semar Urban 3.0 atas nama Tito Setyadi Wiguna, akhirnya berhasil mencapai finis pertama dengan jumlah bahan bakar tersisa 0,9%. Disusul oleh ITS Team 2 atas nama pengemudi Muhammad Hafiz Habibi dan ditempat ketiga oleh Fauzi Achmad Praspita dari tim Garuda UNY Eco. Ketiga pemenang ini akan berhadapan dengan tim-tim terbaik Urban Concept dari kawasan Amerika dan Eropa yang akan dilaksanakan di London, Inggris Juli nanti.
"Selamat kepada tiga tim Indonesia yang berhasil menjadikan All Indonesian Team sebagai juara di DWC Asia. Kita semua sangat bangga dengan pencapaian luar biasa ini. Bukti nyata dan inspiratif bahwa anak-anak muda Indonesia memiliki talenta dan kemampuan yang sangat kompetitif tidak hanya di regional, tetapi juga di tingkat global." Ujar Darwin Silalahi Country Chairman Shell Indonesia.
Sementara itu, Garuda UNY Eco Team juga mendapat penghargaan Off-track untuk kategori Safety (keselamatan) untuk desain kendaraan Urban Concept, sehingga lengkap sudah perjuangan dan kerja keras, keuletan, ketekunan serta mau belajar mandiri maupun kelompok untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang resilient, inovatif, dan mampu berkompetisi di ajang global menjadi modal untuk menjadi pemenang di era revolusi industri 4.0. Â Â Â
Sekali lagi ini membuktikan bahwa selain energi masa depan yang masih terkandung di bumi Indonesia? Juga kita memiliki energi-energi masa depan dalam wujud sumber daya Indonesia yang mampu berdaya saing tinggi untuk menghasilkan sumber energi transportasi yang super irit dan menciptakan mobil masa depan yang sangat irit, ramah lingkungan dan mampu mengurangi emisi yang berdampak luas bagi lingkungan hidup.
 Era smart city telah mampu dijawab putera/puteri terbaik bangsa ini untuk menghasilkan inovasi dalam berkendara berupa mobil masa depan plus energi yang menaunginya. Selamat buat tim Indonesia!
Sumber tulisan : Â - www.shell.co.id
                  - https://www.flickr.com/photos/shell_eco-marathon/40032931584/in/album-72157666235190548/Â
                  - https://www.shell.com/energy-and-innovation/make-the-future.html#vanity-aHR0cHM6Ly93d3cuc2hlbGwuY29tL21ha2V0aGVmdXR1cmU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H