Peran orangtua sebagai guru utama dalam keluarga harus kembali diingatkan fungsi dan peranannya. Orangtua yang baik adalah orangtua yang menyisihkan waktunya demi perkembangan anak. Orangtua harus mampu menyediakan waktunya untuk berinteraksi dengan anak-anak tanpa harus ditemani dengan smartphone maupun gadgetnya. Orangtua harus kembali ke kodratnya, yaitu selain sebagai pencipta generasi baru, tetapi juga harus mengajari mereka, menemani mereka dan menjadi saksi dari tumbuh-berkembangnya anak-anak dari bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa kelak.
Pak Jokowi dalam sambutannya saat menghadiri Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang di gelar di Lapangan Daerah Pauh Janggi, Pekan Baru, Riau (23/7/2017) menegaskan bahwa, "Harus berumur 13 tahun keatas, anak-anak kita baru diperbolehkan bermain media sosial seperti facebook. Sebelum umur 13 tahun, maka pilihan ada ditangan orangtua, apakah memberikan si anak nebeng facebook orangtuanya? Atau tidak memberikan kesempatan samasekali?".
Ini menjadi warning atau peringatan bagi kita agar tidak memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada anak untuk memegang atau memiliki telepon pintar (smartphone), tetapi ada dalam pengawasan orangtua. Intinya, peran orangtua sangat penting dalam mengawasi dan menjaga anak agar tidak masuk dalam lingkaran pengikat bernama media sosial dengan segala tawaran yang menggiurkan. Orangtua harus mampu menjadi jembatan yang baik antara anak dengan kebutuhannya akan dunia teknologi. Sebab, jika anak sudah terkena adiksi internet atau pengaruh buruk internet? Maka yang terjadi adalah :
- Waktu bermain yang cukup lama, di atas 6 jam, dia habiskan dengan gadget ataupun telepon pintarnya.
- Anak akan gampang marah, sedih, frustasi kalau tidak bermain internet.
- Saat orangtua menolak meminjamkan gadget atau smartphone, maka si anak bisa berubah total menjadi pemarah dan bahkan cenderung menjadi posesif hingga berbuat nekat dengan perilaku mengarah jahat, misalnya: mencuri gadget yang dimulai dari mencuri gadget orangtuanya.
- Menjadi enggan bersosialisasi karena anak sibuk dengan gadget masing-masing
- Malas makan, tidur, mengerjakan PR hingga bisa-bisa bolos sekolah
- Pola tidur susah, karena cenderung menutup diri dan orangtua tidak perduli dengan rutinitas anak di dalam kamar. Si orangtua berpikir sudah tidur? Padahal si anak masih asyik bermain game atau kesibukan lain dengan gadgetnya.
Selain itu, orangtua juga harus mewaspadai sosial media, games, youtube, pornografi dan berita-berita hoax serta ajakan-ajakan yang bersifat radikalisme. Karena itu sangat berpengaruh pada perkembangan diri kita, anak hingga keluarga. Keluarga adalah sekolah yang pertama yang seharusnya mampu mengajarkan anak untuk tau membedakan mana yang baik dan mana yang benar, mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak patut dilakukan serta mengajarkan kepada anak bahwa teknologi tercipta untuk memudahkan pekerjaan kita, bukan menambah beban dan menjadikan kita menjadi pribadi-pribadi yang berubah dari yang menghargai, sopan santun, menjadi orang-orang yang tidak mau tau. Semoga! Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H