Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Penggiat Anti Rokok : Di Balik Harumnya Rokok Elektrik

21 April 2017   11:29 Diperbarui: 21 April 2017   20:00 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa penasaran saya, saya urungkan seiring dengan sibuknya persiapan-persiapan UNBK. Namun, beberapa hari kemudian saya tertegun karena ternyata salah seorang pegawai juga menggunakan jenis rokok yang sama, vape! Wow, bisa dibayangkan di lingkungan sekolah vaping bisa digunakan dengan bebas. Jadi tidak heran jika kamar mandipun sudah alih fungsi jadi tempat merokok oleh siswa.

Yang paling membuat saya harus menuliskan fenomena ini, ketika kami ada pertemuan di sebuah café dan saat asyik bincang-bincang, disalah satu sudut saya melihat anak muda dengan santainya menghisap e-cigarette. Ini yang dikatakan oleh peserta didikku yang membuat tema tugas TIK-nya tentang Presentasi dengan memanfaatkan aplikasi Ms. Power Point yang dia buat dengan judul “Rokok Elektrik”, dimana dia mengatakan alasan dia membuat tema itu, “Karena ini sekarang jadi fenomena pak. Banyak anak muda vapping”. Istilah keren dari rokok elektrik.

Jadi, sekilas tentang pelajaran TIK untuk kelas XII, dimana materinya adalah Presentasi, sehingga seluruh peserta didik kelas XII diberikan tugas untuk membuat presentasi dengan tema Pendidikan dan rata-rata dari satu kelas pasti ada lima kelompok membahas tentang masalah rokok dan narkoba. Dan saya semakin penasaran ketika kelompok si T ini membahas tentang rokok elektrik yang memang sedang menjadi trend di kalangan anak muda negeri ini.

Saya mencari-cari sumber lebih dalam dan ternyata memang rokok jenis inipun sama berbahanya, bahkan lebih berbahaya dan beresiko dibandingkan dengan rokok biasa. Disamping beresiko meledak karena cara kerjanya dihisap mulut yang menyalakan sensor yang memicu bekerjanya pemanas kecil bertenaga baterai. Pemanas kemudian menguapkan nikotin cair sintesis di dalam wadah sekaligus mengaktifkan cahaya yang menyala di ujung batang rokok seperti rokok normal. Pemanas pada rokok ini juga menguapkan propyleneglycol atau PEG yang akan membuat rokok elektrik mengeluarkan asap.

Dan menurut penelitan oleh FAD (Food and Drug Administration) Amerika Serikat tetap menyimpulkan bahwa jenis rokok vape ini berbahaya, seperti: Nikotin cair sintetis yang terkandung di dalamnya bisa membuat paru-paru teriritasi. Saat rokok dihisap, cairan ini akan berubah menjadi carbonyl yang mengakibatkan kanker. Asap buatan yang dihembuskan rokok ini menimbulkan aerosol yang sangat beresiko pada kesehatan paru-paru. Intinya, rokok vapping sama berbahanya, bahkan lebih berbahaya dan beresiko dibandingkan dengan rokok konvensional.

Di Negara-negara seperti Australia, Brazil, Kanada, Denmark, Finlandia dan Singapura bahkan Cina sendiri penemu rokok elektrik sudah melarang peredarannya, pun dengan Negara lain, seperti: Italia, Britaniar Raya, Belanda, Selandia Baru dan Panama pemakaiannya dibatasi dan dibuatkan undang-undang klasifikasi penggunaannya. Nah, bagaimana di Indonesia? Badan Obat dan Makanan telah memperingatkan masyarakat bahwa rokok elektronik yang beredar di beberapa kota adalah produk ILEGAL dan TIDAK AMAN. Belum di uji klinis sehingga kategorinya berbahaya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa kandungan propilen glikol, dieter glikol dan gliserin sebagai pelarut nikotin ternyata dapat menyebabkan penyakit kanker. dalam rokok elektronik terkandung jenis nikotin yang bervariasi, yaitu nikotin pelarut, propalen glikol, dietelin glikol, dan gliseren yang apabila dipanaskan akan menghasilkan nitrosamine. Jadi, masih coba-cobakah ngisap rokok elektrik? Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun